chap 20

453 20 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, ya cerah karena ini hari minggu, tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk rivan, pagi hari yang menurutnya cerah telah berubah menjadi gelap karena kakak-kakaknya yang tengah bertengkar memperebutkan dirinya.

" kan aku udah bilang, hari ini sama aku dulu, nanti minggu depan baru sama kamu " teriak raisa yang saat ini tengah mengenggam tangan rivan yang berada di belakang tubuhnya

" raisa, kamu aja yang minggu depan, sekarang aku dulu, kan minggu depan aku pergi, jadi kamu bisa bebas sama rivan " teriak geya yang tidak kalah kencangnya

" hah, kenapa hidup gua gini banget ya " batin rivan yang merasa tertekan

" SUDAH CUKUP, HENTIKAN, KALIAN SUDAH DEWASANYA JANGAN BERSIKAP KEKANAK-KANAKAN " teriak gilbert yang merasa geram dengan pertengkaran yang terjadi di depan matanya

Baik raisa maupun geya hanya bisa menundukkan kepalanya, jika opa nya sudah berteriak, tidak akan ada yang berani membantahkan, jangankan membantah menatap matanya pun tidak akan ada yang berani.

" ah, kangen jeje " gumam rivan yang masih bisa terdengar, karena susana yang sunyi

" gimana kalau kamu ikut ayah aja, ayah mau kerumahnya riri lho " tutur luke yang membuat rivan menatap nya dengan mata berbinar

" iya rivan ikut ayah aja " celetuk rivan dengan sumringah

" ih, ayah ikut-ikutan aja " kesel raisa dan geya secara bersamaan

" siapa cepat dia dapat, ayo van kita pergi " ucap luke yang langsung menarik tangan rivan, dan pergi meninggalkan semua orang yang berada di ruang makan

** dimobil **

" oiya, emang ayah kenal sama bunda " tanya rivan yang merasa heran, dari mana luke mengenal ibu jeno

Terlebih lagi panggilan riri , biasanya di gunakan untuk orang yang benar-benar sudah mengenal ibu dari jeno itu.

" tentu saja, dia kan teman ayah " perkataan luke sontak membuat rivan terkejut

sejauh ini ia memang tidak tau, jika ibu dari jeno memiliki seorang teman, yang rivan tau ibu dari jeno, hanyalah ibu rumah tangga biasa yang tidak pernah keluar rumah.

" kamu manggil dia bunda? " tanya luke tanpa melirik rivan, karena ia harus fokus pada jalanan

" iya, sebelum aku ketemu kalian, keluarga jeno sudah menganggap ku, seperti bagian dari mereka " lirih rivan saat mengingat seberapa hangatnya sambutan keluarga respati terhadap dirinya

** sesampainya di kediaman respati**

" jeje " teriak rivan yang baru saja keluar dari mobil

" anjir kuping gua " lontar jeno yang merasakan sakit di area telinga nya

" jeje kangen " tanpa memberi aba-aba rivan langsung memeluk tubuh jeno yang jelas-jelas belum siap, mau gak mau mereka harus jatuh bersama dengan jeno yang berada di bawah rivan

" anjir bangun van, badan gua sakit woi " tegur jeno dengan mendorong tubuh rivan untuk menjauh

Karena melihat jeno yang sepertinya kesulitan untuk bernafas, tanpa pikir panjang rivan langsung bangun dari posisinya.

" je, lu gapapa je " khawatir rivan saat melihat jeno yang terbatuk-batuk

" lu ngapain disini " tanya gauri saat melihat luke yang berada di depan rumahnya

Awalnya luke berniat memencet bel, tapi mendengar rivan meneriaki nama seseorang, akhirnya luke mengurungkan niatnya.

" emangnya gua gak boleh kesini ya " tanya luke dengan wajah datarnya

" gak, gua gak terima tamu yang modelnya kaya lu " jawab gauri yang menatap luke dengan sinis

" jahat, kamu jahat " ujar luke dengan dramatis

Begitulah luke dan gauri, dimata orang lain mereka adalah teman yang sangat dekat dan saling mengerti satu sama lain, tapi nyatanya tidak, luke dan gauri seperti minyak dan air yang takan bisa bersatu.

Rivan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang