Kue Bawang

32 7 13
                                    

— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —

Rachel termakan omongan sendiri. Dia yang pada awalnya ingin menolak kehadiran Luna, kini malah berakhir dekat. Malah, Rachel merasa bahwa Luna ini jauh lebih pantas dijadikan sebagai saudari tiri ketimbang Karina. Berandai-andai Mama Sona menikah dengan Ayahnya Luna—Ayah Tio. Tapi sayang, Mama Sona sudah terlanjur menikah dengan Om Paduka.

"Hel," panggil Luna. "Aku mau hidup normal, aku mau bebas beraktivitas kayak kamu."

Rachel menoleh. Tentu ia mengernyit bingung mendengar apa yang dikatakan oleh Luna.

"Hidup aku dulunya ngga lama lagi, tapi setelah ketemu sama Cakra dan kalian... hidupku kayaknya bakalan bertambah."

"Kamu sakit, ya?"

Luna menggelengkan kepalanya.

"Suasana di sini memang bagus, cocok untuk penyembuhan."

Luna menghembuskan napas panjang. "Kalo semisal aku penyakitan, Cakra bakalan menjauh, ngga?"

"Ngga." Rachel menjawab dengan cepat. "Cakra orangnya baik, dia justru bakalan ngebantu siapa pun buat keluar dari zona tidak nyaman mereka."

"Cakra suka sama aku, Hel?" tanya Luna.

Rachel terdiam.

"Iyakan? Semua perhatian yang dia kasih selama ini, itu karena dia suka sama aku, kan?"

Rachel masih terdiam.

"Hel. Aku juga suka sama Cakra, aku merasa beruntung bisa bertemu sama Cakra. Tapi aku takut juga, takut dia hanya kasihan sama aku."

Rachel menatap Luna dengan lamat, sebenarnya ada sedikit tidak rela apabila Cakra akan menjalin hubungan dengan Luna. Biar bagaimana pun, Cakra itu salah satu sahabat Rachel. Jika sampai Cakra menjalin hubungan, maka waktu dengan sahabatnya akan sedikit berkurang. Yah, walau selama ini pun Cakra memang sudah mengurangi waktu bersama Rachel dan Farel.

"Udah malam, Lun," ujar Rachel. "Gue mau pulang."

"Aku butuh Cakra, Hel."

— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —

Esoknya...

Hari sabtu, yakni hari libur dari sekolah.

Rachel sudah menunggu dari dua puluh menit yang lalu, tetapi Farel tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Hari ini, mereka ada janji ke lapangan di hutan, niatnya sih hanya duduk-duduk santai sambil mengobrol. Rachel juga sudah siapkan camilan buatan Mama Sona. Kalau Cakra, Rachel tidak terlalu berharap akan datang, tapi Rachel sudah bilang kepada Cakra untuk datang juga.

"Rahel! Rahel! Rahel!"

Rachel tersenyum simpul, kedatangan Farel walau begitu lambat tak membuatnya kesal. Dia justru senang, sebab Farel akhirnya datang walau dengan keadaan terburu-buru. Cowok itu menaruh sepedanya di samping sepeda Rachel, dia segera menghampiri Rachel yang duduk di samping tiang ring basket.

"Ke mana aja, sih?" tanya Rachel berlagak kesal. "Kan, gue udah lama nunggu di sini."

Farel cengengesan. "Biasa. Wah, ada kue bawang, nih! Pasti buatan Mama Sona, ya?"

"Hmm."

"Sebentar, kue ini ngga bisa dilewatkan begitu saja. Udah lama ngga makan ini kue," cerocos Farel.

"Mama baru sempat bikin," kata Rachel. "Karena gue tahu lo suka, jadi gue minta dibungkus ke Mama."

"Terbaik!" pekik Farel sambil menyenggol lengan Rachel. "Mama Sona memang terbaik!"

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang