" dasar pembunuh, sekarang siapa lagi yang akan kau bunuh "
" ivan bukan pembunuh, jadi ivan gak boleh nyalahin diri ivan ya "
" seharus sejak awal aku dan suami ku tidak menerima diri mu di panti ini, sekarang panti asuhan ini telah terkutuk "
" ivan anak baik, jangan dengerin mereka ya"
" van..... Rivan.... Bangun bego " teriak jeno
" hah... hah... hah " kaget rivan saat mendengar suara Jeno
Hari ini rivan dan luke memutuskan untuk menginap di kediaman Respati, untuk luke ia tidur di kamar tamu dan rivan ia lebih memilih untuk tidur bersama jeno.
" lu kenapa, tadi lu tiba-tiba pegang tangan gua kuat banget, liat ini " ucap jeno yang memperlihatkan pergelangan tangannya yang memerah
" s-sorry je gua gak sengaja tapi lu gapapa kan " khawatir rivan, sungguh ia tidak sadar dengan apa yang ia lakukan
" lu mimpi itu lagi " tanya jeno sambil memberikan tisu kepada rivan
" iya, gua gak tau udah berapa lama gua gak mimpi kaya gini, sekarang mimpi itu balik lagi " jawab rivan dengan mengambil tisu yang di berikan oleh jeno dan mulai mengelap keringatnya
Jika di ingat-ingat lagi memang sudah hampir setahun rivan tidak bermimpi seperti itu.
" hah, lanjutin tidurnya ini masih malem " lontar jeno saat melihat jam yang menunjukkan pukul 02.12
" iya je, gua cuci muka dulu bentar " tepat saat rivan ingin bangun dari tempat tidur tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh jeno, yang membuat rivan kembali terduduk di tempat tidur
" sekarang lu udah punya mereka, berhenti mendem semuanya sendirian, kalau emang lu belum siap buat cerita ke mereka, lu bisa cerita ke gua, tapi gua saranin jangan lama-lama takutnya mereka tau sendiri dan malah nyalahin semuanya ke elu " perkataan yang di lontarkan jeno seketika membuat rivan bimbang
Memang perlahan-lahan ia mulai membuka diri kepada mereka yang mengaku sebagai keluarganya, yang keluarga itu tau hanya hidup rivan yang harus berjuang sendirian, tidak dengan kegelapan yang ada didalam dirinya.
" gua cuman takut, tapi gua akan berusaha buat cerita ke mereka, gua cuman butuh waktu yang tepat aja " lirih rivan sambil memegang tangan jeno dan mengelusnya dengan lembut
Ia sangat bersyukur memiliki seseorang seperti jeno di sisinya, seseorang yang mau menerima sisi gelap dari seorang rivan.
" gua ada di sini van, lu gak sendirian lagi " ucap jeno yang di angguki oleh rivan
Suara ayam yang berkokok membuat sebagian manusia bangun dari alam mimpinya, dan hal itu juga berlaku untuk rivan dan jeno yang saat ini sedang mengumpulkan nyawa mereka.
" hei kalian jangan bengong aja, cuci muka sana, trus kebawa kita sarapan " ujar gauri yang langsung dilaksanakan oleh dua pemuda itu
" selamat pagi " teriak luke yang membuat gauri menutup telinganya
" pagi ayah " ucap rivan dengan lesu
" kamu gapapa " khawatir luke karena melihat wajah rivan yang pucat
" gapapa kok yah " ujar rivan yang melayangkan senyuman yang ia bisa, karena jujur hari ini tubuhnya bener-bener lemes
" kamu mimpi itu lagi " bisik gauri yang saat ini berada di samping rivan
" iya bun, tapi tenang aja, kan ada jeno " balas rivan dengan berbisik-bisik
Selain jeno gauri adalah orang kedua yang tau sisi gelap seorang rivan, saat tau sisi gelap rivan gauri tidak bisa menyembunyikan rasa kasihannya, anak seumuran rivan seharusnya sedang aktif-aktifnya bermain bersama temen sebayanya
Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk rivan, di usianya yang terbilang muda, ia sudah harus berurusan dengan seorang psikiater.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivan
Randombagaimana jadinya jika kau yang hidup luntang-lantung, ternyata putra bungsu dari keluarga ternama? itulah yang di rasakan oleh rivan, ia yang dari kecil sudah mengenal pahitnya kehidupan, bahkan ia sudah terbiasa dengan semuanya, tiba-tiba ia haru...