| 14 |

5K 123 0
                                    

BAB ini ditujukan untuk pembaca 21+

✿︎✿︎✿︎

Cindy tidak ingin siang cepat berlalu. Rasanya baru tadi ia berbincang dengan dokter Arnold, tapi sekarang malam sudah tiba.

Will sudah berbaring di ranjang. "Cindy. Ayo, tidur."

"Ingat, gak boleh menyentuh di bawah." Ucap Cindy memperingatkan. Ia baru keluar dari kamar mandi, lalu ikut naik ke tempat tidur. Dia harus selalu waspada terhadap tindakan tak terduga Will.

Will mengangguk. "Tapi Will bakal kasih Cindy hadiah."

"Gak ada lagi permen obat tidur, ya, Will."

"Bukan. Will gak akan buat Cindy marah lagi." Will mengangkat kotak kecil di tangannya. "Ini!"

"Apa itu?" Cindy mengernyit.

"Will cium Cindy dulu." Tanpa menunggu jawaban, Will membalik tubuh Cindy hingga terlentang, menindih lalu menciumnya. Cindy tak memberontak.

Bibir mereka saling membelai dengan sempurna, lalu Will menggigit bibir merah itu. Sontak mulut Cindy terbuka sehingga lidah Will bisa melesat masuk. Will menggoda agar Cindy juga memainkan lidahnya. "Hisap lidahku, Cin." Ucapnya disela ciuman.

Bohong kalau ia bilang tidak menikmati sentuhan bibir dan lidah Will. Jadi Cindy menurut, mengikuti permainan yang pria itu lakukan. Ia mulai menghisap lidah Will, "Ehm!" Erangan tertahan keluar dari mulutnya.

Cara Will menciumnya, memilin lidah dan menumbuhkan hasrat, semuanya seperti pria dewasa. Cindy bukan wanita yang ahli ciuman, ia bahkan belum pernah berciuman sebelum bertemu Will. Tapi ia bisa menebak pria itu pasti sangat berpengalaman.

Ini jelas bukan jenis ciuman anak-anak. Semakin lama ciuman semakin buas. Tangannya juga tak tinggal diam, menelusup di balik kamisol Cindy dan meremas payudaranya. Seketika Cindy melenguh. Apalagi saat pria itu mulai memilin putingnya, lenguhan demi lenguhan lolos dari mulut Cindy. Tentu saja Will melahap tiap lenguhan dengan hisapan mulutnya.

Sesuatu mengalir dari selangkangan Cindy. Menyadari cairan hasrat telah mengalir membasahi celana dalamnya, Cindy merasa malu. Tak tahan, Cindy mendorong Will dengan napas menggebu. "Will, cukup."

"Belum, Cin." Ucapnya tak terima.

Cindy menatap mata Will yang berselimut kabut gairah. Ternyata Will dalam keadaan yang tak jauh berbeda. Napasnya tak beraturan dan sorot matanya terlihat lapar.

Lalu tangan Will meraih kotak hadiah yang ia letakkan di samping Cindy sebelumnya.

"Apa itu?" Cindy tidak bisa melihat karena Will menahan kepalanya agar tetap menghadap ke atas.

"Hadiah malam ini."

"Iya, hadiah. Maksudnya, hadiah apa?" Cindy gemas sendiri. Will menunduk ke bawah. Menyadari arah yang Will tuju, Cindy memperingatkan. "Will gak boleh main disana."

"Tenang, Cin. Will cuma mau pasang hadiah."

"Pasang?" Cindy bingung, "Hadiah apa yang perlu dipasang, Will?"

"Ini," Dengan cepat, tangan Will menelusup masuk ke balik celana dalam Cindy. "Kamu sangat basah, Cin." Wanita itu semakin malu mendengar pernyataan Will. Tapi belum sempat mulutnya berkomentar, ia merasakan Will memasukkan sesuatu ke dalam.

"Will!?" Pekiknya.

"Vibrator." Senyum Will merekah. "Karena Will gak boleh bermain disana, Cindy pakai vibrator aja."

"Tapi.." Ucapan Cindy terputus saat benda yang masuk ke dalam miliknya bergetar. Cindy mengerang. "Ah!"

Ia bisa merasakan benda itu mengguncang di dalam tubuhnya. Tapi yang paling membuatnya gila adalah bagian yang menyentuh klitorisnya. "Will!" Pekik Cindy.

Cindy ingin menghindar dari getaran yang nikmat sekaligus menyiksa itu, tapi tak bisa karena tertahan oleh celana dalamnya. Vibrator berbentuk huruf C itu mengacaukan kewarasan Cindy.

Seolah siksaannya belum cukup, Will kembali ke atas dan menyerang mulutnya lagi. Pria itu mencium dengan rakus, bahkan terbilang kasar. Anehnya, Cindy sangat menikmati. Apalagi rangsangan di bawah sana menambah sensasi ciuman mereka semakin dahsyat.

Lalu pria itu menyatukan pinggul mereka, membuat Cindy merasakan milik Will yang terasa sangat besar menyentuh miliknya. Tekanan milik Will membuat vibrator terselip semakin dalam. Tubuh Cindy bergetar karenanya. Will menekan pinggulnya semakin cepat dan kasar. Tekanan dan gesekan di bawah sana semakin membuat Cindy menggila.

Cindy tahu tubuhnya tak tahan lagi.

Saat Will menjepit putingnya, Cindy klimaks. "Ehm!" Erangannya tertahan di mulut Will.

Cindy mengira Will akan puas, ternyata ia salah. Getaran yang ia rasakan semakin cepat. "Will?!" Ucapnya saat pangutan bibir mereka terlepas.

"Apa Cin?"

"Hentikan!?" Tubuh Cindy menggeliat dan mengejang karena sensitif.

"Dua kali lagi, ya? Will janji."

Dua orgasme lagi? What! Cindy tidak tahu apa ia harus bersyukur atau menyumpah. Pria itu sungguh membuktikan ucapannya. Will bergerak lagi. Mulutnya menghisap, lidahnya memelintir, tangannya meremas, lalu pinggulnya... Oh! Will benar-benar membuatnya hilang akal.

Will berhasil membuat tubuh Cindy menggelinjang hebat hingga lemas. Ia yakin malam ini akan tertidur pulas.

Saat Cindy mencapai puncak yang terakhir, Will baru ikut merasakan pelepasan. Cindy tahu karena ia bisa merasakan cairan yang lolos dari milik Will melembabkan pahanya. Erangan Will bagaikan musik di telinga Cindy.

Setelah itu, Will membersihkan kekacauan, lalu mendekap Cindy sepanjang malam.

Mungkinkah ia juga akan kecanduan Will?

✿︎✿︎✿︎

Ramaikan dengan vote dan komen, yuk!

Biar Scarlett semangat nulisnya.

Note: kisah donovan & Lili sudah lengkap di kk.

Obsess Me, Idiot! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang