Tidak Butuh Teman

38 8 16
                                    

— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —

Rachel tidak pernah bilang jika dia cemburu, Rachel tidak pernah bilang jika dia kesal, Rachel pun tidak pernah bilang atas menjauhnya orang-orang yang dahulu pernah begitu dekat dengan dirinya. Dimulai dari Mama Sona yang mulai punya kesibukan baru, Cakra yang bertemu dengan Luna, dan Farel yang perlahan berpaling pada Dara.

Tes!

Setetes cairan kental berwarna merah jatuh di wastafel, Rachel menatapnya dengan bingung, lalu saat melihat ke cermin ternyata sumber cairan tersebut berasal dari hidungnya sendiri. Rachel biarkan darah itu mengalir, sedang dirinya meremas tepian wastafel meredam jeritan atas rasa nyeri di kepala.

Satu tangan Rachel terangkat, membentur-bentur kepalanya berharap bisa menghilangkan rasa sakit. Namun, yang ada malah menambah beban baginya hingga ia jatuh berlutut di sana, ia menyeret tubuhnya ke tembok agar bisa bersandar dan tak jatuh lebih parah lagi.

Dengan pandangan yang memburam, Rachel membiarkan tubuh itu beristirahat lebih lama di sana. Pintu toilet terbuka di saat pandangan Rachel belum benar-benar jelas, dia juga tidak begitu bisa mendengar dengan baik, pendengarannya turut berdengung.

"Lo kenapa?"

"Rahel?"

"Lo bercanda, ya?"

Karina menatap ke segala penjuru arah untuk mencari setidaknya satu alasan mengapa Rachel bisa duduk selonjoran seperti orang lemah di sana.

"Rahel?"

"Rahel lo dengar gue ngga, sih?"

Karina melangkah maju, lalu ia menyadari bahwa saat ini Rachel memang sedang tidak bercanda. Diraihnya wajah Rachel yang pucat dengan adanya darah mengalir dari hidung, Karina pun mengguncang kedua bahu Rachel sembari memanggil namanya.

"To-long."

Hanya itu. Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Rachel. Karina jelas panik, ia beranjak pergi dari toilet dan berteriak meminta pertolongan. Alhasil, Mike yang kebetulan akan ke toilet pun datang dan langsung memberikan pertolongannya pada Rachel.

"Ini kenapa bisa seperti ini?" tanya Mike.

"Ngga tahu, gue masuk ke toilet Rahel udah duduk di lantai," jawab Karina di sela langkah mengimbangi Mike. "Rahel sudah begitu, dan Rahel cuma minta tolong doang."

"Pak Gema!" pekik Mike. "Tolong, Rahel sakit, Rahel harus dibawa ke puskesmas, Pak!"

Karina memberhentikan langkahnya, ia biarkan Mike mengurus Rachel yang kesadarannya sudah hilang sejak naik ke punggung Mike. Telapak tangan Karina berkeringat, dia merasa cemas sekaligus kesal karena Rachel mendapatkan pertolongan dari Mike yang selama ini ia kagumi.

— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —

"SIRKEL TAI!"

Awan yang biru mendadak jadi abu, sore kali ini tak disambut dengan warna oranye khas senja. Pun kepulangan Farel dan Cakra, mereka tiba-tiba dihadang oleh Mike yang marah. Pulang mereka tidak tenang seperti biasanya.

Mike mengamuk. Dia menghadang jalan Farel dan Cakra yang sama-sama akan pulang ke rumah, tentu mereka tidak hanya berdua, mereka bersama Luna dengan Dara.

"Jangan teriak-teriak di depan Luna!" peringat Cakra, ia memberanikan diri mendekat ke arah Mike serta mencengkram kerah bajunya. "Maksud lo apa?"

Mike tersenyum picik. "Tai!"

Cakra mendorong dada Mike marah, tapi dia berusaha untuk tidak lebih marah karena takut membuat Luna panik hingga sesak napas.

"Rel, bawa Luna sama Dara pergi dari sini," suruh Cakra.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang