— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —
"Ucapkan terima kasih kepada Farel. Terima kasih Farel, coba gitu."
Di saat yang lain sibuk belajar, Farel justru diberi izin makan di kantin bersama Rachel dan Cakra pastinya. Mereka berdua jadi ikutan mendapat keberkahan pagi setelah Pak Nurdin menyarankan kepada mereka untuk sarapan di kantin, yang membayarnya sih ada Bu Naya—maminya Cakra. Kebetulan mengajar di sekolah ini, sebagai guru matematika.
"Malas banget, tapi terima kasih," ucap Cakra.
"Rahel, ayo bilang terima kasih sama Farel," pinta Farel.
Rachel menggelengkan kepalanya sambil mengunyah. Dia memang paling anti untuk mengucapkan terima kasih kepada Farel, soalnya Farel lebih banyak dapat bantuan darinya. Yah, begitulah dengan sahabat, tak pernah sungkan.
"Udah kenyang?" tanya Cakra. "Rel, besok-besok makan dulu di rumah, malu kita berdua."
"Hooh, malu banget, tahu. Apalagi teman-teman satu sekolah keluar kelas, ngeliat Farel diruqyah sama Pak Nurdin tadi," cerocos Rachel.
"Tapi gara-gara kejadian itu, kita bisa melewati pelajaran Bu Naya, lho. Kan, kita sama-sama benci matematika," sambut Farel.
Cakra sih iya-iya saja, dia juga mengakui kalau guru matematika yang merupakan maminya itu, galaknya bukan main kalau di sekolah. Beda lagi kalau di rumah, sifatnya sangat lemah lembut, apalagi saat berhadapan dengan suaminya.
"Oh iya, ada anak baru, kan?" tanya Farel.
"Iya, kata Mami masuk kelas kita," jawab Cakra.
"Cowok?" sahut Rachel.
Farel memicingkan matanya. "Kenapa Rahel nanya itu? Kalo dia cowok, Rahel mau jadiin dia korban selanjutnya?"
"Korban apaan? Cuma mau ngajak temenan, kok."
"Alah! Kita berdua juga awalnya diajak temenan, sekarang malah dijadiin babu sama kamu," cerocos Farel.
Rachel mendengkus. "Kalian ngga suka temenan sama aku? Iya? Ya sudah, aku bisa temenan sama Mike sama Juan, kok!"
"Farel!" tegur Cakra. "Udah, Hel. Jangan di anggap serius, kenapa kamu sensi banget, deh?"
"Siapa yang sensi, hah?!"
Farel dan Cakra tersentak, keduanya reflek saling berpelukan karena diserang oleh amukan Rachel yang benar-benar menakutkan bagi mereka. Walau mereka bisa melawan, tetapi mereka sadar betapa Rachel berarti untuk persahabatan mereka.
"Sudah beres belum?"
Pertanyaan itu berasal dari Mami Naya alias Bu Naya kalau di sekolah, profesional dalam bekerja soalnya. Dia menghampiri mereka bertiga dan melihat mangkuk-mangkuk sarapan sudah habis. Itu tandanya, mereka boleh masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran.
"Masih ada tiga puluh menit lagi, ayo masuk!" perintah Bu Naya.
Ketiganya saling menatap satu sama lain, menyesal telah menghabiskan sarapan secepat itu, sampai-sampai masih tersisa waktu untuk belajar matematika bersama.
"Masih laper, Bu," keluh Farel.
Namun, belum juga Bu Naya bicara, Farel sudah sendawa yang membuat mereka bertiga mau tidak mau segera meninggalkan kantin saja.
"Sekalian mau lihat anak baru, sih," ucap Rachel. "Kalo cowok minimal harus ganteng, kalo ngga ganteng ngga dijadiin teman, ah~"
"Jadi, kita berdua ganteng, dong?" sahut Farel percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
Novela JuvenilDari masih SD, mereka sudah mengenal apa itu cinta. Tapi... mereka terjebak dalam zona pertemanan. [07-01-24] #1 Moonbin