30. Feeling

1.2K 107 31
                                    

Pagi ini cuaca tampak mendung, namun tak hujan,Alleta sudah siap dengan motornya,setelah berpamitan kepada keluarganya, dan bayinya yang gemas itu,Alleta berangkat ke sekolahnya,dirinya tak serempak Azka dan Rendra,kenaikan kelas tidak akan lama l...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini cuaca tampak mendung, namun tak hujan,Alleta sudah siap dengan motornya,setelah berpamitan kepada keluarganya, dan bayinya yang gemas itu,Alleta berangkat ke sekolahnya,dirinya tak serempak Azka dan Rendra,kenaikan kelas tidak akan lama lagi dan Rendra juga pasti akan sibuk dengan urusannya dan menentukan kuliahnya dimana.

"Jangan hujan pliss,tunggu gue nyampe sekolah aja",Alleta melajukan dengan kecepatan normal pada umumnya, Alleta selalu berdoa dalam hatinya agar tak terkena macet saat dijalan.

Selama perjalan semua baik baik saja,namun saat sampai jalan untuk lewat,entah ada apa didepan,tapi semua orang berhenti dan sepertinya kesal pada orang yang menghadang jalan mereka.

"Didepan ada apa ya pak?", tanya Alleta sopan pada bapak bapak bermotor disampingnya.

"Itu dek,katanya ada nenek nenek yang munggutin berasnya dan ga mau pergi",Alleta mengangguk saja, namun tak hayal dirinya turun dari motornya dan melepaskan helm fullface yang dipakainya,dan segera menuju ke depan.

Dapat Alleta lihat,nenek itu sedang memungut berasnya yang berjatuhan,dan orang orang yang terus memberikan klakson tanda kesal.Alleta yang tak tega pun menghampiri perempuan tua itu.

"Nek...?",wanita tua itupun menoleh, dapat Alleta lihat,mata itu menangis, Alleta berjongkok menyamakan dengan sang nenek,wanita tua itu kembali memungut berasnya.

"Nek,minggir ke tepi dulu yuk?",ajak Alleta,namun wanita tua itu menggeleng.

"Kenapa?",tanya Alleta lagi membuka suara.namun nenek itu tak menjawab,dirinya seolah memberi tahu Alleta lewat tangannya,Alleta sedikit bingung namun tak lama akhirnya dia mengerti,nenek itu tak bisa berbicara.

Alleta mengambil kertas yang ada dalam tasnya,karena Alleta memang tak sepenuhnya mengerti bahasa isyarat,"nenek bisa nulis kan?", dengan cepat wanita tua itu mengangguk,dan Alleta langsung memberikan buku dan pulpennya kepada sang nenek.

Alleta dapat melihat apa yang nenek itu tulis.

Nenek hanya mau memungut beras nenek yang jatuh,karena ini uang terakhir yang nenek punya,jika beras ini tak nenek pungut,cucu nenek makan apa nanti?

Alleta mengangguk paham,Alleta mengenggam tangan nenek itu yang kembali ingin memungut berasnya.

"Gausah ya,nanti kita beli baru,kita nepi dulu yuk nek,kasian yang lain", nenek itu ingin menuliskan sesuatu, namun Alleta tau apa yang akan ditulis nenek itu.Alleta kembali bersuara.

"Nenek ga usah khawatir sama uang,nanti Alleta yang beli yuk", akhirnya mereka pun menepi ke tepi jalan.

"Lain kali kalau disuruh pergi ya pergi nek,lihat saya jadi terlambat!",marah salah satu pengendara.

"Saya meminta maaf atas nenek ini pak,maaf sudah menghambat jalan kalian",ujar Alleta.

"Lain kali jangan gitu lagi nek",nenek itu hanya mengangguk dan menunduk.

Alletarez Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang