— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —
Banyak sekali orang-orang baru sekarang. Setelah kedatangan satu keluarga di vila besar itu, kini rumah-rumah yang dahulu sempat dibiarkan kosong jadi terisi lagi. Memang sayang untuk dibiarkan, sih. Sebab rumah yang dibiarkan itu sangatlah bagus.
"Farel, Cakra."
"Hmmm."
Rachel beranjak duduk, ia menoleh ke arah Farel dan Cakra secara bergantian. Dua sahabatnya itu masih asyik rebahan di rerumputan dengan mata yang terpejam. Begini jadinya kalau tidak ada kegiatan apa-apa, rebahan di mana pun selagi nyaman.
"Kalian tahu, ngga?"
"Dalam waktu yang berdekatan, daerah sini kedatangan orang-orang dari luar."
"Kata Mama, yang tinggal di vila itu namanya Luna. Terus ada Bima. Eh, kemarin ada sekeluarga datang ke rumah minta dibuatin baju sama Mama."
Cakra membuka matanya.
"Terus mereka yang ke rumah kamu tinggal di sini juga?" tanya Cakra.
Rachel mengangguk. "Iya. Rumahnya kan dekat sekolah kita."
"Rahel!!!"
"Rahel!!!"
Farel dan Cakra kontan beranjak duduk mendengar suara itu, mereka berdua dibuat celingukan mencari di mana asal suara tersebut. Dan, dari arah kiri semak-semak bergoyang, tak beberapa lama munculah Bima dengan membawa satu bungkus camilan di tangannya.
"Wah~" Bima terkagum. "Jadi ini tempat main kalian? Bima kira di sini ngga ada lapangan."
"Kamu ngapain ke sini, sih?" sewot Rachel. "Dan siapa yang ngasih tau kamu soal tempat ini?"
"Mamanya Rahel," jawab Bima. "Eh, iya. Bima bawa camilan, mau?"
"Ngga!"
Bima mengerucutkan bibirnya sedih, sedang Farel dan Cakra saling menatap satu sama lain untuk setidaknya menghargai kedatangan Bima ke sini. Bima pasti butuh teman, mengingat dia orang baru di sini.
"Jangan galak-galak, Hel," kata Cakra.
"Ayo sini, Bim!" ajak Farel.
"Farel! Cakra!" pekik Rachel tidak suka. "Aku pulang, nih! Malas banget kalau harus main sama Si ikan buntal!"
"Jangan begitu, dia itukan teman kamu pas masih TK," tegur Farel. "Sini, Bim. Kita ngga bakalan gigit, kok."
"Hel, ayo suruh ke sini," bisik Cakra. "Dia bawa camilan, kamu pasti lapar, kan?"
"Aku—ya udah!" Rachel tidak bisa menolak lagi. "Tapi besok jangan ganggu-ganggu lagi, kamu bukan tipe teman aku!"
"Tipe teman Rahel yang seperti apa memangnya?" tanya Bima.
"Harus laki-laki, kaya, tidak pelit, keluarganya harus lengkap," cerocos Rachel. "Kamu punya semua itu, ngga?"
Farel mengusap wajah Rachel gemas sendiri, kemudian dia segera beranjak menghampiri Bima yang masih berdiri di tempatnya.
"Yuk!" ajak Farel.
"Nanti Rahel marah, Bima takut." Bima menahan dirinya sendiri. "Bima takut dimarahi, Rahel marah~"
"Kan!" pekik Rachel sambil beranjak berdiri. "Kamu itu bukan tipe teman aku! Kamu tidak seperti laki-laki, cengeng!"
Bibir Bima gemetar, tetapi dia berusaha untuk menahan tangisannya. Tapi, Bima segera menarik ingusnya sekuat tenaga, menghentakkan kakinya agar menghilangkan rasa ingin menangis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
JugendliteraturDari masih SD, mereka sudah mengenal apa itu cinta. Tapi... mereka terjebak dalam zona pertemanan. [07-01-24] #1 Moonbin