Bab 26 : Menatap Dunia

3.3K 419 51
                                    

Azrael, merupakan sebuah nama keluarga yang cukup bergengsi pada masanya. Keluarga Azrael dan keluarga Yudistira ini sudah bersahabat cukup lama, jika boleh dikata, sejak zamannya kakek buyutnya Halilintar.

Seperti Halilintar dan adik-adiknya, Hendery dan Laurence Azrael ini juga memiliki masa kelamnya sendiri.

Seperti Gempa dan Amato, Hendery dan Laurence kecil nyaris tewas dalam kecelakaan yang menewaskan kakek mereka. Seperti Beliung, Hendery dan Laurence kecil tahu arti hidup di jalanan. Mereka tahu arti dari hidup.

Keserakahan para penguasa membuat hidup seorang anak menjadi hancur, meninggalkan bekas luka yang cukup mendalam bagi mereka. Memupuk sebuah dendam yang mengakibatkan kesengsaraan lainnya.

"Kakak, cukup. Aku tidak mau lagi. Aku punya kehidupan ku sendiri sekarang, putraku masih membutuhkan ku, aku tidak ingin di kejar-kejar lagi, kak." Laurence Azrael, atau sekarang ia lebih dikenal sebagai Laura Auriga, berbicara dengan takut pada sosok yang menjawab panggilannya di seberang sana.

"Laurence, kamu ingin membuang rencana 35 tahun yang telah kita rencanakan? Apa sekarang kamu akan mengkhianati ku? Mengkhianati dendam keluarga mu? Ingat ini Laurence, putramu nyaris mati di tangan keturunan Yudistira sialan itu."

Wanita itu menggigit bibirnya pelan. Yudistira, khususnya tuan besar Yudistira, kakek buyut dari keponakannya itu, Laurence merasa miris, Yudistira adalah keluarga yang sangat ia benci, namun kini ia malah menjadi keluarga bagi orang-orang itu, tentu saja Laurence sangat membenci mereka, karena para pemilik nama Yudistira ini, hidupnya jadi hancur.

"Lalu? Kakak ingin aku melakukan apa lagi? Lokasi ku dan bocah-bocah itu sangat jauh sekarang!"

"Hubungi 'paman'. Dia sangat menyukaimu kan? Paman akan membantumu, minta paman mengirim orangnya."

"Kakak, kamu akan menghancurkan hidupku, kamu akan menghancurkan hidup keponakan mu. Jika kita tertangkap, semuanya akan sia-sia." Ia takut, mengingat banyaknya kejahatan di masa lalu yang telah ia lakukan akan terungkap dan akan membuatnya di jebloskan ke dalam penjara.

"Kalau begitu jangan sampai gagal! Setelah kakek tua Yudistira itu mati, semuanya menjadi lebih mudah! Yudistira akan hancur di tangan kita, seharusnya dari awal mereka tidak mengusik keluarga kita. Laurence, aku tidak akan berhenti sampai semua Yudistira itu merasakan hal yang sama seperti yang kita rasakan."

Ketika panggilan diputuskan secara sepihak, Laurence menjatuhkan ponselnya, ia menatap wajah tidur putranya, iya, si Wendy masih gak sadarkan diri alias koma semenjak di tonjok sama Halilintar.

Melihat keadaan putranya, mata wanita itu menggelap, ia berbisik pelan, "Dendam membuat seseorang menjadi lebih kuat..."

---------------

Kita kembali ke rumah Auriga sejenak.

Malam itu, Halilintar bermimpi, ia memimpikan masa lalunya, masa-masa indah sebelum bencana menghampiri keluarganya.

Di mimpi itu, Halilintar menatap kagum pada pemandangan kota New York yang ia lihat dari jendela gedung perusahaan ayahnya, sangat tinggi, jadi seperti inilah dunia yang ayahnya lihat.

"Keren kan?"

Ia tersenyum dan mengangguk antusias, "Sayang banget Arsa dan Nana gak bisa dateng kesini, padahal pemandangan diatas sini tuh keren banget!"

Manik merahnya tak bisa teralihkan, dimasa depan nanti, ia akan mewariskan semua hasil kerja keras ayahnya. Bagi anak kecil sepertinya, itu akan sangat keren.

ATLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang