Asap rokok menyeruak menemani keheningan keduanya—mereka Genta dan Yogi, tidak ada yang mau memulai pembicaraan.
Helaan nafas panjang yang keluar dari mulut Yogi membuat atensi Genta teralih untuk menatap kearahnya.
"Jadi gini ta, sebelum ada kesalahpahaman antara lo dan raras. gue mau kasih tau kenapa gue kenal raras," ucapnya dengan menyibakkan rambutnya yang panjang
"Gue temennya raras , kita udah kenal lama karena mungkin tetanggaan orang tua raras juga udah nitipin dia sama gue, jadi kalo raras ada yang nyakitin otomatis gue ikut campur."
Mendengar penuturannya—Genta hanya mengangguk mengerti, penjelasan dari Yogi mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya semalam.
Bukan Genta tidak percaya dengan Raras, namun tetap saja di situasi kalut semua orang akan sulit untuk berpikir dengan jernih.
"Semalem Raras nangis ke gue, dia bilang kalo dia sering dapet ancaman tapi ancaman semalam itu yang bikin dia cukup ketakutan."
"Ancamannya apa?"
"Sehabis jalan sama lo, dia nemuin selembar kertas di dalem kamarnya yang isinya ga terlalu panjang tapi gilanya si pelaku nulis di kertas itu pake darah."
Genta terdiam, kaget, tidak percaya, khawatir semua itu bercampur menjadi satu, dia serasa diterpa asap rokok yang sangat tebal yang membuatnya sulit untuk bernafas.
"Terus sekarang keadaan Raras gimana?" Tanya Genta yang sudah sangat cemas
"Raras udah baikan sekarang, lo ngga usah khawatir."
"Maaf ya gi, semua ini salah gue harusnya Raras ngga harus ngerasain takut kalo dia ngga pacaran sama gue."
Yogi yang mendengar itu jelas tidak suka dengan penjelasan dari Genta, lelaki itu melempar botol kosong bekas air putih yang dia beli.
"Bukan jawaban itu yang gue mau," ucapnya yang membuat Genta bingung
"Tapi kan gue salah."
"Iya gue tau, tapi emang dengan pengakuan salah lo itu Raras bakalan aman? Raras ngga bakal dapet ancaman lagi?" tanya Yogi kembali menyesap rokoknya yang tinggal setengah
"Jadi gue harus gimana sekarang?"
"Cari lah bego, cari siapa orang yang udah bikin Raras begitu."
"Tapi—gue kayanya tau siapa orang itu."
Mendengar itu Yogi terdiam namun ekspresi wajahnya tidak dapat dijelaskan.
"Kalo lo udah tau terus lo diem aja?"
"Gue udah pernah ketemu dan ngomong sama dia, dan dia udah janji ngga akan ganggu Raras lagi."
"Tapi nyatanya?"
Tangan Genta mengepal kuat, kalau seandainya lawannya itu laki-laki mungkin dia sudah menonjok nya hingga babak belur, namun Genta tidak ingin dianggap sebagai pria lemah yang hanya berani dengan perempuan.
"Siapa orangnya ta?"
"Adeline."
Jawaban singkat dari Genta mampu membuat mata Yogi membulat sempurna, memang dia mengetahui fakta bahwa Genta dengan Adeline cukup dekat hingga banyak rumor yang mengatakan mereka berpacaran, namun yang buat Yogi kaget gadis yang dia pikir humbel, baik, lemah lembut seperti Adeline dapat melakukan hal yang bodoh seperti itu.
"Lo yakin?"
"Iya, gue pernah menghubungi nomor yang mengancam Raras, dan itu nomor Adeline."
Mereka gusar, baik Yogi dan Genta keduanya sama-sama dibuat bingung. keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, Yogi yang masih tidak percaya sedangkan Genta bingung harus bagaimana lagi dia memperingati Adeline.

KAMU SEDANG MEMBACA
Genta & Raras
Fanfiction[ft. Lee Taeyong] Genta itu seperti penunjuk jalan, dia selalu dapat menunjukkan arah kemana harus pulang. ©2023, dinluvie