Move On

46 9 0
                                    


Seminggu sejak kejadian di rumah Sega, selama itu pula Wanda juga tidak pernah menggubris segala chat, telepon, bahkan kehadiran laki-laki itu di rumahnya.

Seminggu pula Rama seakan menghindar dari Wanda. Ia tidak tahu mengapa sahabat kecilnya melakukan hal itu. Padahal saat ini Ramalah yang paling dibutuhkan karena hanya Rama yang mengetahui benang hitam yang menghubungkan Wanda dan Sega.

Joan dan Selin juga beberapa kali datang ke rumah Wanda, karena memang mereka sedang libur semester setelah menyelesaikan proyek besar mereka beberapa hari lalu. Namun Wanda tidak bisa menceritakan hal yang sebenarnya, karena kedua sahabatnya sedang dekat bahkan menjalin hubungan dengan teman se-geng Sega. Gadis itu hanya tidak ingin sahabatnya beranggapan buruk pada orang yang mereka cintai. Semua yang terjadi padanya adalah karena tindakan sewenang-wenang Sega.

"Wan, loe beneran mau pergi?" Tanya Joan yang saat ini membantu Wanda merapikan baju-bajunya bersama Selin.

"Kenapa gak nunggu lulus dulu sih? Tanggung banget." Selin turut penasaran dengan kepindahan tiba-tiba sahabatnya.

"Sebenernya bokap dari awal udah nyuruh kuliah di sana, cuma guenya aja yang gak mau. Tapi kali ini gue mesti nurutin bokap, mumpung ada kesempatan kuliah di universitas bergengsi di sana, dapat beasiswa pula."

"Beneran gak bisa ditunda?" Tanya Selin dengan sedikit berkaca-kaca.

"Sorry ya guys, gue bener-bener harus pergi."

"Gue gak tau apa yang sebenernya terjadi sama loe sama Kak Sega, tapi apapun itu kita bakal selalu ada buat loe Wan." Joan ikut menahan tangis sambil memeluk sahabatnya.

"Kita juga selalu ada di sini buat dengerin semua cerita loe kalau loe bener-bener udah siap cerita ke kita." Selin turut memeluk kedua sahabatnya.

Ketiganya kini berpelukan sambil menangis terharu dengan kepergian Wanda yang tiba-tiba.

"Keep in touch ya guys." Lanjut Selin.

Joan dan Selin tahu bahwasanya pasti ada yang disembunyikan oleh Wanda. Tapi mereka memutuskan untuk tidak memaksa gadis itu bercerita sampai ia siap.

WanDa

Rama, gue take off pukul 10.15.

Gue harap loe bisa antar gue.


Wanda saat ini sudah ada di bandara bersama ibunya. Sebentar lagi ia harus memasuki pesawat yang akan mengantarnya menuju tempat di mana ayahnya bekerja. Berkali-kali ia menengok ke kanan dan ke kiri mencari sosok yang tadi dikiriminya pesan, namun tak ia temukan.

"Sayang, ayo sebentar lagi waktunya boarding."

"Iya maa."

Wanda mengikuti langkah ibunya sebelum ia mendengar suara yang memanggilnya.

"WANDAAA..."

Seseorang yang sedari tadi ditunggunya.

"Sorry..."

"Loe gak perlu minta maaf."

"Maaf baru dateng, dan maaf untuk semuanya. Gue emang salah."

Seandainya saja laki-laki yang ada di depannya ini adalah laki-laki yang sama yang ada di hatinya, mungkin Wanda benar-benar akan luluh. Tapi untuk saat ini, menjauh adalah hal yang terbaik.

trau.maTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang