Kilas Balik

252 20 14
                                    

- 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 -

"Rahel!!!"

"Hel!!!"

"Rahel!!!"

Farel berteriak kencang, dia mencari keberadaan Rachel—sahabatnya, yang hilang beberapa menit lalu. Sebenarnya tidak hilang, hanya sedang bermain petak umpet saja. Tapi, Farel parno, dia takut Rachel malah jahil padanya. Seperti kemarin sore, tahu-tahu Rachel sudah pulang ke rumah. Katanya sembunyi di rumah lebih aman.

"Nyerah, Hel!"

"Nyerah aja!"

Farel sudah di ujung akan menangis. Jika saja Farel main petak umpet bukan di hutan, Farel tak akan menangis. Masalahnya, sekarang Farel sedang ada di tengah hutan yang ada di daerah rumah mereka. Kebetulan mereka tinggal di daerah puncak, jadi main ke hutan tak masalah, sebab hutan ini ada pemiliknya dan dijaga baik-baik.

"Rahel~"

"Nangis! Nangis!"

Seruan itu membuat Farel terkejut, ia berdebar hebat tatkala mendengar suara tapi tak melihat orangnya.

"Ih, di mana? Rahel sembunyi di mana? Itu Rahel, kan?"

"Bukan, gue hantu di sini, kenapa?"

Farel menelan ludahnya dengan susah payah, ia sudah berkeringat karena mencari Rachel yang tak kunjung ditemukan. Kemudian, ia tambah berkeringat mendengar suara yang tak berwujud itu. Ditambah dengan pengakuannya sebagai hantu di sini.

"Farel bodoh!" hardiknya. "Rahel di sini, lagi manjat pohon mangga, bodoh!"

Farel celingukan, baru setelahnya ia mendongak ke atas dan melihat ada Rachel yang dicari-cari. Anak perempuan seumuran Farel itu sedang asyik menggerogoti buah mangga, kelihatannya segar sekali.

"Boleh minta?" tanya Farel. "Itu, mau yang sebelah sana, tolong ambilkan buat Farel."

"Hah?"

"Farel mau, Hel!"

"Ambil aja sendiri!" cetus Rachel. "Sini naik, jangan manja!"

Farel menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari apakah aman baginya naik ke pohon mangga di tengah hutan ini atau tidak. Soalnya, pohon mangga ini milik orang lain, tanah yang sedang Farel pijak ini ada pemiliknya.

"Rahel udah izin dulu sama pemiliknya?" tanya Farel.

Rachel mengangguk. "Udah. Tapi pemiliknya lagi tidur, nanti kalo malem baru bangun."

"Serius, Hel!"

"Iya! Penunggu pohon ini, kan?"

"Bukan, lho! Sama pemilik pohon mangga ini, Bapak Nanang!"

"Oh, urusan izin itu nanti saja, setelah mangga nya habis dan Rahel kenyang," beber Rachel dengan santainya. "Ayo buruan naik!"

Farel tidak dibekali kemampuan memanjat yang baik, dia hanyalah anak manja yang tak suka hal-hal menantang. Kedua orang tuanya juga sangat menjaga dia dari sesuatu yang berbahaya. Anak ayah sama bunda satu ini memang manja sekali.

"Ngga bisa!" seru Farel sambil memeluk pohon itu seperti bantal guling. "Ngga naik-naik!"

"Bodoh!" hardik Rachel, dia tertawa lepas melihat bagaimana Farel memanjat saat ini. "Udah, kalo ngga bisa jangan makan mangga!"

"Argh! Bisa, Hel. Ini dicoba naik sedikit demi sedikit."

"Kelamaan!" cibir Rachel. "Udah sana turun, Rahel mau turun!"

"Ih, ambilin satu mangga, dong~"

"Ngga mau, ambil sendiri aja!"

"Hel, atuhlah mau mangga itu~"

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang