Bab Bonus: Halilintar & Blaze

3.1K 377 98
                                    

Maniknya terbuka, nafasnya terengah-engah, Blaze berkeringat dingin, tangannya gemetaran. Dengan erat ia mencengkram rambutnya dan memukul-mukul pelan kepalanya.

"Mimpi ... Cuma mimpi ... Sagara gak mungkin ..."

Pemuda itu melihat ke sekelilingnya, ruangan putih berbau obat-obatan, dan di sebelah ranjangnya, sosok si adik bungsu, Solar, terbaring pingsan dengan perban dan plester di tubuhnya. Saat itu juga, Blaze seakan tertampar oleh kenyataan.

"Gak mungkin ... Gak mungkin ..." bisiknya berulang-ulang.

Manik bara apinya dengan liar memindai ke seluruh ruangan, ketika menemukan pintu, Blaze langsung turun dari ranjang, menjatuhkan dan merobek infus yang terhubung ke nadi di tangannya, darahnya jatuh berceceran di lantai, rasa sakit tak ia pedulikan, satu hal yang ada di kepala Blaze sekarang adalah,

Ice Sagara Yudistira

Blaze melangkah dengan tertatih dan terburu-buru, langkahnya agak gontai akibat rasa pusing yang mendadak ia rasakan. Sebelum Blaze sempat meraih pintu, pintu tersebut terbuka, menampilkan sosok si sulung yang menatapnya dengan kaget.

"Orion-..."

"Minggir, Je!"

Blaze membentak, manik bara apinya menatap tajam pada Halilintar yang tak bergerak sedikitpun dari lokasinya, menghalangi Blaze untuk mengakses dunia di luarnya.

Menghalanginya untuk menemui kembarannya.

Blaze menggertakkan giginya.

"Lo mau kemana?"

Pertanyaan itu ia hiraukan, netranya menatap dengan tajam, tak peduli sedikitpun dengan darah yang jatuh mengotori lantai. Halilintar berdecak, pemuda itu mengulurkan tangannya mencoba meraih yang lebih muda, tetapi Blaze tersentak mundur.

"Dimana Sagara?" Mulut itu secara frontal bertanya.

Halilintar diam tak menjawab, "Orion, kembali ke ranjang lo sekarang." Nada suaranya sangat memerintah, si sulung benar-benar tak ingin dibantah.

"DIMANA SAGARA?!"

Teriakan itu kembali menyakiti Halilintar. Pemuda itu memejamkan sejenak matanya, menenangkan denyut jantungnya yang mulai berdegup kencang. Ketika netra merahnya ditujukan kembali pada dunia, ekspresi marah Blaze lah yang tertuju padanya.

"Gue mau ketemu Sagara! Dimana dia?!" Blaze berteriak, mengabaikan pergelangan tangannya yang masih meneteskan darah akibat infus yang dicabut dengan paksa.

Halilintar menggertakkan giginya, "Orion, tenanglah! Tangan lo-..." Si bara api langsung menyentak ketika Halilintar meraih tangannya.

"Jangan sentuh gue! Lo denger gak sih-..."

Blaze tidak melanjutkan kalimatnya, mendadak dunia berputar dan telinganya berdenging. Hal terakhir yang ia lihat sebelum dunianya menjadi hitam adalah ekspresi panik dari si sulung, dan tentu saja, halusinasi nya akan sosok sang kembaran yang telah tiada.

'Sagara ...' batinnya sebelum ia kehilangan kesadaran sepenuhnya.

---------------

Halilintar duduk diam di kursi tunggu di sebelah ranjang Blaze, manik ruby nya menatap sosok sang adik yang kini kembali terbaring di ranjang rumah sakit. Tatapannya sendu dan terlihat kosong, seolah jiwanya ikut menghilang dari raga.

Si sulung mengusap wajahnya, Halilintar ragu, Halilintar bimbang. Semua emosinya terasa campur aduk sekarang, Halilintar tidak tahu apa yang harus ia lakukan nantinya.

ATLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang