Part 3 - Bandit

6 1 0
                                    

Keesokan hari. Tampaknya satu bandit yang selamat itu, telah menyampaikan pesan pada rekan-rekannya. Menjelang sore, seorang pengintai menyampaikan informasi pada Dariel, bahwa ada puluhan bandit berjalan ke desa dengan senjata di tangan mereka. Mereka berniat mencari Gunnar dan Kaelan. Mereka tidak mengetahui tentang kedatangan pasukan penguasa.

"Ini kesalahanku, karena telah membunuh beberapa bandit," kata Gunnar, "tapi salah satu dari mereka berhasil melarikan diri."

"Sebaliknya, justru ini kesempatan," balas Dariel, "kita dapat mengurangi jumlah mereka di sini."

"Meski kalah dalam jumlah. Kalian merupakan prajurit berpengalaman," tambah Dariel.

Dariel menyuruh warga desa untuk bersembunyi, begitupula para prajurit, di antara rumah-rumah desa. Menunggu kedatangan para bandit itu. Berencana menyerang mereka dengan kejutan

Para bandit itu sudah memasuki desa. Mereka kebingungan karena tidak ada siapa pun di luar sana. 

"Di mana mereka!?" teriak seorang bandit.

Mereka mulai menggedor setiap pintu rumah. Karena tidak tidak ada yang menjawab, mereka menggedor lebih keras. Berniat untuk membuka pintu rumah secara paksa.

"Bersiap untuk menyerang," bisik Dariel.

Teriakan mulai terdengar dari luar rumah, menjadi pertanda pertarungan baru saja dimulai.

"Buka pintu itu!" seru Dariel.

Gunnar membuka pintu secara cepat, dengan pedang yang terhunus. Menusuk beberapa bandit yang berada di depan pintu. Pintu rumah desa terbuka satu persatu, mengejutkan para bandit yang kebingungan dan terkejut. Berkat momentum yang tepat, jumlah para bandit berkurang. Kedua belah pihak sekarang memiliki jumlah setara.

Pertarungan jarak dekat tak terelakkan. Para bandit mulai menyadari dan mampu menyatukan kekuatan dengan yang lainnya. Mereka mulai membalas serangan.

Aaaarrrghhh!

Draven menusuk setiap bandit yang ia lewati. Ia bergerak secara independen tanpa mengikuti yang lainnya. 

"Kaelan, bantu Elara!" seru Gunnar, "aku sedang kesulitan!" Ia sedang menghadapi bandit yang mengelilinginya.

Kaelan mendengarnya dan segera menuju Elara. 

Elara terkepung, ia berhasil membakar beberapa bandit. Ia menggunakan pedangnya, tetapi kesulitan untuk mengeluarkan sihir. Elara tidak begitu mahir dalam menggunakan pedang, sehingga sulit baginya bertarung jarak dekat.

Di sisi lain, Kaelan yang hendak membantu Elara telah dihadang oleh beberapa bandit. Ia memilih mengabaikannya dan berhasil melarikan diri dari mereka. Kaelan segera membantu Elara, membunuh bandit di sekitarnya.

"Hampir saja," ucap Elara. Ia menyimpan pedangnya, dan mulai merapalkan sihir. Memberikan perlindungan pada rekan yang berada di sekitarnya, sambil melangkah menuju Gunnar.

Kaelan tetap berada di samping Elara, mengikuti. Menghalau bandit yang berusaha menyerang Elara. Tanpa Kaelan sadari, seorang bandit mengayunkan pedang dan berhasil melukai tubuhnya. Jika bukan karena sihir perlindungan Elara, Kaelan akan terluka fatal.

Kaelan berusaha membalas serangannya, tetapi bandit itu gesit dan mendorong Kaelan di setiap serangannya. Elara membuat sebuah dinding tanah di antara bandit itu, dan menghantamnya hingga tubuhnya remuk. 

Setelah itu mereka membantu Gunnar dan yang lainnya.

Pertarungan mereka cukup singkat. Para bandit menyadari jika mustahil untuk menang, dan menyelamatkan diri mereka. Pasukan berusaha mengejar dan menangkap para bandit hidup-hidup.

"Aku menyerah!" ucap histeris dari seorang bandit, "aku menyerah!" Ia menjatuhkan pedang dan bertekuk lutut sambil mengangkat kedua tangan di atas.

 Tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil melarikan diri.

Dariel mengumpulkan para bandit di tengah desa. Dengan bantuan Elara, mereka mengintrogasi para bandit itu.

Dariel dan Elara tidak ragu melakukan hal yang mengerikan, untuk mendapatkan informasi dari para bandit itu. Mereka yang enggan menjawab, terbakar hangus oleh Elara, atas perintah Dariel. Mereka yang membuka mulut pun, nasib mereka tidak lebih baik. Meskipun hidup, mereka kehilangan kedua lengannya.

"Tebus dosa kalian, dengan terus hidup," ucap Dariel.

"Dengan kata lain, nikmati hidup cacat seumur hidup haha," celetuk Gunnar.

Para bandit itu dilepaskan begitu saja setelahnya. Tidak ada tempat untuk membawa mereka ke penjara.

Dariel kemudian mengumpulkan seluruh prajuritnya. Menjelaskan rencana selanjutnya kepada mereka. Rencana itu adalah untuk melancarkan serangan sebelum para bandit yang berada di markas menyadari puluhan rekannya yang hilang, dan mengetahui pasukan penguasa.

Mereka segera bergerak menuju markas para bandit, tapi para bandit itu segera menutup gerbang barikade saat melihat kedatangan pasukan penguasa.

Elara melangkah ke depan. Menggunakan sihir api dan membakar pintu gerbang itu. Tetapi Elara tampak kelelahan dan terjatuh. Gunnar dari belakangnya menahan tubuh Elara. 

"Kerja bagus. Beristirahatlah," kata Gunnar, "kau telah menggunakan banyak energi sihir."

"Aku ikut," tegas Elara sambil berusaha berdiri.

Gunnar menatap Dariel, berharap ia mengerti. 

"Dia benar, beristirahatlah," ucap Dariel, "ini perintah."

Lambat laun, gerbang yang terbakar mulai runtuh dan jalan masuk terbuka lebar. Gunnar juga menyuruh Kaelan untuk tetap bersama Elara, sementara para pasukan menyerang markas bandit.

Saat mereka menerobos masuk ke markas bandit, para bandit mulai bertahan. Gairah bertarung Gunnar menurun ketika melihat sebagian bandit melarikan diri. 

Gunnar berdecak. "Mereka sama sekali tidak memiliki disiplin," ucap Gunnar.

Tidak jauh dari tempat Gunnar berdiri, ia melihat seorang bandit mengayunkan pedang dengan lihai dan gesit. Gunnar mengira kalau orang itu adalah pemimpin para bandit. Segera ia berlari menghampiri, dengan ayunan pedang.

Bandit itu melirik Gunnar. Alih-alih menghindar, dia justru menerjang dan menyayat tangan kiri Gunnar. Tercipta jarak di antara mereka berdua. Bandit itu menatapnya dengan seringai.

"Aku akan membunuhmu," ancam Gunnar.

Namun bandit itu hanya tersenyum. Seketika ia meluncur. Pedangnya menerkam cepat. Gunnar berhasil menghindar melompat mundur dengan selisih rambut. 

Tanpa jeda. Gunnar maju, menghantamkan pedangnya. Bandit itu menghindar dan membalas dari samping. Gunnar berusaha menyerangnya, tetapi bandit itu terlalu gesit. Gunnar dibuat menari di telapak tangan bandit itu.

Bandit itu menyerang kembali. Gunnar menghindar, merasakan pedang yang menggores di zirah kulitnya. Gunnar menangkap lengan kirinya dan menebasnya. 

Bandit itu terhuyung setelah mengalami luka parah di lengan kirinya. Meski begitu, ia tidak berteriak kesakitan dan kembali menyerang dengan pedangnya. Tapi ternyata, itu adalah serangan tipuan. Lemparan belati secara tiba-tiba itulah niatnya. Belati itu mengenai pergelangan kaki Gunnar, hingga melumpuhkan Gunnar sementara.

"Argh!"

Bandit itu sempat berkata, "Namaku Eldric. Kelak, aku akan menjadi penguasa." Setelah itu ia melarikan diri.

"Kaelan!" seru Gunnar, "Jangan biarkan orang itu melarikan diri!"

Tales Of Mortals (Indonesia, Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang