✿︎✿︎✿︎
Pernikahan dadakan tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan pernikahan yang sebelumnya telah direncanakan selama berbulan-bulan. Selain karena Will tidak menginginkan terlalu banyak orang yang datang, ia juga tidak ingin terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengusir mereka nanti.
Dengan senyum penuh kemenangan, Henry duduk dengan segelas minuman di tangan kirinya. Tapi percayalah, senyum itu takkan bertahan lama. Will akan memastikan senyum itu lenyap selamanya. Tunggu sebentar lagi.
"Hei, Idiot, kenapa kamu diam saja dari tadi?" Anne yang berdiri di sampingnya akhirnya bersuara. Will tentu juga telah menyiapkan sesuatu untuk Anne. Mungkin tak separah ayahnya, tapi cukup menghancurkan dunia wanita itu.
"Tidak apa, Anne. Will hanya merindukan Cindy." Sekalipun nada suaranya hanya akting, tapi apa yang ia ucapkan adalah kejujuran. Will merindukan Cindy. Padahal baru beberapa jam lalu ia memastikan Cindy istirahat, sekarang ia sudah ingin memeluk wanitanya lagi.
Sebentar lagi. Begitu malam ini selesai, ia bisa terus bersama Cindy. Tak akan ada lagi penghalang di antara mereka. Semuanya akan lancar.
"Anne, Will ingin memberimu kesempatan. Kalau Anne kabur sekarang, mungkin Will akan memaafkan Anne." Ucap Will.
"Kesempatan? Maaf? Memangnya kamu pikir aku bodoh. Aku tidak butuh kesempatan ataupun maaf darimu, idiot." Timpal Anne dengan nada mengejek.
Baiklah, setidaknya Will sudah memberi kesempatan. Jangan salahkan dirinya lagi kalau yang terjadi terlalu kejam. Will hanya memperhatikan Anne yang memakai gaun pernikahan berjalan ke arah ayahnya.
Sebentar lagi. Batin Will.
Begitu denting tanda upacara pernikahan akan dimulai, alarm lain berbunyi. "Kebakaran! Cepat keluar!" Teriak seseorang berhasil membuat semua tamu yang tak banyak itu berlari keluar dengan panik. Hiruk pikuk langkah kaki mereka keluar memenuhi ruangan. Lalu semburan air dari atas dinding jatuh membasahi seisi ruang upacara.
Will diam menyaksikan semua orang berlari dengan puas. Dengan santai, Tyler membuka payung yang telah ia persiapkan melindungi tubuh Will dari semburan air. Ini baru awal. Will sadar, hampir semua yang datang malam ini adalah para pendukung Henry. Mereka yang menginginkan pamannya segera mengambil alih aset keluarga Leonard. Bodoh sekali, tiap dari mereka akan menerima akibatnya.
Perhatian Will terpaku terutama pada sosok Henry dan Anne yang juga ikut panik. Tepat saat mereka akan berlari, dua orang berbadan kekar menahan mereka tetap disana. Sekeras apapun mereka memberontak, tentu mereka takkan berhasil lepas.
Setelah tamu yang tak diinginkan meninggalkan ruangan, Will berjalan mendekat.
"Hei, Donovan! Kenapa mereka menahanku?" Henry berteriak ke arah Donovan yang juga sudah memakai payung. Sepertinya masih belum sadar keadaan sudah berbalik menyerangnya.
"Aku?" Donovan bertanya dengan wajah seolah tak mengerti. "Henry, sejak awal aku hanya menunggu William bersedia membuat kesepakatan. His favor is worth more than yours."
Mata Henry terbelalak mendengarnya. Tentu saja dia harus terkejut. "Sialan, kau, Donovan! Dasar penghianat!"
Donovan hanya tertawa mendengar tuduhan Henry. Rasanya seperti penghianat menunjuk orang lain penghianat.
"Oh, William," Ucap Donovan seolah baru menyadari Will sudah berdiri di sampingnya. "He's yours." Lalu melangkah pergi sambil bersiul.
"Pergilah." Balas Will. Kesepakatan mereka memang hanya sampai disini. Donovan sudah tidak memiliki urusan di kediaman Leonard.
"Enjoy your revenge, William. Kita akan bertemu lagi di Lunatic." Kali ini Donovan baru benar-benar pergi.
Plakk.
Tangannya menampar pipi Henry hingga pria itu terjungkal ke belakang. Jika bukan ada pria yang menahan tubuh Henry, pasti dia sudah jatuh tersungkur. Will sudah sangat tidak sabar ingin segera menghantam tubuh Henry dengan pukulan bertubi-tubi.
Anne berteriak histeris menyaksikan ayahnya. "Bawa wanita itu pergi." Perintah Will. Wanita itu beruntung karena tidak ikut melukai Cindy. Kalau tidak, dia juga akan menerima kebrutalan Will.
Pria yang menahan Anne segera membawa wanita itu pergi.
"Berapa kali kamu memukul Cindy, hah?" Tanya Will kasar. Ia merasa puas saat melihat sorot ketakutan di mata Henry. Bagus. Pria itu memang sudah seharusnya merasa takut. "Jawab!"
Henry bungkam.
"Ikat dia di kursi." Perintah Will pada pria yang menahan Henry. "Akan kubuat kamu merasakan berkali lipat lebih parah dari Cindy. Berani menyentuh wanitaku, terimalah akibatnya, Henry."
Will mengambil kayu di tangan Tyler. Kayu yang sama dengan yang Henry gunakan untuk memukul Cindy. "Mari kita lihat pada hitungan ke berapa kamu akan pingsan." Ucapnya kejam.
Will memulai hitungannya.
✿︎✿︎✿︎
Ramaikan dengan vote dan komen, yuk!
Biar Scarlett semangat nulisnya.
Note: KIsah Donovan & Lili sudah lengkap di kk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsess Me, Idiot! [selesai]
Romance|21+| An Idiot & His Caregiver repost dengan beberapa perubahan (update tiap hari) Cindy Lenhart adalah sosok wanita biasa yang bekerja mengurus organisasi keluarga Nanny Lenhart. Suatu hari, ibunya memberi kontrak kerja mengurus seorang anak di k...