23 - Si Kembar

2.7K 288 17
                                    

MALAM mungkin terasa menusuk tulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALAM mungkin terasa menusuk tulang. Salju yang turun mulai menutupi pekarangan. Arion duduk di depan jendela kamarnya sambil menopang dagu. Bibir tipisnya tak kunjung usai mengulum senyum. Sesekali kedua sudutnya tertarik hingga menampilkan barisan giginya.

"Aahhh, aku bisa gila!" racaunya.

Kedua tangan mungilnya bergerak menutup muka, berusaha menyembunyikan pipinya yang seperti tomat merah.

Sungguh, Arion merasa sangat bahagia. Jantungnya terus berdegup kencang. Perutnya terasa tergelitik. Dan pipinya terasa panas.

Arion sampai di rumahnya tepat begitu makan malam telah usai. Kedua orang tuanya yang sudah berada di rumah hanya bertanya Arion habis darimana dan ia dengan jujur menjawab pergi dengan putra si David Lake.

Tak ada pertanyaan lain karena mereka mengenal siapa pemuda itu. Tatapan bertanya justru datang dari sang kembaran. Tapi Arion memilih abai dan pamit untuk pergi ke kamarnya karena gadis itu tidak mengatakan apa-apa.

Dan di sinilah Arion kini, mengenang peristiwa membahagiakan yang tadi dialaminya.

"Maaf. Maaf karena aku membiarkan perasaanku semakin besar. Maaf karena telah lancang. Aku... aku menyukaimu, Arion."

Arion semakin membenamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya. Senyumnya semakin melebar.

"Aku senang menghabiskan waktu denganmu. Aku nyaman bersama denganmu. Aku jatuh cinta denganmu, Arion."

Kepala Arion terangkat dengan senyum yang belum terlepas sedikitpun. Ia lalu menatao sukulen mini di hadapannya.

"Hey, teman ungu kecil. Aku tidak pernah menyangka aku akan mempunyai perasaan ini pada Javier. Tapi aku lebih tidak menyangka bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama denganku," ujar Arion pada sukulennya, seolah tanaman itu bisa memahami ceritanya

Saat sedang berkutat dengan dunianya, tiba-tiba saja ia mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya.

Tok. Tok. Tok.

"Arion? Kamu sudah tidur?"

Itu suara Aria.

Kening Arion berkerut samar. Tumben sekali kakaknya itu malam-malam mencarinya. Biasanya Aria sudah tidur jika melihat sekaeang waktu sudah semakin larut.

Arion bangkit dari duduknya lalu beranjak untuk membuka pintu.

"Aria? Ada apa?" tanya Arion.

Gadis itu muncul dengan rambutnya yang tergerai dan tubuh yang sudah berbalut baju tidur berwarna putih gading.

Alih-alih menjawab, Aria justru mendorong Arion masuk ke dalam kamar—diikuti dirinya, lalu menutup rapat-rapat pintu kamar adik kembarnya itu.

"Aria? Ada apa malam-malam begini mencariku?" tanya Arion seraya mengikuti Aria yang memilih duduk di kursi tempat Arion duduk tadi.

✅️ PERFECT YOU | NOREN (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang