Prolog

225 17 2
                                    

Sisillia, Italia, 2023.

Kota ini sangat kacau. Suara teriakan, jeritan, histeris, dan tembakan menjadi satu. Manusia dengan darah yang bercucuran ada dimana-mana. Warga sipil yang ingin menyalamatkan diripun sangat sulit karena mereka yang bersenjata tidak bisa membedakan mana warga sipil dan mana musuh mereka. Bahkan polisi dan tentara sampai turun tangan, namun mereka tidak sanggup menghentikan keributan di kota ini.

Seorang pria berjalan dengan santai di tengah-tengah keributan. Matanya melihat betapa mengerikannya manusia yang menyerang manusia lainnya, namun pria itu tidak pernah menunjukan ekspresi takutnya, justru ia tersenyum miring sembari memakai masker hitamnya. 

Pria berpakaian serba hitam dengan tas gitas besar di bahunya masuk ke dalam gedung dan memasuki lift. Di lift, ia memakai topi hitam sembari pintu lift terbuka. Ia akan melakukan sesuatu yang sama mengerikannya dengan mereka, namun ia harus menyamar. 

Pintu lift terbuka, pria itu keluar dan mulai mencari posisi yang pas, yaitu posisi dimana ia bisa melihat gedung yang ada disebrang. Ia juga melihat sekelilingnya sebelum ia membuka tas gitar besarnya. Situasi ditempatnya aman, ia langsung membuka tas gitarnya yang ternyata berisikan sniper dengan teropong dan pelurunya didalam. Pria itu langsung mengambil sniper dan bersiap-siap untuk mencari target yang akan ia bunuh hari ini.

"Lo yakin posisi elo aman?

Pria itu langsung memegang earpiece-nya sambil tersenyum. Suara pria yang mempertanyakan posisi dirinya itu terdengar dari earpiece-nya.  Matanya kembali melihat situasi posisinya yang  menurutnya masih aman meskipun ia tidak bisa berlama-lama disini dengan snipernya.

"Satu tembakan untuk satu orang dan target hari ini ada dua. Gue cuma butuh dua kali tembakan untuk mempercepat waktu. Sekarang mereka ada dimana?" ucapnya.

"Mereka di balkon lantai 16. Ciri-cirinya ada bapak-bapak berambut hitam pendek dan ikal, pakaiannya serba hitam dan  kacamata hitam. Satunya lagi istrinya, rambutnya berwarna hitam di ikat seperti ekor kuda, biasanya dia selalu ada disebelah bapak-bapak itu. Istrinya pake dress hitam dan kacamata hitam juga."

Pria itu langsung mencari balkon lantai 16, untungnya ia berada di lantai 20 sehingga ia bisa menjalani misinya dengan baik. Matanya fokus melihat ke arah teropong yang dimana ia bisa melihat orang yang sesuai dengan ciri-ciri target yang akan dibunuh olehnya. 

"Bapak-bapak itu punya tato gambar uang dollar di belakang lehernya-kan?" tanyanya.

"Iya, udah ketemu?"

Ck dorr!!! Ck dorr!!

Pria itu langsung menekan pelatuk sebanyak 2 kali tepat di kepala kedua target itu. Semua orang yang ada di balkon lantai 16 langsung panik dan mencari darimana tembakan itu berasal. Pria itu pun tersenyum penuh dengan kemenangan. Sesuai dengan ucapannya, ia hanya butuh dua kali tembakan untuk mempercepat waktu  dan itu berhasil.

"Good job, Aiden! Kita ketemuan di mobil sekarang!"

Pria bernama Aiden itu mengacungkan jempolnya dan ternyata ia sadar bahwa rekan kerjanya ada di lantai 16, lantai yang sama dengan targetnya berada. Tentu saja hal 

Aiden kembali  berjalan menyelusuri jalanan yang penuh dengan peperangan. Ia menggelengkan kepalanya seakan-akan ia meremehkan mereka. Tidak ada yang lebih hebat daripada dirinya. Bahkan ketika anggota mafia itu saling berperang, mereka tidak sadar bahwa pemimpin dari mereka telah dibunuh oleh Aiden.

"Buon divertimento!"

.

.

.

To Be Continued---

ContritenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang