Bab 7 : They're Here

4.7K 482 35
                                    

"Ahahahahaha siapa yang diganggu? Gaada tuh, aku gak di ganggu kok HAHAHAHAHA!"

Blaze sweatdrop melihat Thorn yang tertawa histeris seperti orgil, Thorn tuh kalo udah ketangkap basah emang gini tingkahnya.

"Oh, yaudah kalo gamau kasih tau, pas gue dapat orangnya, gue kirim dia ke rumah sakit."

"JANGAN!"

Mendengar seruan Thorn, Blaze langsung menyeringai, emang semudah ini mancing adiknya buat berbicara, "Oh jadi beneran lo diganggu, cepat kasih tau, minimal nanti orangnya bakal gue labrak."

"Duh kak, jangan dong, kasian. Kamu kan kalo labrak orang bakal main tangan." Rengek Thorn.

"Jangan terlalu baik, Nya. Tahun ini gue lulus, gue gak bisa jaga lo di sekolah, lo gak mau kejadian kayak dulu ke ulang lagi kan?"

Mendengar Blaze berbicara serius dan mulai mengungkit-ungkit tentang masa lalu, Thorn menghela nafas, "Tenang aja kak, besok anaknya bakal ku banting."

Blaze tersenyum puas mendengar jawaban Thorn, gini kan enak, Blaze gak perlu khawatir jika adiknya itu di ganggu lagi. Pemuda itu kemudian membuka kotak bekalnya dan mulai makan.

"Bagos, dah makan lagi." Suruhnya pada Thorn.

"Iya iya cerewet."

---------------

Mari pindah sisi lagi, kini aing akan membawa para readers sekalian ke kafe Elemental Circle, alias kafe milik Auriga bersaudara. Di depan kafe sana, tiga sosok berkacamata hitam terlihat ragu untuk masuk ke dalam bangunan tiga lantai itu.

"Na, kamu yakin gak salah alamat? Mereka tinggal di kafe..?" Salah satu dari mereka melepaskan kacamata hitam itu dan menggantinya dengan visor jingga miliknya. Diikuti dengan kedua saudaranya yang juga melepaskan kacamata hitam mereka.

Sosok berjaket berbulu terlihat melirik secarik kertas yang dipegang si sulung, "Alamatnya benar kok di Elemental Circle, grandma gak mungkin kasih alamat bodong." Ujarnya sambil menguap lebar.

Sosok di sebelahnya langsung mencubit pelan, "Kalo nguap tuh mulutnya di tutup, Ra. Kemasukan setan nanti."

Bisa nebak mereka siapa? Iya bener, mereka adalah Yudistira, alias saudaranya dari Auriga bersaudara. Readers mungkin mengenal mereka sebagai Gempa, Ice dan Solar. Mereka tiba disaat para Auriga sedang tidak ada di rumah.

Ice mengusap pelan lengannya yang baru saja dicubit oleh Gempa, "Iya maaf, Na. Ayo masuk, aku mau makan." Kata pemuda itu sambil berjalan masuk ke dalam kafe sambil menyeret kopernya.

Gempa dan Solar menghela nafas lelah melihat kelakuan Ice. Si bungsu pun mengikuti langkah kakaknya sambil mengambil beberapa foto untuk ia posting ke media sosial.

"Keren ya mereka udah bisa bikin usaha sendiri. Aku lihat Taufan jadi content creators di tiktuk. Lah aku bisanya cuma minta uang aja sama kamu, Na." Ujar Solar sambil melihat-lihat hasil jepretannya.

"Hush, jangan gitu, mana Indra yang narsis dan percaya diri hm?" Sulung Yudistira ini langsung menarik pelan telinga Solar.

Anak itu langsung cemberut dengan wajah yang sedikit memerah karena malu, "Na please, I'm not a kid again. Stop doing that."

Iya, dulu pas masih bocah, Gempa emang sering narik pelan telinga Solar ketika anak itu mulai merasa insecure dan tak percaya diri, kebiasaan itu sudah ada sejak lama.

ATLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang