10; alasan

13 5 0
                                    

Suara ketukan vape yang sengaja di benturkan ke atas meja terdengar sangat beraturan, Genta-menatap seseorang dihadapannya dengan tatapan mengintimidasi.

Suasana disana cukup ramai namun masih saja keheningan hanya terasa dimeja mereka, seseorang yang berada di hadapannya hanya terdiam dan menatap kearah minumannya.

"Del," ucapan Genta seakan membuyarkan lamunan gadis itu, dia menatap Genta dengan ragu-ragu

Dia Adeline, gadis cantik dan manis itu yang selalu menjadi primadona kampus yang saat ini Genta ajak bicara.

"Kita udah sepakan buat ngga nerima perjodohan itu kan," lanjutnya namun terlihat Genta menghembuskan nafas sejenak, dia berusaha menyusun kata yang sekiranya tidak menyakiti perasaannya

"Apa gue punya salah sama lo?" Mendengar ucapan Genta membuat Adeline langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat

"Gue minta maaf kalo memang seandainya ini semua salah gue, tapi apa gue boleh minta tolong buat lo ngga ganggu Raras lagi."

Rasanya untuk saat ini Genta ingin menurunkan ego nya untuk sekedar memohon kepada Adeline, apapun akan dilakukannya demi Raras.

"Ta gue ngga paham apa yang lo bilang," jelas Adeline

Perasaan Genta semakin tidak karuan, lelaki itu hanya menyibakkan rambutnya asal dia ingin marah namun masih bisa ditahan.

Tiba-tiba Genta menyodorkan ponselnya, memperlihatkan isi chat berupa ancaman itu kepada Adeline.

"Ini nomor lo kan?" ucapnya memastikan

Adeline hanya mengangguk, lalu membaca semua pesan singkat yang ada disana. Dia kaget bukan main pasalnya Adeline sendiri tidak pernah mengirimkan pesan seperti itu.

"Gue ngga pernah ngelakuin ini, ini semua ngga bener ta," Adeline berusaha mencari pembelaan

Dengan tenang Genta mencoba menghadapi gadis itu, dia tidak ingin masalah seperti ini akan semakin besar apalagi kalau sampai keluarganya tau. Karena dia tau Adeline sedekat apa dengan keluarganya.

"Gue selalu percaya sama lo, karena kita udah temenan dari lama," Genta mencoba tersenyum agar gadis dihadapannya itu merasa nyaman

"Walaupun itu nomor lo tapi gue berusaha percaya kalo lo ngga ngelakuin itu."

Entah mengapa menurut Adeline-Genta lebih menakutkan saat berbicara dengan pembawaan yang tenang disaat dirinya marah.

"Lo bisa kan kasih kepercayaan itu sama gue?" Lanjutnya yang langsung di iyakan oleh Adeline, sebenarnya Adeline juga tidak terima dituduh seperti itu namun dia tidak memiliki alasan lain

Karena dirasa Genta tidak cukup puas dengan jawaban itu, lelaki itu memutuskan untuk pulang terlebih dahulu meninggalkan Adeline di cafe itu sendirian.






Motor vespa sprint miliknya melaju dengan sangat kencang, dia butuh sesuatu untuk meluapkan emosinya sejenak.

Kosan Jodi adalah tujuan utamanya, disana Genta dapat bermain ps sepuasnya selain itu juga kosan Jodi sangat tenang dan teduh, enak untuk merefresh pikiran.

Saat motor nya memasuki halaman kosan itu semilir angin sudah menyapanya, hawa yang tenang jauh dari kebisingan aktivitas manusia.

Tepat di kamar nomor 7 dengan nuansa retro itu Genta mengetuk pintunya dengan pelan, kosan Jodi memang kos tua namun jangan salah bangunannya masih sangat kokoh dan awet.

Suara pintu terbuka menampakan wajah Jodi yang baru bangun tidur, mulutnya terbuka lebar lalu menyuruh Genta masuk.

"Minum apa ta?"

Genta & Raras Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang