22. Varel Salah

32K 3.1K 720
                                    

Haiii 👋
Selamat datang kembali di cerita Varel

WARNING ❗❗❗
PART INI MENGURAS TENAGA 🎃

JANGAN LUPA TEKAN ⭐
DIPOJOK BAWAH + KOMEN DI KOLOM KOMENTARR

AWAS KESANDUNG TYPO 🙌
🧸
🧸
🧸
🧸
HAPPY READING 😘

"Baguss, kerja bagus Ell. Selamat kau telah menjadi ayah dan manusia yang sesungguhnya sekarang" sahut Dylan ceria

Arthur dengan muka berkerut menatap sang sahabat kemudian matanya melebar tak percaya

"KAU MEREKAMM??" teriak Arthur spontan ketika melihat ponsel Dylan yang mengarah padanya.

Sedari tadi perhatiannya sama sekali bukan pada Dylan. Dia hanya bergantian menatap Varel dan melirik Ares. Tak menyangka justru bahaya tak terduga malah berada tepat di depannya.

"CEPAT HAPUS REKAMANNYAA DYLAAAANNN" teriak Arthur kesal bukan main lalu mengambil langkah seribu menyusul Dylan yang telah lebih dulu berlari keluar sambil tertawa.

Kali ini, bukannya takut teriakan Arthur Varel malah ikut tertawa sangat lebar lalu bertepuk tangan bahagia.

Yah, keluarga yang cukup harmonis.

🧸🧸🧸

BAGIAN 22

"James!"

"Ya, Tuan?"

"Markas?"

"Semua berjalan sesuai perintah Tuan, mereka telah mengambil alih untuk sementara," lapor James

Arthur berdehem singkat, kembali fokus pada berkas-berkas menumpuk di hadapannya. Jika Baby Va sakit maka Arthur akan libur bekerja. Dia hanya menerima dokumen dalam bentuk file bukan fisik. Itu pun jika Arthur punya minat untuk membaca lewat laptop.

Daripada membaca dokumen Arthur lebih memilih menatap Baby Va tidur sepanjang hari. Itu lebih bermanfaat untuk kesehatan matanya. Arthur tidak ingin berpikir keras karena melihat deretan huruf dan angka di lembaran kertas putih yang bisa saja membuat matanya juling dan berputar-putar layaknya bola dunia.

Merasa diperhatikan, Arthur mengangkat kepala. Netra birunya bertemu pandang dengan netra emerald James.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Arthur dingin

"Em, tidak ada Tuan. Maafkan sikap lancang saya" balas James

Sebelah alis Arthur terangkat. Rasanya dia tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Asistennya itu. Arthur melepaskan dokumen penting dari tangannya lalu menyandarkan punggung pada sandaran kursi sambil bersedekap dada.

"Kau pikir berapa lama aku mengenalmu?" tanya Arthur sinis

Arthur bisa melihat James yang menggerak-gerakkan kedua jempolnya dengan tangan terkepal di atas meja, membuat Arthur mendengus remeh.

"Kau berbohong James!" geram Arthur

James menelan ludah kasar kemudian kembali menatap Arthur dengan ragu

"Sa-saya, saya, tidak jadi Tuan." James menunduk kembali.

Arthur berdiri, melangkah memutari meja dan berjalan menuju tempat Asisten pribadinya yang sedang duduk di balik meja kerja dengan gelisah.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang