Perduli

58 12 3
                                    

"Apaan sih lo?!"

Liana menarik paksa tangannya yang di tarik Hiro. Ia menatap penuh tanya kepada laki-laki itu yang selalu bersikap seperti ini kepadanya.

"Udah tenang?" Tanya Hiro.

"Gak usah sok perduli!" Sarkas Liana.

"Jangan kepancing."

"Ma-"

"Riska pasti sengaja ngelakuin itu. Lo liat, ada Kala yang sekarang jadi temennya."

Hiro menghembuskan napasnya setelah mengatakan itu. Ia benar-benar pusing melihat keributan yang selalu Riska buat dan itu membuatnya tidak ingin Liana meresponnya.

"Bukan urusan lo!" Bentak Liana.

Liana berjalan meninggalkan Hiro. Ia tidak ingin air matanya jatuh dan di saksikan laki-laki itu. Namun, tangannya kembali di tarik dan membuat langkahnya terhenti.

"Dengerin omongan gue bisa gak sih?" Tanya Hiro.

Mendengar itu, Liana terkekeh. Ia mengepalkan tangannya dan menundukkan kepalanya.

"Emang lo siapa gue?" Tanya Liana dengan nada tenang.

"Gue-"

Hiro tidak jadi melanjutkan perkataannya. Ia sendiri tidak tahu apa yang harus di katakan untuk menjawab pertanyaan Liana.

"Pacar? Temen? Saudara" Tanya Liana kembali.

"Li, gue-"

"Gak ada satupun dari itu yang mewakilkan diri lo untuk gue turutin setiap perkataan lo."

"Liana-"

"JANGAN SEBUT NAMA GUE!"

Hiro terdiam mendengar teriakan Liana. Ia tertegun melihat gadis itu menangis hingga pundaknya bergetar.

"Urus sana cewek lo!" Ucap Liana.

"Maaf." Sahut Hiro.

Satu kata yang hanya bisa Hiro katakan. Ia tidak tahu harus mengatakan apa ketika melihat Liana menangis seperti ini karena dirinya.

"Gue tau lo populer. Gue tau lo selalu jadi pusat perhatian. Tapi lo gak berhak ngatur gue." Lirih Liana.

"Gue cuma-"

"Lo tau? Akibat ulah lo, gue makin jadi sasaran cewek lo sendiri!"

"Gue tau."

"Kalo lo tau, ngapain lo malah nambah masalah buat gue?!"

"Gue-"

"Lo gak-"

"KARNA GUE PERDULI SAMA LO!"

Liana tersentak mendengar Hiro berteriak memotong perkataannya. Ia menatap tak percaya laki-laki itu yang juga menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Gue mohon, lo tahan emosi kalo Riska mulai lagi." Ucap Hiro.

Hiro melembutkan suaranya karena ia sempat tersulut emosi. Dirinya hanya ingin Liana bisa menahan amarahnya di saat Riska memancing sisi lemah gadis itu yang tidak bisa mengontrol emosi.

"Riska gak akan berhenti ganggu lo." Ucap Hiro.

"Maksud lo apa?!" Tanya Liana.

"Lo tau sendiri Riska kan? Jadi, lo pasti tau dia-"

"Gak takut gue! Lo pikir gue takut?!"

"BUKAN GITU, ASTAGA!!!"

Hiro menarik rambutnya sendiri frustasi menghadapi Liana. Harus bagaimana lagi ia menjelaskan kepada gadis ini untuk tidak menghiraukan Riska.

Aku, Kamu Dan Kenangan (Transmigrasi Ke Masa Lalu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang