Bab 24 : Strict

3.6K 429 68
                                    

"Situasinya sangat berbahaya, Je."

"Lalu? Lo mau gue gimana? Udah gue bilang kan gue gak akan biarin lo atau siapapun pergi lagi. Gue bisa lebih mengekang daripada ayah kalo lo mau tau."

Sulung dari Auriga itu berujar, nadanya terdengar tegas dan tak ingin dibantah. Biar ku jelaskan sedikit apa yang Halilintar maksudkan. Sejak mereka masih kecil, ayah mereka, Amato, merupakan tipe orang tua yang cukup ketat. Ketat dalam hal waktu dan pergaulan. Jam pulang tidak boleh lebih dari jam enam sore, lingkup pertemanan yang dibatasi, kemana-mana harus izin dan sebagainya.

Dan sepertinya, sikap itu ditiru oleh Halilintar. Jika kalian memperhatikan, ketiga Auriga (Taufan, Blaze dan Thorn) tidak pernah pulang lewat dari jam enam, jika lebih pun, saat itu mereka juga sedang pergi bersama Halilintar, masalah pertemanan juga begitu. Taufan dan Thorn tidak pernah memiliki teman yang benar-benar dapat dipercaya, lalu Blaze, beruntung pemuda itu memiliki Ying sebagai temannya, alasannya juga cukup simple, Ying adalah teman Yaya, sepupu mereka. Untuk Gopal, pemuda blasteran India itu merupakan teman masa kecil Halilintar yang sudah sangat di percaya.

Khusus Fang dan Kaizo, keduanya sendiri berhasil masuk ke zona Halilintar, berhasil memenangkan kepercayaan si sulung Auriga ini karena sebuah insiden.

"Tapi-..."

"Gue gak mau denger alasan apapun. Ngerti?"

Saudaranya yang lain tidak ada yang berani bersuara ketika mendengar nada itu keluar dari mulut Halilintar. Sosok ini bukanlah Halilintar yang merupakan kakak sulung mereka, ini Halilintar si kepala keluarga.

'Hm... Pantas saja tuan besar menginginkannya mengambil alih tahta Yudistira. Aura mengintimidasi nya sangat luar biasa, bahkan Gempa tidak bisa membantahnya.'

Halilintar sedikit tersentak ketika Gempa menepis tangannya yang tadinya mencengkram erat pergelangan tangan Gempa.

"Bahkan jika itu menyangkut nyawamu? Fine, terserah kamu!"

Halilintar menggertakkan giginya ketika melihat Gempa berjalan menjauh, tampaknya akan keluar, namun sekarang sudah mau maghrib, matahari telah tenggelam.

"Na! Lo mau kemana? GEMPA!"

Jujur saja, Taufan dari tadi menahan napas melihatnya. Ketika ia melihat Halilintar pergi mengikuti Gempa, barulah ia bisa bernapas dengan lega, ia bahkan sampai dibuat berkeringat dingin.

"Anjir takut banget gue, jarang-jarang liat sisi Jeje yang ini." Bisik Blaze dengan was-was.

"Bakal jadi perang dunia ketiga kayaknya, Nana yang egois dan Jendra yang gak suka dibantah." Sahut Ice sambil menghela nafas.

"Itulah yang akan terjadi jika ada dua alpha di dalam satu kelompok, kehancuran." Celetuk Beliung tiba-tiba.

Solar menatap jengah pada sepupu angkatnya itu, "Diem, Bel. Aku pusing dengerin ocehan gak jelasmu itu."

Beliung terkikik geli sebelum bangkit berdiri, "Berarti kepintaran mu masih belum bisa menyaingi kejeniusan ku, Solar~ banyak belajar ya, young lord! Udah ya, aku mau pulang, dadah!" Ujarnya sambil melambai, mengabaikan protes Solar yang nampaknya ingin menerjangnya, namun di tahan oleh Thorn.

"Kesel gue liatnya." Kata Blaze sambil bersidekap dada.

"Bel memang kek gitu, kamu akan terbiasa." Tambah Ice sembari menguap. Pemuda itu bangkit berdiri dan berjalan ke dapur, laper.

---------------

Ketika Beliung turun ke bawah, ia menemukan Halilintar berdiri tak jauh dari kafe. Memiringkan kepalanya, ia menatap sulung Auriga itu dengan penasaran.

ATLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang