| 20 |

4.6K 101 0
                                    

✿︎✿︎✿︎

— Beberapa jam yang lalu —

✿︎✿︎✿︎

Begitu William Leonard berhasil menghubungi Donovan, pria itu siap melakukan kesepakatan apapun. Baginya, menemukan dan menyelamatkan Cindy adalah prioritas. Bahkan sekalipun kesepakatan itu akan merugikannya, Will tetap akan bersedia.

Tak butuh waktu lama, Donovan kembali menghubunginya. "Halo, William. Senang akhirnya bisa berbicara denganmu." Ucapnya dari seberang telepon.

"Tak perlu basa-basi, Don. Cepat katakan dimana Cindy!" Will sangat tidak sabar.

Donovan tertawa. "Aku harus mengakui dia memang cantik. Mungkin aku harus menyimpannya untuk diriku sendiri."

Brukk.

Will meninju tembok lagi. Bayangan Cindy bersama pria lain membakar emosinya yang sudah tak tertahankan. "Jangan menggodaku, Don!" Will memperingatkan.

Pria di seberang telepon memang tak kenal takut. Bisa-bisanya ia tertawa semakin keras. "Tenang, William. Aku tidak kekurangan stok wanita." Ucapnya. Tapi tetap saja itu tak bisa menenangkan Will. "Datang ke alamat yang akan kukirimkan. Itu salah satu rumahku. Aku akan menghubungimu lagi begitu Henry sudah pergi." Setelah selesai bicara, Donovan langsung menutup telepon.

Brengsek.

Will ingin sekali melempar ponselnya ke dinding. Tapi ia masih butuh menunggu Donovan menghubunginya lagi. Maka ia melempar ponselnya kepada Tyler yang langsung menangkapnya dengan sigap.

"Orang seperti dia yang harus aku ajak kerja sama?" Garangnya pada Tyler. "Aku bisa gila, Tyler." Will mengacak rambutnya frustasi.

"Dia satu-satunya kandidat terbaik, Will. Kamu hanya perlu bersabar."

"Sialan!"

Kandidat terbaik apanya. Bukannya bekerja sama, bisa jadi mereka akan berakhir saling menghancurkan. Atau bahkan saling membunuh. Will tidak mengerti penilaian Tyler terhadap Donovan, pria yang bahkan tidak jelas siapa nama belakangnya itu. Tidak mungkin dia hanya bernama Donovan.

"Bagaimana dengan pernikahan nanti malam?"

"Sudah siap seperti rencana. Donovan juga akan membantu."

Will sebenarnya tidak peduli dengan bagaimana cara membalaskan dendam. Prioritasnya adalah Cindy. Ia ingin segera menemukan Cindy dan membawa wanitanya ke tempat aman.

Ia bersumpah akan membalas perlakuan Henry pada kekasihnya. Beraninya pria itu menyentuh Cindy. Bahkan sekarang tangannya sudah gatal ingin menghantam pria tua itu. Kalau bukan karena Tyler yang menahannya beraksi, saat ini Henry pasti sudah babak belur dan berlutut sambil memohon di hadapannya.

Tapi Tyler benar. Ia perlu mengetahui seluruh komplotan Henry. Will perlu menemukan siapa saja pendukung pamannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Terutama mereka yang berkaitan dengan kecelakaan kedua orang tuanya.

Mereka yang ikut andil dalam kecelakan kemungkinan tak banyak, tapi akan berbeda kalau mengenai pengambilalihan kekuasaan Leonard Group. Pasti banyak orang terlibat dan Will siap membasmi mereka semua.

Mengenai mengendalikan emosi, memang sudah terbukti Tyler lebih mampu menahan diri dan berpikir jernih pada situasi semacam ini. Will sangat beruntung Tyler berada di sisinya.

Ting.

Suara pesan masuk terdengar. "Henry sudah pergi." Ucap Tyler.

Mereka berdua segera bergegas. Dengan kecepatan tinggi, mereka menembus jalanan kota. Profesi Tyler sebelumnya sangat membantu dalam hal menyalip mobil dan menerobos lampu merah. Hanya perlu waktu beberapa menit, mereka sudah sampai rumah Donovan. Lebih tepatnya, salah satu rumah Donovan. Entah ada berapa rumah yang pria sialan itu punya.

Obsess Me, Idiot! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang