Epilog

865 103 22
                                    

Lisa tidak pernah menyangka bahwa beberapa tahun yang lalu ketika dirinya kehilangan kartu pelajar, mengira jatuh di suatu tempat, entah saat dalam perjalanan berangkat atau pulang sekolah nyatanya justru kartu pelajar itu ada pada Jisoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa tidak pernah menyangka bahwa beberapa tahun yang lalu ketika dirinya kehilangan kartu pelajar, mengira jatuh di suatu tempat, entah saat dalam perjalanan berangkat atau pulang sekolah nyatanya justru kartu pelajar itu ada pada Jisoo.

Kakaknya secara diam-diam mengambil kartu pelajar milik Lisa tanpa sepengetahuannya. Ia pergi ke bank dan membuat buku tabungan pelajar atas nama Lisa melalui kartu itu.

"Bisa tolong buatkan buku tabungan pelajar, untuk adikku ini." Jisoo menyerahkan kartu pelajar kepada pegawai bank.

"Baiklah, akan segera kami proses. Mohon di tunggu."

Senyum Jisoo tak pernah pudar ketika menerima buku tabungan atas nama Lisa. Ia sudah bertekad akan bekerja keras, mengumpulkan uang demi memberikan pendidikan, serta kehidupan yang layak kepada Lisa, ia tidak ingin adiknya kekurangan apapun.

Pagi hingga malam, Jisoo terus bekerja...

"Pesanan, meja nomor dua puluh satu dan dua puluh dua sudah siap." Buru-buru Jisoo mengambil piring-piring makanan dan gelas-gelas minuman, diletakkan di nampam, berjalan mondar-mandir menyerahkan pesanan kepada si pembeli.

Seseorang melambai, memanggil Jisoo. Buru-buru gadis mungil itu menghampiri meja lainnya setelah selesai dengan tugas sebelumnya. Tangan Jisoo gesit menulis pesanan baru.

"Aku minta nasi goreng kimchi ekstra pedas, ayam goreng pedas dan dua botol soju."

"Baiklah, pesanan akan segera disiapkan, mohon ditunggu."

Meski lelah, bahkan berulangkali mengusap pelu di dahi. Jisoo tak mau mengeluh atapun berhenti bekerja, ia ingat ada Lisa yang masih membutuhkannya. Maka setiap kali membayangkan wajah Lisa dimasa depan, tengah berseri-seri memakai baju wisudah dan memamerkan ijazah, berhasil lulus sekolah. Semangat Jisoo di pompa kembali. Masa depan lisa adalah yang terpenting bagi Jisoo.

Tak jarang Lisa juga memergoki Jisoo, kakaknya yang mengalami mimisan akibat terlalu keras bekerja, belum lagi pulang ke rumah tak langsung istirahat. Melainkan bersih-bersih dan menyiapkan makanan untuknya.

"Eoh, Jisoonie, kau mimisan." Lisa panik, darah merembes dari hidup Jisoo saat kakaknya tengah sibuk mengepel lantai rumah yang kotor.

"Ah, kau benar."

Buru-buru Lisa mengambil ganggang pel. "Biar aku saja yang bersihkan, Jisoonie istirahat saja, Unnie pasti kelelahan setelah bekerja."

"Tapi Lisa-ya..."

"Jangan membantah, tubuh Unnie tidak bisa berbohong. Jisoonie memang sudah mencapai batasannya. Ayo, istirahat sana!"

Lisa masih terus mengoceh. "Lagipula, aku sangat jarang sekali melihat Jisoo Unnie istirahat. Jisoonie lebih banyak bekerja, membersihkan rumah, serta sibuk merawatku. Seharusnya Jisoonie juga lebih memperhatikan diri sendiri."

"Itu karena mencari uang untuk biaya hidup kita, kau, dan rumah ini, sekarang adalah tanggung jawabku."

🍁🍁🍁

Amplop coklat titipan Irene yang di berikan kepada Jennie lalu diserahkan pada Lisa, telah dibuka. Di dalam amplop coklat terdapat buku tabungan pelajar atas nama Lisa yang masih tersimpan rapi. Pada hari menghilangnya Jisoo, buku tabungan milik Jisoo itu tertinggal di loker tempat kerjanya. Lalu kemudian ketika anak baru mendapatkan loker itu, buku tabungan Jisoo di serahkan pada Irene, disimpan baik-baik, barang kali suatu saat Jisoo datang untuk mengambilnya.

"Aku tak tau, jika Unnie sudah menyiapkan semuanya sejauh ini." Dirabanya buku tabungan itu.

Lantas dibuka, terdapat banyak catatan penyetoran uang tabungan Jisoo. Meski tak banyak, tetapi sang kakak rutin menyetor uang tabungan tiap kali gajian. Ia selalu tidak lupa menyisihkan sebagian gajinya untuk masa depan Lisa.

Ada sebuah note tertulis di dalam buku tabungan Jisoo yang di atas namakan Lisa itu

"Untuk adik kecilku, Lisa, alasan hidupku. Semoga dengan ini kau mendapatkan masa depan yang cerah. Dari Jisoo Unnie, kakakmu."

Ditatapnya guci abu sang kakak yang ikut menemani Lisa menghabiskan sore hari di halaman belakang rumah, merasakan semilir angin yang lembut menerpa wajah dan menyibakkan rambut bahkan poni kesayangannya.

Seakan sedang berbicara kepada Jisoo, sembari tersenyum, Lisa menyampaikan sesuatu.

"Jangan khawatir Jisoonie, dengan tabungan yang kau kumpulan dari hasil kerja kerasmu ini, akan aku gunakan untuk mengambil sekolah paket, mengejar ketertinggalan lima tahun yang lalu. Aku akan menjalani hidup dengan lebih baik sekarang. Terimakasih."

"Aku sangat menyayangimu, Jisoo Unnie, kakakku..."

~End~
07/08/2023

Lunas ya, yang minta epilog, nih epilognya.

Sorry kalok kurang ngena...

For You (Lisoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang