002

676 44 2
                                    

Kembali kedua orang yang sedang melahap jjajjangmyeon. Setelah dibangunkan Joshua, Jeonghan betul-betul kelaparan. Semangkuk besar jjajjangmyeon sudah hampir habis dia lahap.

"Perlu nambah punya gua?" tanya Joshua

"Gak, gue mau makan JJampong besok" serindu itu Jeonghan dengan makanan korea

Setelah makan, dengan beberapa bir ditangan Joshua mereka sedang bersantai di balkon ruang tengah Jeonghan. Karna sepertinya malam ini akan jadi malam yang Panjang untuk bercerita.

"Lo sudah sejauh mana sama Seokmin?" Jeonghan memulai pertanyaan karna jujur saja sebelum dia pergi pun Seokmin dan Joshua sudah menjalin hubungan.

"Yang pasti gak sejauh Edinburgh sihh" Joshua mencoba mencairkan suasana. Mereka tertawa Bersama ditengah gemintang Seoul malam ini.

"Kita jangan bicara tentang gue kali ini, kita bicara tentang lo, tentang kalian" Ujar Joshua mencoba membuat Jeonghan bicara. Pasalnya tidak ada yang tau alasan Jeonghan pergi 5 tahun lalu, hanya secarik kertas di loker sekolah yang dia tinggalkan kemudian benar-benar menghilang dari peradaban.

"Apa yang terjadi 5 tahun lalu Han?" desak Joshua masih menatap jeonghan yang seperti menerawang masa lalu.

"Semua baik-baik saja Josh, semua berjalan seperti biasa, persahabatan kita, kehidupan kita. ..... Namun semuanya berubah ketika perasaan suka itu hadir di tahun pertama kita SMA"

"Lo suka sama Seungcheol dari kita SMA???" kali ini Joshua terkejut. Sepintar itu Jeonghan menyembunyikan perasaannya sampai-sampai dia yang sahabatnya dari kecil pun tidak tau

"Em... hanya gue yang tau perasaan gue"

"Dan lo sakit hati karna Seungcheol seplayboy itu pas kita SMA?"

"Di awal iya, gue sakit hati ketika dia dapat pacar pertama dia di SMA. Tapi melihat dia yang selalu Kembali ke gue disaat kapan pun, gue merasa siapa pun pacarnya, gue tetap jadi prioritasnya"

"Iya sihhh, ingat gak dulu waktu lo tanding basket trus kena sikut lawan dia sampe rela tawuran demi lo setelah itu" ujar Joshua

Jeonghan tersenyum manis mengingat masa itu, ekspresi Seungcheol yang mengkhawatirkannya tidak pernah berubah dan Jeonghan suka hal itu. Dia merasa dia lah pemilik hati Seungcheol.

"Oh jangan lupakan setiap dia putus, dia selalu mencari lo dan kabur dari kelas demi healing bareng" tambah Joshua. "Lantas kenapa???" lanjut Joshua.

"Tragedinya adalah ketika dia tau perasaan gue..."

Joshua kini terdiam sambil membuka lebar mata dan mulutnya seolah speechless dengan perkataan Jeonghan.

"Wait, gue ingat, sebelum lo pergi lo sempat gak tegur sapa sama Seungcheol kan?"

"Iya beberapa hari sebelumnya..."

"Terus...."

"Singkatnya gini Josh, ketika dia tau perasaan gue , dia nolak gue"

"Dia bilang dia nolak lo?"

"Dia gak bilang dengan mulutnya, dia bilang dengan perilakunya ke gue saat itu"

"Kami sempat bicara di atap sekolah pagi itu sebelum masuk, dia yang minta. Dan gue juga merasa perlu meluruskan keadaan. Namun ternyata dia gak beranggapan seperti itu, dia bilang dia kecewa sama gue, dan dia beranggapan perasaan gue menghancurkan persahabatan kami"

"Dan puncaknya adalah ketika pesan masuk di HP gue di siang itu"

"Pesan? Dari?"

"Dari Seungcheol, dia bilang temui dia lagi, tapi kali ini bukan di atap tapi di ruang basket"

After 5 yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang