Kilas Balik

93 11 10
                                    

— 𝙁𝙍𝙄𝙀𝙉𝘿𝙕𝙊𝙉𝙀 —

"Itu, sebelah sana, Hel. Dia lagi main ayunan, cantik banget~"

Sebelum berangkat sekolah, Cakra mengajak Rachel untuk menemui Putri Cantik itu. Kini mereka sedang sembunyi di balik semak-semak, memperhatikan anak perempuan yang sedang main ayunan. Kegiatan ini pasti akan berulang untuk Cakra, sebab jalan menuju ke sekolah melewati vila Putri Cantik-nya.

Cakra tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada anak perempuan seusia mereka yang sedang main ayunan di pekarangan vila. Sepertinya anak itu merupakan anak pemilik vila besar yang hanya akan ramai di hari-hari tertentu saja. Contohnya hari ulang tahun salah satu anggota keluarga, ulang tahun pernikahan, dan hari-hari besar lainnya. Mereka pasti kaya raya.

"Gimana menurut Rahel? Kalau menurut Cakra, dia adalah putri dari kerajaan yang didatangkan untuk Pangeran Cakra," beber anak laki-laki itu berlagak.

Memiliki fantasi yang sangat tinggi, membuat Cakra banyak berkhayal untuk menjadi seorang pangeran di kehidupan nyata. Semua itu bermula ketika ia dibacakan dongeng oleh pembantu di rumah, jadi terbawa suasana sampai sekarang. Tapi, ya hanya kepada orang-orang tertentu saja dia mengaku soal dirinya seorang pangeran.

"Cantik, kan?"

Rachel sedari tadi menahan mati-matian rasa kesalnya. Dia mengakui kalau anak perempuan itu memang cantik, apalagi kalau dibandingkan dengan dirinya yang suka memakai baju seadanya, ditambah lagi rambut diikat bak ekor kuda yang membosankan untuk dilihat. Beda sekali dengan Si anak orang kaya bak Tuan Puteri di negeri dongeng itu, memakai baju ber-merk, rambutnya yang sehat digerai, kalau pakai mahkota sudah seperti tuan puteri sungguhan.

"Cakra sukanya yang begitu?" tanya Rachel.

Cakra mengangguk mantap. "Iya. Cakra sukanya yang lembut, cantik, terus punya senyuman yang manis. Mirip seperti Putri Cantik itu."

"Ayah!"

Tiba-tiba dia memekik, tentu membuat Cakra dan Rachel yang merasa menjadi alasan mengapa ia berteriak pun segera berjongkok. Bersembunyi di balik semak-semak dan berdoa agar tak ketahuan sedang mengintip.

"Astagfirullah, Luna~"

"Ayah~"

Rachel dan Cakra beradu pandangan, keduanya membekap mulut sendiri melihat dari celah semak-semak saat anak perempuan itu digendong oleh seorang pria yang dipanggilnya ayah. Mereka pergi, menyisakan Rachel dan Cakra yang akhirnya bisa menghela napas lega.

"Kenapa, ya?" tanya Cakra cemas. "Putri Cantik, kok, kayak ketakutan."

"Jangan-jangan dia indigo lagi," ucap Rachel asal.

Dalam keheningan itu, mereka berdua menoleh ke arah semak-semak yang tiba-tiba bergerak.

"Rahel~"

"Cakra~"

"KABUR!"

Berteriak dan segera berlari dari sana, mereka berdua terburu-buru mengambil sepeda untuk pergi ke sekolah.

Farel keluar dari semak-semak dengan rerumputan yang memenuhi rambutnya, bahkan dia meludahkan dedaunan dari mulut yang termakan karena memaksa masuk ke dalam semak-semak tersebut.

"Aduh, Rahel! Cakra! Kok, Farel ditinggal, sih!"

Di antara mereka bertiga, Farel merupakan anak manja yang apa-apa harus barengan. Dia juga menjadi satu-satunya anak yang tak bisa naik sepeda, alias belum diajari karena kata bundanya takut kenapa-kenapa. Jadinya ya begini, ke mana-mana harus jalan kaki, kalaupun naik sepeda pasti dibonceng Rachel atau Cakra.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang