Plak !!!
Jennie memukul mejanya dengan jasnya sehingga David dan Nathan tersentak kaget dan kembali menundukan kepalanya. Sepertinya Jennie marah besar akibat perilaku Nathan kepadanya di lift sebelumnya, dimana Nathan malah mencium bibir Jennie bukannya membantu menenangkan Jennie di dalam lift.
"Apa? Lipstick saya gak rata? Otak kamu yang gak rata!" sewot Jennie kepada Nathan.
Nathan dan David yang sedang berlutut didepan Jennie hanya bisa diam dan menudukan kepalanya. Mereka tidak berani menatap wajah Jennie secara langsung. Jika menatap Jennie, yang ada mereka akan semakin dimarahi.
"Kamu yang gila, Nathan!" sewot Jennie.
"Maafin saya, Bu Jennie. Ini namanya khilaf," ucap Nathan.
"Wait, what?! Bu Jennie? Khilaf? Oh my god!"seru Jennie sambil memegang kepalanya.
"Iya, tapi kan awalnya bukan saya dulu," balas Nathan, "2 minggu lalu Bu Jennie dulu yang mencium bibir saya, bahkan sebelumnya nodong saya pake gunting juga."
Dari pernyataan Nathan membuat David dan Jennie terkejut. Lagi-lagi Jennie memukul mejanya dengan jas yang keras sehingga Nathan yang membalas ucapan Jennie langsung menundukan kepalanya.
"Bu Jennie? Apakah saya sudah waktunya dipanggil 'ibu' hah?" sewot Jennie.
"Gunting? Saya mau megang gunting aja harus siap-siap mental dulu, emangnya kamu gatau apa alasan kenapa dikantor ini benda-benda tajam tidak boleh ada diatas meja? David! Kamu gak ngasih tau dia apa?!" lanjut Jennie.
"Saya udah kasih tau dia tapi saya belum kasih tau ke Nathan kalau anda mengalami PTSD yang menyebabkan anda trauma dengan benda tajam," ujar David menyesal.
David melirik ke arah Nathan lalu membisikan sesuatu kepada Nathan, "Kamu jangan manggil dia ibu. Kamu cukup manggil dia nama aja."
Nathan menganggukan kepalanya lalu mengerutkan keningnya bingung. 2 minggu lalu disaat Jennie mabuk, ia melihat dengan jelas kalau Jennie tidak takut sama sekali dengan gunting. Bahkan dirinya bersenang-senang dengan gunting.
Apakah itu karena efek mabuk jadi PTSDnya gak berfungsi? Tapi ya masa bisa seperti itu?
"Jennie 2 minggu lalu ke club kan? Saya liat dengan jelas kalau anda menodongkan saya dengan gunting," ucap Nathan tidak percaya.
Jennie langsung terdiam namun tak lama kemudian ia berdeham kecil menandakan bahwa ia memang pergi ke club 2 minggu lalu tapi ia tidak ingat kalau ia menodongkan gunting ke Nathan sekaligus mencium bibir Nathan. Lebih tepatnya pura-pura tidak ingat.
"Jennie mencium bibir saya sampai lipstick anda berbekas di bibir saya. Masalahnya, udah pake sabun pun lipsticknya masih ada," lanjut Nathan.
"Apa yang kamu bicarakan," bisik David yang kesal dengan Nathan karena terus menerus menuduh Jennie.
"Saya gak yakin kalau Jennie takut dengan benda tajam. Waktu itu dia megang bagian tajemnya kok! Bahkan dia nanya ke saya kalau dia keliatan takut gak kalau dia megang gunting!" bales Nathan, "Coba deh Pak David, pikir coba! Pak David yakin Jennie takut sama gunting setelah Pak David ditodong pake gunting sama Jennie? Nggak kan!"
"NATHAN!!!!" teriak Jennie.
Teriakannya membuat Nathan dan David langsung diam dan kembali menundukan kepalanya. Jennie pun menghampiri Nathan dan menjewer telinganya sekencang mungkin sampai Nathan mengerang kesakitan.
"David bisa keluar dari ruangan ini sekarang!" seru Jennie sambil menatap tajam ke arah Nathan.
David pun langsung bergegas keluar meninggalkan Jennie dan Nathan didalam ruang kerja Jennie. Di luar ruang kerja Jennie, banyak orang yang penasaran apa yang terjadi pada Nathan, si karyawan baru yang baru saja mulai kerja 3 jam lalu. Namun, David memilih enggan berbicara apa yang terjadi didalam ruang kerja Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contriteness
General FictionAiden, si pembunuh bayaran yang dikenal kartu AS di sebuah organisasi pembunuh bayaran bernama INK. Aiden sadar bahwa dirinya melakukan pekerjaan keji, sehingga ia ingin menebus dosanya dengan berjanji akan menjadi manusia yang lebih baik. Aiden mem...