JAVIER bukan penikmat musim dingin. Biasanya ia cukup sebal jika musim bersalju itu datang karena suhu yang sangat dingin, jalanan menjadi licin, juga Javier harus rajin membersihkan pekarangan yang tertumpuk salju.
Semalam, hujan salju turun cukup lebat dan Javier memilih mengurung diri di rumah sembari menyelesaikan pekerjaannya. Lalu pagi ini, salju sudah berhenti turun. Tapi lihatlah halaman depan rumah Javier sekarang putih bersinar diselimuti salju.
Jika saja ia berada di rumah orang tuanya di ibukota, Javier tidak perlu susah payah membersihkan karena ada pelayan yang akan melakukannya. Tapi Javier yang merantau dan memilih tinggal sendiri di sini, tidak memiliki seseorang yang bisa membantunya membersihkan jalanan.
Jadi pagi itu, Javier terbangun dengan sangat berat hati karena rasanya ia ingin terus bergelung dalam selimut. Ia terpaksa harus bangun pagi di akhir pekan seperti ini karena kakaknya akan datang.
Tiga hari yang lalu ia mendapat surat dari sang kakak yang katanya ingin mampir ke rumahnya setelah melakukan perjalanan dinas ke kota sebelah. Dalam suratnya, Jeffrey mengatakan akan berkunjung bersama pengawalnya karena kebetulan perjalanan dari kota sebelah menuju ibukota harus melewati kota Malla.
Jadi di sinilah Javier, dengan mantel dan sarung tangan tebal, membersihkan area depan rumahnya dari tumpukan salju.
"Astaga! Kenapa tidak habis-habis?" gerutu Javier.
Sudah tiga puluh menit berlalu tapi Javier baru berhasil menyapu separuh jalan dari pintu masuk. Sedangkan separuhnya lagi hingga pagar masih tertutup salju.
Karena lelah, Javier memilih melangkah di atas tumpukan salju, lalu berjalan menuju kotak surat yang ada di dekat pagar. Sudah menjadi rutinitas bagi Javier untuk mengecek kotak suratnya setiap pagi, baik di hari biasa atau akhir pekan.
Tangan Javier terulur membuka pintu kotak suratnya, lalu meraih sebuah kotak kayu dengan selembar surat.
Netranya menelisik, mencari nama si pengirim, sebelum kemudian ia menghentikan gerakannya seiring dengan senyuman lebar tersungging di bibirnya.
Dari reaksi yang ditunjukkan oleh Javier, tentu tidak sulit untuk menebak siapa pengirim di balik surat dan hadiah tersebut.
Yap! Arion Hills.
Tanpa banyak kata, Javier langsung membuka surat berwarna coklat muda tersebut.
Hai, Javier.
Ah, bahkan sapaan pembukanya saja sudah membuat jantung Javier berdegup semakin kencang dan kedua sudut bibirnya terangkat semakin lebar.
Kata demi kata ia baca. Sesekali Javier terkekeh saat membaca. Isinya berisi tentang konfirmasi dari Arion apakah pemuda tersebut mau 'berkencan' dengannya besok. Dan tentunya jawaban dari Arion bisa kita tebak dari raut Javier yang semakin cerah. Hingga tidak membutuhkan waktu lama, ia sudah sampai pada kalimat terakhir yang ditulis oleh Arion.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ PERFECT YOU | NOREN (REPUBLISH)
FanficJavier Lake yang selama ini selalu menolak perjodohan keluarganya, tiba-tiba berubah pikiran setelah pertemuannya dengan Ariana Hills, putri dari teman ayahnya. Namun yang Javier tidak tahu, sosok yang selama ini membuatnya jatuh cinta sebenarnya bu...