Bab 22 : Solar Sekolah

3.7K 445 42
                                    

Di belahan benua lain, tepatnya di benua Amerika, jika diperkecil lagi, di sebuah negara bagian bernama New York. Langit malam New York saat itu sedang tertutup awan gelap, sinar dari bulan dan bintang bahkan tidak terlihat, rintik hujan lah yang menemani malam di kota tanpa tidur itu.

Bunyi dentuman musik DJ bergema disalah satu club malam di New York. Tanpa memperdulikan keadaannya yang basah kuyup dan darah yang mengalir di sisi kiri wajahnya, ia harus lari, ia harus bersembunyi.

"Temukan dan bunuh mata-mata itu, jika tidak, boss akan membunuh kita."

Manik birunya melirik orang-orang berpakaian hitam yang mulai berpencar itu, kemudian ia mengambil asal sebuah jaket bertudung yang entah siapa pemiliknya, ia pun memakainya, menutupi separuh wajahnya. Ia mengalihkan pandangannya pada ponselnya dan menekan fitur panggilan telpon.

"My God..., angkatlah Gem."

Kemudian, panggilan itu terhubung. Tanpa membiarkan lawannya berbicara, ia langsung berbisik dengan cepat.

"Identitas saya telah diketahui. Sekarang mereka sedang mencari saya. Gempa, saya menyayangi kamu, dan katakan pada Ice dan Solar, saya sangat menyayangi mereka. Mungkin ini terakhir kalinya saya berbicara dengan kamu. Saya minta maaf, dan terimakasih karena telah menjadikan saya sebagai bagian dari keluarga kalian. Saya-..."

"Hey."

Ia berhenti berbicara, dengan perlahan ia menurunkan ponselnya, mengabaikan teriakan panik dari sosok yang menjawab telponnya, dan mematikan panggilan tersebut. Jemarinya melepaskan genggamannya pada ponselnya, membiarkan ponsel itu jatuh ke lantai marmer.

Tangannya terangkat di kedua sisi kepalanya ketika ia merasakan ujung pistol menyentuh sisi kiri pinggangnya. Ketika tudung jaketnya di tarik, ia menyeringai.

"Ah, you find me."

"Cukup mudah menemukan tikus seperti mu. Hey, ambil ponselnya."

Mendengar perintah itu, tanpa aba-aba ia menginjak keras ponselnya hingga hancur berserakan. Memicu amarah musuhnya. Bahkan ketika surai pirangnya ditarik dari belakang, senyum sinisnya tidak hilang.

"Ups, kaki ku terpeleset."

"Kau memang tikus diantara tumpukan sampah, Elvan Ocho Diamond."

Ocho tersenyum, "Yeah, dan kalian semua sampahnya."

Dan kekacauan di club malam itu dimulai.

---------------

Kalau bisa dikatakan, sudah hampir sebulan lebih Yudistira bersaudara ini tinggal bersama para Auriga. Ice bahkan juga sudah mulai mendaftar di komunitas memanah yang direkomendasikan oleh Taufan, kalau Gempa, pemuda itu mendaftarkan diri sebagai member tetap di gym milik Kaizo atas rekomendasi Halilintar.

Ngomong-ngomong, Beliung juga sering mampir ke kafe, entah itu untuk mengganggunya atau ikut gabung main sama trio troublemakers.

Dan hari ini, hari senin, Solar akan sekolah. Kata Halilintar dan Gempa, gak baik terus menunda-nunda. Dan ketika ada waktu, Halilintar dan Gempa langsung mengurus surat-surat kepindahan Solar.

Bungsu keluarga Yudistira ini menatap tampilannya di depan cermin, Solar merasa sedikit aneh, karena selama di New York, seragam sekolah tidak diwajibkan.

"Hm, not bad, aku tampan kok." Gumamnya pelan sambil berpose merapikan surainya

"Kamu udah keren kok, Ndra!" Ujar Thorn sambil cekikikan.

Wajahnya langsung memerah malu karena ketahuan bertingkah narsis di depan cermin. Mana Halilintar juga ikut masuk lagi bareng Thorn, tolong kubur Solar hidup-hidup sekarang, urat malunya rasanya akan putus.

ATLAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang