Hujan

135 30 9
                                    

Liana duduk terdiam di tengah-tengah perkumpulan teman-teman Mama nya. Ia hanya bisa menghela napas karena merasa jenuh dan bosan berada di dalam kondisi seperti ini.

"Lia, anak kamu kok diam aja dari tadi?" Tanya nya.

"Maklum, Ta. Pemalu anak nya." Jawab Lia.

Wanita bernama Tata itu tersenyum. Ia melihat kearah pintu kafe dan melambaikan tangannya kepada seorang wanita yang baru saja masuk.

"Luna!" Panggil Tata.

Mendengar panggilan itu, Luna tersenyum. Ia menarik tangan anak laki-lakinya untuk ikut bersamanya duduk di depan Lia dan juga Liana.

"Maaf ya, baru datang. Macet banget di jalan. " Ucap Luna.

"Gapapa, kita juga baru sampai." Jawab Lia.

Liana mendengus mendengar itu. Ia mengaduk-aduk minumannya tanpa mau melihat siapa yang sedang duduk di hadapannya saat ini.

"Ini anak kamu?" Tanya Lia.

"Iya." Jawab Luna.

"Ganteng ya! Pasti banyak yang mau jadi pacarnya!"

Luna terkekeh mendengar perkataan Lia. Ia menggelengkan kepalanya secara ambigu karena anak laki-laki nya itu kini sedang sibuk memperhatikan Liana.

"Ppstt!"

Liana tidak memperdulikan apapun yang di dengarnya. Ia malah semakin mengaduk-aduk minumannya tanpa mau melihat siapa yang baru saja memanggilnya dengan cara seperti itu.

"Ppssstt!!!"

Namun, semakin lama panggilan itu semakin membuatnya risih. Ia berusaha tenang dan meminum minumannya dengan kesal tanpa merasa terganggu sedikitpun.

"Ppssstt!!!!"

Jengkel! Akhirnya Liana mengangkat pandangannya ke depan. Ia tersedak minumannya sendiri dan membuat kaos yang di kenakannya sedikit basah karena dirinya secara refleks menyemburkan air yang ada di dalam mulut nya.

Sementara tersangka yang sudah membuat Liana seperti itu hanya tersenyum. Ia melambaikan tangannya tanpa rasa malu di lihatin ketiga wanita paruh baya yang ada di dekatnya.

"Kamu ngapain?! Jail banget!" Omel Luna.

"Siapa yang jail? Hiro cuma nyapa dia." Jawab Hiro.

"Gak usah sok kenal kamu! Liat tuh! Anaknya Lia sampe kaget ketakutan gitu liat muka kamu!"

"Gapapa, Luna. Anak kamu biasa aja. Anak aku aja yang berlebihan."

Lia melirik kesal Liana. Ia mencubit paha anak gadis nya itu tanpa sepengetahuan teman-temannya.

"Lo kenapa, Li?" Tanya Hiro.

Hiro memperhatikan raut wajah Liana. Ia merasa bingung dengan perubahan ekspresi gadis yang ada di depannya karena mendadak seperti menahan sakit.

"Kalian kenal?" Tanya Lia.

"Kenal, Tante. Kita temen satu sekolah." Jawab Hiro.

"Berarti, Liana juga temenan sama Riska?" Tanya Tata.

Mendengar pertanyaan itu, Liana menatap Tata. Ia mengernyitkan keningnya karena merasa bingung.

"Kita semua temenan, Ma." Jawab Hiro.

"Ma?" Beo Liana.

"Hiro udah biasa manggil Tante dengan sebutan Mama. Soalnya Riska sama Hiro deket banget." Jawab Tata.

Liana tersenyum miris walaupun kecil. Ternyata, wanita cantik yang duduk di sebelahnya adalah ibu dari Riska. Calon mertua Hiro di masa depan.

"Pasti enak ya punya anak cantik dan berbakat seperti Riska. Gak kayak Liana!" Ucap Lia.

Aku, Kamu Dan Kenangan (Transmigrasi Ke Masa Lalu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang