⚠ BAB ini ditujukan untuk pembaca 21+
✿︎✿︎✿︎
"Will! Keluar!"
Mendengar perintah Cindy, Will kembali panik. Emosi kacau yang tak bisa Will gambarkan kembali menyeracau di otaknya. Sedetik lalu Cindy baik-baik saja. Will pikir Cindy menikmati permainan tangan dan mulutnya, lalu kenapa sekarang Cindy marah padanya. Will bingung, tapi bukan berarti ia bersedia kehilangan Cindy.
Will kukuh akan mempertahankan Cindy apapun yang terjadi. Will bahkan bersedia bersujud jika Cindy meminta. Ataupun hal bodoh dan merendahkan lain. Ia takkan membiarkan Cindy kabur darinya. Will merangkak mendekati ranjang, berlutut di depan Cindy.
"Tidak mau." Will kembali menggunakan nada kekanakannya.
"Will, apa yang kamu lakukan? Cepat keluar!"
Will menggeleng kuat. "Nanti Cindy pergi. Will ingin selalu bersama Cindy." Tangannya menarik kaki Cindy ke tepi, lalu Will menahan Cindy agar tidak bisa mundur. Will mencium lutut Cindy berkali-kali, lalu mendongak. "Cindy jangan marah, please!"
Cindy berusaha melepas tangan Will, tentu saja pria itu tidak mau. Will tidak akan melepaskan Cindy.
Tidak akan pernah.
Wanita itu menghela napas panjang. "Will," Kali ini Cindy berkata dengan suara lebih tenang. "Kamu memberiku obat tidur, kan? Lalu semua hickey di tubuhku juga?" Cindy mengusap rambut Will pelan. "Apa aku tidak boleh marah?"
Will menelan ludah mendengar pertanyaan Cindy. "Boleh. Tapi.." Will berusaha mencari kalimat yang tepat. "Cindy teman Will, kan?"
Cindy menghela napas, lalu mengangguk. "Will, teman tidak melakukan semua itu."
"Memangnya siapa yang boleh?" Tanyanya. Will berusaha menampilkan wajah sepolos mungkin.
"Kekasih atau suami. Hanya kekasih atau suami yang boleh berbuat semacam itu. Wanita tersebut juga harus dalam keadaan sadar."
"Kalau begitu, Will mau jadi kekasih Cindy." Will melihat mata Cindy langsung membelalak mendengar pernyataannya, tapi pria itu belum selesai. "Dan besok Cindy akan sepenuhnya sadar dan menikmati permainan Will."
"Permainan?"
Will mengangguk cepat. Entah bagian mana yang salah hingga Cindy terlihat semakin marah. Will tak mengerti.
"Jadi kamu menganggap semua itu hanya permainan?"
"Ehm. Will sangat suka reaksi Cindy." Balas Will ragu. Ia ingin Cindy lebih tenang, bukan semakin marah. Tapi kenapa yang terjadi malah sebaliknya.
"Reaksi?" Cindy mengernyit. "Memangnya reaksi seperti apa?"
"Seperti ini." Will membuka lebar paha Cindy, lalu tanpa memberi wanita itu kesempatan untuk berpikir ataupun mengelak, kepalanya langsung melesat masuk ke dalam. Lidahnya seketika menyerang puting kecil di pusat kenikmatan Cindy yang kemarin ia temukan. Lidahnya memilin dan menekan, lalu mulutnya menghisap.
"Oh! Will!" Desahan demi desahan terdengar dari mulut Cindy hingga ia klimaks dalam hitungan detik. Reaksi yang Will maksud.
Will ingin reaksi itu lagi, maka mulut dan lidahnya terus bermain. Karena tubuh Cindy sudah bergetar hebat dan pahanya berusaha menutup, tangannya menahan paha Cindy agar tetap terbuka. Will tidak akan membiarkan Cindy lepas darinya, jadi ia akan memberikan kenikmatan luar biasa untuknya.
"Will! Hentikan!" Tentu saja Will tidak berhenti. Apalagi reaksi tubuh Cindy berbeda dengan ucapannya. Tangan wanita itu bukannya mendorong kepala Will menjauh, tapi justru menahan agar tetap disana. Will senang mengetahui Cindy juga menginginkannya. Setidaknya tubuh dan hasrat wanita tiu.
Suara erotis mulut dan lidah yang bergerilnya di milik Cindy yang basah dan kacau memperbesar kepuasan Will. Saat Will menggunakan giginya sekaligus menghisap kuat, seketika tubuh Cindy mengejang semakin tak karuan hingga cairan deras meluncur. Hasrat yang sangat banyak.
"Ahh! Will!"
Will menyukai apa yang ia lihat. Pemandangan tubuh Cindy yang melengkung, mulutnya mengerang terbuka dan matanya tertutup tak kuasa menahan kenikmatan. Oh! Tentu juga cairan hasrat yang terus membuat Will rakus ingin merasakan lagi dan lagi. Kerongkongannya tak pernah puas, senantiasa haus akan cairan Cindy.
"Apa sekarang Cindy mengerti?"
"Ah! Apa?" Mata Cindy menatapnya sayu. "Mengerti apa?"
"Reaksi favorit Will."
"Oh!" Erang Cindy saat Will menjilat sekali lagi. "Will, cepat keluar."
"Kenapa masih mengusir? Will sudah menjelaskan?"
"Will!" Cindy meneriakkan nama itu dengan frustasi. Untung saja Will memang memilih kamar ini sejak awal karena kedap suara. "Keluar sekarang, besok baru kita bicara."
Will sebenarnya tak ingin keluar. Ia ingin tidur bersama Cindy, menikmati kehangatan pelukan obsesinya seperti tiap malam. Tapi Will juga tahu Cindy butuh ruang.
"Oke, tapi Cindy gak boleh ninggalin Will." Putus Will dengan mantap. Tak ada ruang negosiasi.
"Heem. Tapi pokoknya sekarang Will keluar dulu."
"Sepakat." Lidah Will menjilat sekali lagi sebelum berdiri.
"Will!" Cindy mendesah kesal.
"Ingat, Cindy gak boleh pergi. Cindy udah janji." Ucap Will sebelum beranjak.
Tentu saja ia akan terus menggoda Cindy dan memastikan wanita itu memaafkannya, tapi malam ini ia rasa cukup. Will akan memikat Cindy lagi besok dan seterusnya. Ia akan menggunakan berbagai cara agar Cindy tetap bersedia berada di sampingnya.
✿︎✿︎✿︎
Ramaikan dengan vote dan komen, yuk!
Biar Scarlett semangat nulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsess Me, Idiot! [selesai]
Romance|21+| An Idiot & His Caregiver repost dengan beberapa perubahan (update tiap hari) Cindy Lenhart adalah sosok wanita biasa yang bekerja mengurus organisasi keluarga Nanny Lenhart. Suatu hari, ibunya memberi kontrak kerja mengurus seorang anak di k...