Di penginapan.
Runa merasa bosan tidak mengetahui apa yang harus ia lakukan, sementara yang lainnya pergi dan Kaelan pun masih tertidur. Ia mendekati paman resepsionis yang sedikit sibuk melakukan sesuatu dengan kertas yang dipegangnya di balik meja.
"Paman, Paman!" seru Runa.
Resepsionis itu mengangkat wajahnya dari tumpukan kertas yang tersebar di atas meja dan menatap Runa dengan senyuman. "Ada apa, nona kecil?" tanyanya.
Runa sepertinya sudah merencanakan sesuatu yang akan mengisi waktu luangnya. "Ayo bermain!" ajak Runa, "aku ingin bermain petak umpat lalu... lalu..." Runa berbicara banyak hal, tetapi resepsionis itu menolak dengan lembut.
Resepsionis itu tersenyum. "Maafkan aku nona. Saat ini aku sedang bekerja, mungkin nanti, ya?" jawabnya lembut.
Jawabannya cukup mengecewakan Runa. Ia pun menganggap bahwa resepsionis itu jahat. Ia kemudian kembali menuju kamar Kaelan, dimana ia berputar-putar dalam ruangan. Mata tertuju pada jendela yang hampir gelap. Penasaran dengan tujuan akhir dari sang matahari ketika ia tenggelam. Mengikuti rasa penasarannya itu, ia pergi menuju pintu keluar. Disaat itu pula, resepsionis berusaha menghalangi tugas suci Runa.
"Mau kemana nona kecil?" tanyanya, "hari sudah malam lho."
Runa berusaha menjelaskan kepada resepsionis.
Resepsionis itu sedikit tertawa. "Matahari tidak mungkin terkejar, nona," katanya.
"Lalu kemana matahari pergi?"
Resepsionis itu menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak begitu mengerti. Banyak orang yang berkata kalau matahari berputar mengelilingi dunia. Ada juga yang berkata kalau bumi yang berputar mengelilingi matahari. Ya... Yang mana pun itu, aku tidak peduli selama mendapatkan gaji."
Perkataan resepsionis itu tidak bisa dimengerti oleh Runa yang masih kecil. Ia hanya ingin bermain. "Kalau begitu, ayo bermain paman!" ajak Runa.
"Bagaimana kalau kita makan malam?" ucap resepsionis, berusaha mengubah subjek pembicaraan.
Mereka pergi ke dapur, memasak sesuatu. Setelahnya mereka menuju kamar Kaelan. Resepsionis membawa kursi dan duduk di samping ranjang.
Runa menaiki ranjang dan duduk di atasnya, mengamati resepsionis itu menyuapi Kaelan. Runa memperhatikan wajah Kaelan yang tertidur. "Kapan kak Kaelan bangun?" tanya Runa.
"Aku tidak tahu," katanya," emang apa yang terjadi padanya?"
Runa berusaha menggambarkan apa yang ia lihat pada saat itu, dengan sedikit rasa takut. "Dia diinjak-injak oleh penjarah, tubuhnya rusak. Aku melihat darah berlumuran dari wajahnya."
Resepsionis itu merasa cukup ngeri mendengar penjelasan Runa. "Biar aku tebak... Apakah wanita berambut merah itu yang menyembuhkannya?"
Runa mengangguk antusias. "Elara? Iya!" serunya, "Dia juga menyembuhkan luka pada kakiku, paman! Dia sangat hebat kan ya?"
Resepsionis itu tertawa melihat antusiasme Runa saat menceritakan Elara. Pada saat pertama kali melihat Elara, resepsionis itu hanya menganggap bahwa Elara hanyalah seorang wanita cantik. Ketika ia mengetahui kalau Elara adalah seorang sorceress, ia cukup terkejut. "Haha, Elara memang hebat ya..."
Runa langsung berkata, "Tapi paman, kak Kaelan juga hebat! Dia menyelamatkanku. Menggendong aku lalu menghajar penjarah itu!" Runa benar-benar menganggap bahwa Kaelan adalah seorang pahlawan seperti cerita dongeng yang pernah ibunya ceritakan padanya.
Resepsionis itu mengangguk. "Begitu ya," ucapnya sambil berdiri, "Kalau begitu, aku akan segera pergi. Makanlah nona, dan segera tidur."
"Ta-tapi kapan mainnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales Of Mortals (Indonesia, Ongoing)
AdventureSebuah kisah dari seorang anak laki-laki bernama Kaelan, yang hampir saja kehilangan nyawa ketika menyelamatkan seorang gadis kecil dari gerombolan penjarah. Beruntung dirinya, seorang sorceress dapat menyelamatkan nyawanya yang sekarat. Tapi sebaga...