Bab 28 : Lost

3.1K 408 74
                                    

Tubuh Ice bergetar, ia terlihat shock. Pemuda itu mengusap darah di pipinya dan berlutut di lantai, dengan sedikit gemeteran di tangan, ia meraih tubuh Owy si kucing yang berlumuran darah. Rest in peace.

"Je..? Na...? You okay...?"

Suara erangan pelan terdengar. Halilintar terlihat mengusap dahinya, merasa pusing. Gempa pun bangun dari atas tubuh Halilintar, membuat beberapa pecahan kaca di atas tubuhnya berjatuhan, manik emasnya teralih pada sebuah gedung tinggi yang letaknya tak jauh dari kediaman mereka.

"Sial, dasar orang gila. Orang itu bahkan mengirim sniper?" Umpat Halilintar, beruntunglah ia karena tidak mati hari ini.

Manik ruby Halilintar tiba-tiba bertemu dengan manik emerald Thorn yang terlihat kosong, di tangan anak itu terdapat sebuah snack kucing yang rencananya akan ia berikan pada Owy.

"Nya..?" Panggil Halilintar.

Thorn tidak menjawab, ia diam sebentar sebelum pada akhirnya membuka mulutnya, "Kak Je, Indra gapapa kan..?"

Halilintar mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan itu, maniknya kemudian teralih pada Ice yang sedang menutupi tubuh Owy si kucing dengan jaketnya. Manik merahnya membulat.

"Sial! Hubungi Oni, cepat!"

Owy the cat, Thorn ambil dari jalanan karena kemiripannya dengan sang kembaran, Solar. Dengan kematian kucing itu, menimbulkan perasaan buruk bagi Thorn.

----------------

Beberapa saat sebelum tragedi....

"Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ingin ingin itu banyak sekali~"

"Semua semua semua, dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan kantong ajaib~"

"Oni kamu bisa diem gak?!" Protes Solar kesal, abisnya selama perjalanan pulang dari rumah temennya ini, Blaze asik bernyanyi dengan suara sumbangnya.

Blaze menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya, ia menatap langit di atasnya, entah kenapa hari ini terlalu normal baginya. Biasanya sih, semenjak Yudistira tiba, gak ada yang normal.

"Duo Azrael itu, mereka punya backingan kan?"

Pertanyaan yang tiba-tiba membuat Solar kaget, "Kok kamu tau..?"

Blaze mengangkat bahunya cuek, "Perasaan gue aja sih."

"Eniwei, panggil gue abang, coba panggil 'abang Oni' gitu!" Suruh Blaze ketika menyadari bahwa Solar sama sekali tidak memanggilnya dengan embel-embel kakak atau abang semenjak mereka datang.

Solar langsung memasang wajah jijik, "Ew, di NY gaada kebiasaan manggil kakak atau abang, lagian geli banget manggil kamu kayak gitu, gak pantes."

Blaze langsung tertohok, jika ada tempat untuk pundung di pojokan pasti Blaze udah kesana. Mendadak, alarm bahaya di kepala Blaze berbunyi ketika melihat sosok berpakaian serba hitam berdiri di hadapan mereka.

Solar, anak itu jelas mengenali tattto yang tertera di leher pria itu.

"Solar Rawindra Yudistira, son of the greatest Amato Caraka Yudistira, dealing with a weak brat like you should be easy." Aksen Amerika itu menjadi pertanda bahaya untuk Blaze.

Perempatan merah muncul di pelipis Solar, "I'm not weak!" Seru Solar kesal, gini-gini Solar juga ikut komunitas beladiri selama di New York.

"You sure?" Sebuah suara di belakang mereka mengagetkan keduanya.

"Indra, jangan macam-macam." Bisik Blaze, ia angkat kedua tangannya diatas kepala ketika merasakan ujung dari moncong pistol berada di punggung nya.

ATLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang