; Hanna si Bendahara

249 35 9
                                    

Hanna menyalonkan diri jadi bendahara, alasannya bukan karena alasan yang mulia, dia cuma gak mau ditagih dan dia mau nagih duit orang, lalu alasan lainnya adalah karena mau ngobrol sama Al

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanna menyalonkan diri jadi bendahara, alasannya bukan karena alasan yang mulia, dia cuma gak mau ditagih dan dia mau nagih duit orang, lalu alasan lainnya adalah karena mau ngobrol sama Al. Iya, Al yang mirip Leehan boy next door.

Hanna pernah naksir sama Al dari kelas sepuluh semester dua, cuma bisa ngeliatin dia doang karena Hanna sendiri cemen. Tapi ya, waktu itu karena dideketin sama cowok (yang setelahnya cuma jadi hts) Hanna udah gak naksir sama Al. Tapi setelah sekelas, Hanna malah kepikiran lagi.

Apalagi Hanna tuh kalau naksir sama orang, bukannya makin alus, malah makin apasih lu apasih lu gitu (kecuali Gavin soalnya dia setan beneran). Salting soalnya.

“Al, kemaren gue liat cewek lo lagi ngecat tembok SMA 55.”

Hanna langsung nengok. Bener-bener langsung nengok. Yang ngomong Gavin, jadi Hanna masih bisa ngomong ‘oh palingan bercanda’ jadi jiwanya masih tenang.

“Lah, kemaren dia ngabarin gue maunya ngecat muka lu.”

Hanna langsung mules.

Sepanjang hari, dari denger omongan Al sampai pulang sekolah, Hanna bener-bener semurung itu. Sebenernya salah dia juga sih gak deketin Al dan naksir diem-diem aja, salah dia juga dia cemen. Terus kenapa malah sedih?

Sampai pulang sekolah Hanna masih murung, padahal Hanna udah gak naksir lagi (konon).

Lebih murungnya lagi, abangnya malah gak bisa jemput karena ada rapat himpunan. Kurang sial apa lagi Hanna hari ini?

“Hanna? Kok belum pulang?”

Hanna menolehkan kepalanya, mendapati Juan dengan es krim ditangannya. Hanna jadi mau.

“Mau?”

“Mau.”

Berakhir dengan es krim di tangan Hanna sekarang, Juan cuma ketawa sambil ngeliatin Hanna. Padahal es krimnya dia beli cuma satu, rela banget ngasih ke Hanna.

“Kenapa belum pulang?” Tanya Juan penasaran. Hanna yang masih ngemutin es krim langsung arahin telapak tangannya ke depan muka Juan, ‘bentar’ bibirnya terbentuk. Juan ketawa lagi, terus ngangguk paham.

Hanna membuang sampah es krimnya, terus langsung beralih ke arah Juan. “Abang gue tuh gak bisa jemput, terus mama gue gak bales telepon, padahal gue mau minta isiin ovo bjir.” Hanna menghela napas gusar, lalu melanjutkan ceritanya, “gue sebel banget sama hari ini, huhhhhhh sebelllll banget. Lo sebel gak, sih? Sebel kan!!!!!”

Juan ngangguk, “iya, sebel juga kok.”

“Tuh, kan! Tau gitu gue gak masuk sekolah aja hari ini bjir!!!!!!!!!!!!!!!!” Serunya heboh, meluapkan kekesalannya yang ia pendam sejak tadi.

Juan ketawa bentar, “Lo gak mau naik bus?” Tanya Juan.

“Gak mau, harus ada kartunya, kan?”

“Itu Transjakarta, ini kita naik bus sekolah.”

Hanna langsung buka matanya dengan lebar, “hahhhh? Emang ada bus sekolah di Indonesia???”

Juan makin ketawa, “Ya, ada. Gratis lagi.”

Hanna makin melotot, kedua tangannya langsung menutup mulutnya. Dia geleng-gelengin kepalanya tanda gak percaya.

“Serius.”

“Terus turunnya dimana?”

“Di halte deket rumah lo, lah.”














Iya, Hanna udah sampai rumah, dia beneran naik bus sekolah warna kuning yang dia dan Juan tunggu selama sekitar sepuluh menitan. Beneran gratis, turunnya juga di halte terdekat rumah dia.

 Beneran gratis, turunnya juga di halte terdekat rumah dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
































“Juan, sepeda kamu mana?”

“...Aku tinggal di sekolah, ma..”

“LOH?!”

where shale stayed [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang