Bab 35 : Ikatan Batin

3.3K 441 123
                                    

Solar nyaris menyerah.

Pemuda itu berhenti melangkah ketika melihat pintu darurat lain terbanting terbuka, ia melihat sosok asing keluar dan menodongkan pistol ke arahnya, Solar menyipitkan pandangannya, mencoba melihat dengan jelas, tidak, itu bukan sosok asing, itu adalah...

"Mundur, Halilintar. Atau bocah ini akan mati."

Ya, Hendery.

Halilintar menggerakkan giginya, ia melangkah maju, sementara Hendery melangkah mundur, menaiki lantai tangga menuju ke rooftop, maniknya terbelalak ketika melihat sosok Solar yang menggendong Ice yang nyaris tak sadarkan diri di punggungnya.

"Gedung ini akan runtuh, Hendery. Kita semua bakal mati disini, berhentilah lari dasar brengsek." Ujarnya sambil berdiri di hadapan Solar, menghalangi pistol yang mengarah ke kedua adiknya itu.

Namun, perkataan nya di abaikan, pria itu malah menembakkan peluru ke arahnya, membuat Halilintar langsung secara refleks menarik Solar untuk menghindari peluru tersebut, membuat ketiganya langsung terjatuh dan membentur dinding di belakang mereka.

"FUCK!"

Halilintar menatap geram pada Hendery yang berlari memasuki rooftop, pemuda itu kemudian mengalihkan pandangannya ke Solar dan Ice yang terkapar di lantai tangga darurat, ia bimbang, tapi tekad Halilintar sudah bulat.

Pemuda itu berlutut di dekat Solar, "Tunggu disini, jangan ikuti gue, lo denger gue, Indra? Jaga Sagara, gue bakal minta agen Smith buat nyelamatin kalian, oke?" Katanya sambil mengusap pelan surai Solar yang sudah basah akibat keringat.

Manik silver Solar nyaris tidak bisa terbuka, ia benar-benar lelah, ia berlari menaiki tangga dari lantai 31 menuju ke lantai 38, energinya terkuras habis, ia sama sekali tak bisa bergerak untuk menghentikan Halilintar.

"Kak Je, don't go.."

"I'm sorry, Rawindra."

....

Angin malam New York menerpa Hendery ketika pria itu membuka pintu rooftop, helikopter yang menunggu nya berada tak jauh darinya, pria itu menyeringai, akhirnya, semuanya selesai.

Pria itu mengerutkan keningnya ketika melihat jejak darah di sekitarnya, ia berhenti melangkah dan mengeratkan cengkraman nya pada pistol di tangannya. Tatapannya tertuju pada sosok yang berdiri tak jauh dari helikopter itu berada.

"He's death, tak ada jalan untukmu lari lagi, Azrael."

Mata biru Hendery menatap intens pada Gempa, kemeja putih pemuda itu sudah ternoda oleh warna merah, tangannya berlumuran darah. Hendery menyeringai.

"Apa yang merasuki mu, Gempa? Iblis keluarga Yudistira?"

Gempa berdecih, "You tried to kill me."

"You tried to kill my brother."

"You killed, Ocho."

"And now, you take MY LIGHT from me."

"How dare you ask, what's gotten into me? Have you lost your mind?"

ATLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang