Kesal, itulah suasana hati rivan saat ini, masih teringat jelas kalau pria tua bangka yang tadi pagi menemuinya, meminta ia untuk menunggunya, tapi apa ini, sudah sore dan pria itu tidak juga datang.
" kan apa kata gua, penipu, udahlah pulang kuy " ucap rivan yang mulai berjalan meninggalkan kawasan sekolah
Tepat saat rivan menginjakkan kakinya di jalan raya, tiba-tiba datang sebuah mobil yang langsung menghadang rivan, seakan mobil itu tidak memberi rivan jalan
" kamu mau kemana? " tanya seorang pria yang baru saja keluar dari mobil itu
" oh dateng juga lu, gua kira penipu lu " ejek rivan dengan wajah kesalnya
" maafkan daddy tadi daddy harus mengurus beberapa hal dulu " ucap pria itu yang mendapatkan tatapan malas dari rivan
" eh, gua belum terima semuanya, bisa gak lu berhenti manggil diri lu sendiri daddy, geli gua dengarnya "
" ya, kau harus membiasakan dirimu, karena kau akan memanggil ku dengan sebutan daddy, dan berhenti mengunakan bahasa gaul mu itu "
" dih, bisa gitu "
" sudahlah ayo masuk kita pulang, sudah gelap " ucap pria itu yang langsung masuk kedalam mobil
" masih sore ini om " ujar rivan yang ikut masuk kedalam mobil itu tepat di samping kemudi
Skip
" anjir, gede banget ini rumah lu om " ujar rivan yang mendapatkan tatapan tajam dari pria itu
Tepat saat rivan memasuki kawasan mansion, ia terhuyung karena pelukan seseorang secara tiba-tiba yang membuatnya kehilangan keseimbangan, syukurnya pria yang berada di samping rivan dengan sigap langsung menahan tubuh rivan agar tidak terjatuh.
" sayang ini beneran kamu, terimakasih ya tuhan " isak seorang wanita paru baya yang baru saja menubruk tubuh rivan
Rivan yang mendengar isakan wanita itu, panik sendiri ia merasa telah melakukan hal yang menyakitkan bagi wanita itu.
" u-udah ya bu jangan nangis lagi, n-nanti di gebuk loh sama om ini " ucap rivan sambil menunjuk barra yang berada di sampingnya
" tidak sayang, mommy hanya terharu akhirnya mommy bisa ketemu sama putra mommy " ucap wanita itu, yang mulai tenang
" ah, iya, begitu ya, ah syukur deh " gugup rivan, sungguh rivan tidak tau harus bereaksi seperti apa
Di satu sisi ia merasa ingin menangis tapi disisi lain ia takut ini cuman penipuan
" sudah, lia kita masuk dulu " ajak barra pada sang istri yang terlihat tidak ingin melepas pelukannya dari rivan
" ayo masuk sayang " adelia dengan sumringah menarik tangan rivan menuju ruang tamu
Dimana ruang tamu itu sudah terisi oleh banyaknya orang yang tentu rivan tidak kenal
" hello adik ku yang manis " teriak raisa yang menggema
" raisa " tegur barra kepada putrinya yang di balas cengengesan oleh raisa
" h-hallo " gugup rivan, entahlah rasanya ia seperti sedang di interogasi
" berhenti menatap putra ku seperti itu " peringat barra yang tau jika rivan merasa tidak nyaman dengan tatapan keluarganya
" ya ampun akhirnya ada cucuku yang imut, ah, betapa senang diriku setelah menunggu waktu yang lama akhirnya bisa punya cucu yang imut " ucap ratna dengan sumringah
karena dengan waktu yang lama, cucu yang selalu ratna idamkan selalu terlahir dengan imut tapi ketika mereka beranjak dewasa, wajah yang menurut ratna imut itu telah hilang bergantian dengan wajah yang datar dan dingin yang membuat ratna kesal sendiri.
" h-hallo nek " sapa rivan dengan sopan kepada ratna
Barra yang melihat hal itu hanya melayangkan tatapan tajam kepada putranya satu ini, ketika berbicara dengannya tidak ada kata sopan bagi rivan tapi ketika berbicara dengan ratna yang merupakan ibu dari barra, sifat rivan yang kurang ajar itu hilang entah kemana, tergantikan dengan sifat sopannya.
" kau bisa sopan juga ya " ucap barra yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari rivan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivan
Randombagaimana jadinya jika kau yang hidup luntang-lantung, ternyata putra bungsu dari keluarga ternama? itulah yang di rasakan oleh rivan, ia yang dari kecil sudah mengenal pahitnya kehidupan, bahkan ia sudah terbiasa dengan semuanya, tiba-tiba ia haru...