— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —
Setelah lulus SMA, mereka memutuskan untuk sama-sama pergi ke luar kota. Bukan tanpa alasan, tapi mereka harus menyelesaikan pendidikan di jenjang kuliah. Berhubung belum ada kampus di daerah sini, makanya mereka harus pergi menghampiri kampus impian masing-masing. Dan Rachel harus melepaskan semua orang dalam hidupnya, membiarkan mereka mengejar cita-cita di luar kota. Rachel hancur seorang diri, kondisinya mematahkan mimpi dan harapan.
Farel menjadi orang terakhir yang pergi, dia sempat menghabiskan waktu dengan Rachel terlebih dahulu. Baru setelah waktunya tiba, ia mulai berpamitan.
"Pulang udah jadi Dokter, ya, Rel," kata Rachel. "Biar nanti bisa ngobatin banyak orang."
Farel tersenyum, lalu ia merengkuh Rachel dan mengusap-usap punggung sahabatnya. Air mata keduanya jatuh seketika, membasahi kedua pipi yang sebelumnya kering.
"Jangan lupa sama gue, Rel," kata Rachel. "Gue tahu, di sana lo pasti bakalan banyak ketemu orang baru, tapi lo harus ingat kalo gue sahabat lo."
Farel mengangguk, ia makin memeluk Rachel dan kehilangan kata-kata karena saking sakitnya harus meninggalkan kampung halaman. Jika bukan karena cita-cita, Farel tak akan meninggalkan tempat ini.
"Gue aman sama lo, Rel," lirih Rachel. "Tapi lo jangan khawatir, gue bisa jaga diri gue baik-baik meski tanpa lo."
"Senang mendengarnya, Hel."
Pelukan itu merenggang, Farel meraih wajah Rachel dan menyeka air matanya. Farel kembali memeluk Rachel, tapi kali ini lebih erat karena rasa tak ingin meninggalkan begitu kuat dalam dirinya. Setiap hari bertemu dan pergi ke mana-mana bersama, mungkin saat terpisah tak akan ada momen seperti itu lagi.
"Gue berangkat sekarang, Hel," pamit Farel.
"Hati-hati di jalan, Rel."
Perlahan Farel melangkah mundur, ia masih tak bosan melihat Rachel untuk yang terakhir sebelum ia benar-benar jauh darinya. Rachel melambaikan tangannya, dibalas lambaian tangan juga dari Farel yang tak Rachel lihat. Pasti menjadi Rachel itu sakit, dia harus kehilangan sahabatnya tanpa melihatnya untuk yang terakhir kali.
"Love you, Rel," cicit Rachel pelan sekali.
Farel berbalik, ia menyeka air matanya tak bisa menerima kepergiannya ini. Dia ingkar janji pada Rachel, dia tak bisa menjadi bola mata untuk Rachel dalam waktu yang lama.
"Love you, Hel," ungkap Farel di sela langkah pulang ke rumah. "Gue sayang sama lo."
— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —
Satu pekan setelah kepergian teman-temannya, Rachel mendapat kabar kalau dia akan melakukan operasi untuk matanya. Ada pendonor yang berbaik hati ingin memberikan bola matanya untuk Rachel. Belum diketahui siapa, tetapi akhir-akhir ini Rachel malah kepikiran Luna yang sakit-sakitan. Bahkan, Luna tidak melanjutkan kuliahnya karena harus ke Singapura, dirawat di rumah sakit yang lebih lengkap.
Sepertinya pendonor itu sudah merencanakan semuanya, sehingga begitu Rachel sampai di rumah sakit umum, ia langsung menerima kabar kalau operasi akan dilakukan besok. Rachel harap, orang yang mendonorkan mata untuknya ini bukanlah Luna, dia pun berharap bukan orang terdekatnya, mengingat dia lebih baik gelap daripada kehilangan lagi.
— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —
Sepasang bola mata untuk Rachel. Setelah melewati proses yang cukup panjang, akhirnya Dokter membuka perban di mata Rachel. Tidak gelap lagi, Rachel bisa melihat kembali meski masih buram. Tapi, Rachel yakin yang saat ini berada di ruangannya adalah Mama Sona.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
Roman pour AdolescentsDari masih SD, mereka sudah mengenal apa itu cinta. Tapi... mereka terjebak dalam zona pertemanan. [07-01-24] #1 Moonbin