Bab 12 : Mirip

3.9K 489 27
                                    

Blaze menghentikan gigitannya pada pizzanya, ekspresi nya menggelap. Kata-kata dari Solar memicu amarahnya.

"Keluarga Bunda makin lama makin anjing gue liat."

Halilintar menatap tajam pada Blaze. Mulut adiknya itu mulai keluar dari batasnya. Namun bukannya takut, Blaze malah terlihat menantang kakak sulungnya itu.

"Apa? Emang bener kan? Lo gak muak apa di usik mulu sama mereka? Bunda udah mati juga mereka masih aja ngerecokin kita!"

"Oni bangsat. Bisa gak sih -..."

"Woi woi woi! Udah udah! Anjir ngeri kali gue liatnya!"

Sebelum adu bacot itu merembet ke adu jotos, Taufan pun langsung menengahi kedua saudaranya itu agar berhenti, gini-gini yang paling jago beladiri di keluarga Auriga ini adalah Halilintar dan Blaze, kalo sampe gelut mungkin nunggu salah satu mati dulu baru berhenti.

"Denger Je. Gue tau lo mau mutusin hubungan sama keluarga bangsat Bunda, tapi gue gak terima kalo lo cuma diam aja ngeliat perlakuan mereka yang semena-mena ke kita. Lo tuh sama aja kek Bunda, buta, tuli sama keadaan yang jelas-jelas udah salah. Je! Saudara lo dihina sampah! Lo mau mereka terus nginjak-nginjak kita? Lo mau mereka terus ngehina Bunda? Sampe mati pun gue gak terima, anjing!"

Setelah pidato singkat itu, Blaze membanting pizza setengah gigit itu keatas piringnya dan mendorong kursinya hingga berbunyi keras, anak itu langsung berlari ke lantai atas dan kemudian bunyi bantingan pintu terdengar.

Hening. Tak ada yang berani berbicara sampai akhirnya Ice berdiri, "Thornie ada cupcake bentukan ayam gak? Atau ayam goreng beneran pun boleh."

"A-Ah, aku adanya cookies bentuk ayam gitu, kak Oni yang bikin, gak papa?" Thorn bertanya sambil mengambil setoples cookies coklat dengan bentuk ayam dan menyerahkannya ke Ice.

"Gapapa, thanks ya." Ice pun menerima setoples cookies itu dan pergi naik ke lantai atas, sepertinya menyusul Blaze.

Setelah kepergian Ice, Halilintar langsung memijat kepalanya pusing. Ia lelah.

"Je, Oni benar. Lo... Gak mau kejadian itu terulang lagi kan...?" Taufan menghela nafas, ia menggelengkan kepalanya dan kemudian mengambil piring kotor yang ada di meja makan dan membawanya ke wastafel untuk di cuci.

Sementara itu, Thorn yang mendengar kata-kata Taufan langsung mengeratkan cengkramannya pada lengan kirinya.

"Gue gak diem sialan, gue lagi cari waktu yang tepat aja buat mutusin segalanya." Setelah mengatakan itu, Halilintar pergi dari ruang makan dan memisahkan dirinya ke ruang tamu, ia ingin menjernihkan pikirannya sejenak.

"Maaf.., pertanyaan aku memicu pertengkaran ya..." Bungsu Yudistira ini langsung merasa bersalah.

Thorn langsung menggeleng pelan, "Engga, gapapa. Kak Je emang harus di sadarin dikit. Gak semua keputusan yang dia buat itu baik bagi kita."

Kata-kata dari Thorn sejujurnya sedikit menohok Gempa.

"Gue nyiapin tempat buat tidur dulu ya. Anya, nanti sisa pizza nya tolong lo simpan di kulkas, thanks." Kata Taufan sambil mengelap tangannya yang basah pada kain lap dan kemudian ia beranjak dari dapur, meninggalkan Gempa, Thorn dan Solar disana.

"Aku mau nemenin Hali bentar, terimakasih atas makanannya." Ujar Gempa sembari bangkit dari duduknya dan berjalan ke ruang tamu, dimana kembaran tertuanya itu berada.

Kini di dapur hanya tinggal Thorn dan Solar. Udahlah awalnya canggung sekarang jadi makin canggung.

"Sebelumnya aku lihat kamu sama Blaze bikin sesuatu di dapur, bikin apa..?" Biar gak canggung, mau gak mau Solar harus memulai pembicaraan.

ATLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang