Part 2 - Perjalanan Menuju Udantra

7 1 0
                                    

Mereka memulai perjalanan kembali. Setiap es yang membuat ikan tetap segar mencair, Kaelan segera meminta Elara untuk membekukannya lagi. 

Di tengah perjalanan, mereka melihat tiga karavan besar dan beberapa kereta kecil di setiap belakang kereta besar melaju, yang jarak kepala dan ekor karavan membentang jauh. Para pengawal bersenjata membentuk formasi di sekitar masing-masing kereta.

Mereka hendak ikut bergabung dengan rombongan karavan itu. Tapi dari balik bukit kecil, muncul segerombolan perampok, berpakaian dan bertudung serba hitam dan abu melapisi tubuh mereka seperti bayangan. Perampok itu berlarian menyerang karavan dengan pedang yang terhunus.

Gunnar langsung melepas semua barang bawaannya dan berlari membantu. "Elara, Draven, ikuti aku!"

Elara berkata pada Kaelan, "Kau tetap di sini. Jaga Runa."

Mereka bertiga pun membantu rombongan karavan.

Para pengawal menembakkan panah mereka ke arah perampok itu, sebelum akhirnya mereka berhadapan dengan mereka secara langsung. Perampok itu cukup terlatih, meluncur dan berkelit dengan gesit menghindari tembakan panah, meskipun hanya beberapa mati tertembak.

Perampok itu sudah menyerbu kereta terdepan. Melompat ke atas kereta dan menyerang para pengawal. Tumpukan barang berharga yang ada dalam kereta mereka ambil secepatnya. Perampok itu mengumpulkan sebanyak yang mereka bisa. Kereta terdepan sudah hancur dan tidak ada harapan lagi.

Gunnar dan Draven segera membantu kereta tengah, sementara Elara bergabung dengan pengawal yang tersisa di kereta belakang.

Para pengawal awalnya meragukan niat mereka, bingung dan mengira kalau mereka adalah bagian dari para perampok, tapi setelah mereka membunuh beberapa perampok, para pengawal segera mengenali mereka sebagai sekutu.

Kaelan dari kejauhan hanya bisa melihat pertarungan yang tegang dengan kagum. Ia menjaga Runa dan seluruh persediaan mereka. Mata Kaelan segera beralih, melihat seseorang sendirian dari atas bukit, mengangkat tangan dan api putih keluar dari telapak tangannya.

Merasa tidak bisa diam saja, Kaelan berkata pada Runa, "Bersembunyilah. Aku akan membantu mereka, mengerti?"

Runa mengangguk. "Kak Kaelan, hati-hati," katanya. Ia kemudian bersembunyi di balik rerumputan.

Draven dan Gunnar berhasil menahan serangan dan memukul mundur para perampok yang menyerang kereta tengah. Setelah itu mereka menyerahkan semuanya kepada para pengawal untuk bertarung dengan kekuatan mereka sendiri, sementara mereka membantu yang lainnya.

Gunnar menyuruh Draven untuk membawa pengawal yang tidak mampu bertarung lagi dan beberapa penumpang ke dalam kereta kuda. Setelahnya ia kembali bertarung di luar kereta.

Di kereta paling belakang, Elara bersama para pengawal telah membentuk formasi. Datanglah sesosok pria yang Kaelan lihat tadi, berjalan dengan santai menuju Elara. Tidak memiliki senjata apa pun dan mengenakan pakaian usang. Sosok itu mengangkat lengan kanannya dan menjentikkan jari, lalu muncul api putih dari ujung tangannya.

Elara menganggap pengguna api putih itu sebagai orang yang berbahaya. Seketika api putih melayang ke arah mereka. Elara menciptakan dinding tanah untuk menghalaunya, tapi api itu melayang terlalu cepat dan membunuh beberapa pengawal yang berada di samping Elara.

Pengguna api putih itu segera menyadari ada pengguna sihir lain selain dirinya. Ia menatap Elara dan tersenyum, lalu berlari ke arah Elara dengan api yang membara membakar tangan pengguna api putih itu.

Elara berusaha menyerangnya sebelum pengguna api putih itu sampai padanya, tapi pengguna api putih itu menghindar dengan mudah. Bahkan pengguna api putih itu telah menciptakan perisai dari apinya. Pengguna api putih itu sempat tertahan beberapa saat oleh para pengawal, tapi ia bisa membunuh para pengawal dengan cepat.

Elara sangat terkejut melihat seseorang bisa menggunakan sihirnya dengan begitu sembrono. Dengan memanfaatkan api yang meliputi tangannya sendiri, pengguna api putih itu menjadikannya senjata yang tangguh untuk serangan jarak dekat.

Pengguna api putih semakin mendekat. Elara bisa dengan jelas melihat bahwa tangan pengguna api itu terbakar, namun ia terus maju dengan pandangan liar dan menakutkan.

Melangkah mundur, Elara mulai melantunkan sihir untuk sihir bola api skala besar dan meluncurkannya ke arah pengguna api putih. Pengguna api putih itu merespons dengan sihirnya sendiri, dan sihir yang dikeluarkan pengguna api putih itu telah menelan bola api yang Elara hasilkan. Panas yang intens dari api putih terasa di kulit Elara.

Di sisi lain, Gunnar, yang baru menyadari kehadiran pengguna api putih, mengamati Elara yang terlibat dalam pertarungan sengit dengan mereka. Ia terkejut melihat ada pengguna sihir lain selain Elara.

Menjadi khawatir, Gunnar menyadari bahwa pengguna sihir itu tampaknya mahir dalam pertarungan jarak dekat. Pengguna api putih itu telah membuat Elara kesulitan. Mengambil inisiatif, Gunnar menyerahkan situasi yang ada di tempatnya berdiri kepada Draven dan berlari untuk membantu Elara.

Elara mengeluarkan sihir tanah dan melempar bebatuan besar ke pengguna api putih itu. Sebagian besar serangan Elara dapat di hindari, namun beberapa berhasil mengenai tubuhnya. Pengguna api itu, menutup lukanya dengan api dan kembali menyerang.

Elara memunculkan dinding-dinding tanah di jalur serangannya, menghambat pergerakan pengguna api putih itu. Pengguna api putih itu, terus berlari sampai pada akhirnya benar-benar berhadapan dengan Elara.

Pengguna api putih itu menyeringai dan hendak memukul wajah Elara dengan api panasnya, jika Elara terkena serangan itu, maka berakhirlah hidupnya.  

Gunnar tidak bisa bergerak lebih cepat. Ia melihat Elara sudah berusaha keras dan kewalahan. Ia melihat dengan ngeri ketika Elara tidak dapat menghindari serangan itu. Putus asa dirinya, melemparkan kapak kepada pengguna api putih itu, tetapi karena panik, lemparannya meleset.

"ELARA!" teriak Gunnar.



Tales Of Mortals (Indonesia, Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang