Termenung

181 43 1
                                    

Liana menatap sendu Hiro di depan sana. Ia tersenyum miris melihat kedekatan laki-laki itu bersama Riska yang sedang duduk berdua di depan kelas mereka.

"Suami istri yang harmonis." Lirih Liana.

Menghembuskan napasnya, Liana mengalihkan pandangannya. Dadanya benar-benar sesak melihat cinta pertamanya bersama gadis lain.

"Sebelum balik ke masa ini, gue yakin banget bisa dapetin Hiro kalo balik lagi ke masa lalu. Tapi nyatanya apa? Gue tetap nyia-nyiain waktu yang udah di kasih sama gue.." Sambung Liana.

Melihat Hiro kembali, Liana tersentak. Ia dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali saat laki-laki yang di perhatikannya sedari tadi melihat kearah dirinya.

"Tetap tenang, Li! Lo harus tenang biar gak ketahuan!" Gumam Liana.

Menggoyang-goyangkan kedua kakinya, Liana bersiul dan berpura-pura melihat sekelilingnya. Ia dengan perlahan berdiri dari duduknya dan terpekik saat melihat wajah Revine yang sengaja di buat mengerikan sambil menjulurkan lidahnya.

"Aaaa!!!" Teriak Liana.

Mendengar itu, Revine tertawa terbahak-bahak. Ia memukul pundak Liana dan menunjuk wajah gadis itu sambil melihat Nala yang baru datang.

"Penakut banget sih temen lo, Nal!" Heboh Revine.

"Anak dajjal emang lo!" Teriak Liana.

"Ada apaan sih nih?" Tanya Nala.

"Nih! Jamet stres gilanya kumat!"

"Jamet? Jamet apaan, Li?"

Liana mencekik leher Revine saking kesalnya. Ia sangat malas mengartikan pertanyaan Nala dan memilih melampiaskannya kepada laki-laki itu.

"Cari di Mbah Google!" Kesal Liana.

"Google woy! Lo kira dia punya anak cucu!" Sahut Revine.

"Tau ah! Kesel gue sama lo berdua!"

Nala langsung menoyor kening Liana mendengar itu. Ia berdecak karena melihat Raje dan Andra datang menghampiri mereka.

"Vin! Ngapain sih lo disini?!" Ketus Raje.

"Ya, mau nemuin princess gue lah." Jawab Revine.

"Gak penting banget!"

"Apaan sih nih Hajab! Dateng-dateng buat kerusuhan!"

Mendengar perkataan Raje, Liana terpancing emosi. Ia sangat tidak suka melihat laki-laki itu yang selalu menghina orang lain.

"Li, udah." Lerai Andra.

"Tuh! Urus temen lo yang baru lepas dari habitatnya!" Berang Liana.

"Lo kayak gak tau Raje aja, Li."

"Gue-"

"Diem lo cewek gak laku!"

Mendengar itu, Liana semakin emosi. Ia mengipasi wajahnya sendiri dengan tangannya dan menatap garang Raje.

"Je! Jaga omongan lo!" Berang Andra.

"Emang benerkan? Dia gak laku karna gak ada satupun cowok di sekolah ini yang mau sama dia!" Sinis Raje.

"Lo-"

Bugh!

"Hiro!!!"

Liana langsung membulatkan matanya saat pukulan yang di layangkannya salah sasaran. Ia menatap kepalan tangannya sendiri saat melihat Hiro terjatuh menerima serangan yang seharusnya di rasakan oleh Raje.

"Kamu kasar banget sih jadi cewek!" Bentak Riska.

"G-gue-"

"Gak usah nyolot lo! Salahin tuh laki yang sok jadi pahlawan kesiangan!" Potong Nala.

"Kamu!"

"Ssshhh.."

Hiro meringis memegang pipi kirinya. Ia menatap Liana yang hanya diam berdiri dan menatap takut dirinya sambil menahan rasa sakit.

"Lo gapapa, Ro?" Tanya Andra.

"Menurut penglihatan lo?" Jawab Hiro.

"Gue bantu."

"Gak usah!"

Hiro berdiri setelah menepis tangan Andra. Ia menatap datar Liana yang langsung memundurkan langkahnya ke belakang karena takut.

"Jangan main fisik. Lo cewek." Tegur Hiro.

"Dengerin!" Cemooh Raje.

"Lo juga. Jadi cowok jangan terlampau kurang ajar."

"Kok lo jadi belain dia?! Dia baru aja mukul lo, Ro!"

"Gue tadi denger apa yang lo bilang."

"Apa yang gue bilang gak salah! Dia emang-"

"Je!"

Revine memotong perkataan Raje. Ia menahan tangan Nala yang sudah terbakar amarah saat teman baiknya di hina seperti itu.

"Lepas, Vin!" Amuk Nala.

"Tahan emosi lo." Ucap Revine.

"Gak! Gue-"

"Kamu harusnya diam aja, Li! Bukannya malah mau mukul Raje!"

Mendengar itu, Liana langsung melihat Riska. Ia menatap tak percaya gadis itu yang malah menyudutkannya bagaikan orang yang sudah melakukan kesalahan besar di hadapan mereka semua.

"Maksud lo apa?" Tanya Liana.

"Kamu gak perlu di hiraukan perkataan Raje tadi! Lebih baik kamu pergi dan gak buat keributan!" Jawab Riska.

"Gue? Buat keributan?"

Liana tertawa tak percaya mendengar perkataan itu dari mulut gadis yang akan menjadi istri Hiro di masa depan. Ia memalingkan wajahnya ke samping dan menghembuskan napasnya menahan emosi yang sudah sampai ke ubun-ubun.

"Munafik! Ups!"

Revine langsung menutup mulutnya setelah mengatakan itu. Ia menatap santai Hiro yang kini menatapnya dengan tajam.

"Kenapa lo?" Tanya Revine.

"Kamu kok jahat ngomongnya?!" Tanya Riska.

"Loh? Emang gue ngomongin lo?"

"Trus, kamu bilangin siapa kalo bukan aku?!"

"Lo ngerasa? Wah! Kesindir secara tidak langsung dong!"

"Jijik banget gue!"

Nala tiba-tiba berteriak. Ia menatap nyalang Raje yang juga menatap dirinya dengan sinis. Lalu, ia melihat Hiro yang hanya diam sambil memperhatikan keributan ini tanpa membela siapapun.

"Li, yuk kita pergi! Jijik banget gue disini!" Ajak Liana.

Liana menatap Nala. Ia hanya diam dan melihat Hiro sebelum ikut pergi bersama temannya itu. Namun tanpa Nala sadari, jika dirinya malah pergi ke taman. Liana duduk di rumput sekolah dan memperhatikan bunga-bunga yang ada disana dengan termenung.

Dan, tanpa Liana sadari jika sedari tadi dirinya diikuti oleh seseorang dari belakang dan melihatnya duduk seorang diri diantara banyaknya bunga dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.



7 Agustus 2023

Aku, Kamu Dan Kenangan (Transmigrasi Ke Masa Lalu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang