Bab 20 "An Advice From The Elder"

9 3 0
                                    

Beberapa menit kemudian, seseorang yang membawa nampan besar memasuki gua yang cukup luas ini. Oread perempuan berambut coklat tua sepunggung itu membawakan makanan. Oread yang sangat kukenal.

"Iona?"

Perempuan itu menaruh semua makanan di atas meja batu yang berada di tengah ruangan. Beberapa buah apel dan secangkir besar jus buah dia letakkan semua. Aroma roti panggang yang baru keluar dari oven berpadu dengan wanginya jus buah yang entah kenapa bisa harum. Oread bernama Iona itu kemudian duduk di sampingku.

"Kau terkejut, Drie?" Iona tersenyum sambil mengedipkan matanya.

"Kau keponakan dari Kepala Desa?" Pantas saja ia waktu itu bebas masuk ke gua yang merupakan tempat tinggal pemimpin para Oread ini. Ia juga menyerahkan buku yang sedang kubaca ini waktu itu. Tidak mungkin seorang Oread biasa dapat mengambil buku penting langsung dari rumah pemimpin mereka.

Sang Kepala Desa yang tadi memanggil Iona telah kembali. Dia duduk di tempatnya semula, berhadap-hadapan denganku. Kakek Kepala Desa itu berkata, "Iona ini keponakanku, Nak. Mungkin calon penerusku nanti."

"Pantas saja waktu itu Iona memberikan buku ini padaku!" Aku berteriak girang. Dugaanku benar. Iona salah satu Oread penting di sini. Namun ekspresi sang kakek berubah. Mata coklat tua miliknya menatap tajam sang keponakan. Orang yang ditatap tersenyum canggung, mukanya sedikit merah.

"Aku juga sedang dalam hukuman, Drie." Iona berucap pelan seperti berbisik. "Aku disuruh melayanimu saat berlatih."

"Asal kalian tahu, buku itu bukanlah sembarang buku." Kakek Kepala Desa berkata. Ia beralih dari Iona, menatap mataku lurus. "Buku itu bahkan lebih tua dari kami semua yang ada di sini."

"Seriously?" Aku refleks berteriak. Buku yang kubaca ini memang nampak tua dan kusam. Namun aku tidak menyangka usianya jauh lebih tua dariku, bahkan sang Kepala Desa yang sudah berjanggut itu. "Kakek tidak bohong, 'kan?"

"Tentu tidak, Nak." Kakek Kepala Desa menjawab. "Halaman pertama itu ditulis oleh Ratu Dryad sebelum Ratu Adrysia, ribuan tahun lalu."

"Aku heran, sebenarnya seberapa tua kalian semua?" Rata-rata makhluk mitologi itu berumur panjang dan penampilan mereka bisa menipu. Bisa saja seorang wanita cantik yang terlihat muda sebenarnya sudah berusia ratusan tahun, seperti Dewa-Dewi Yunani misalnya. Kuyakin tampilan cantik para Dewi seperti Dewi Afrodit, Athena, dan Artemis dan Dewi lainnya tidak sesuai dengan umur mereka. Mereka mungkin saja jauh lebih tua dari yang bisa dibayangkan.

"Kami para Oread hidup bisa sampai lima ratus tahun jika tidak terbunuh, terkena penyakit, atau diracuni." Kakek yang duduk di hadapanku menjawab pertanyaan. "Bahkan Iona sudah berumur 121 tahun, Nak."

"Apa?!" Tidak mungkin! Bagaimana bisa wajah cantik dan mulus Iona itu sudah berumur satu abad lebih? Bahkan manusia saja jarang yang bisa mencapai usia seratus tahun.

"Para Dryad lebih tua lagi. Ratu Erudyne sudah berusia 400 tahun, sedangkan kakaknya, Ratu Adrysia sudah berusia 500 tahun lebih."

Astaga. Itu artinya ibuku bisa saja sudah tua sekarang. Apakah dia sudah seperti Nenek Dryopea, tetua Dryad yang sudah beruban dan kulitnya mulai keriput? Entah berapa umur ibuku yang merupakan seorang Dryad itu. Bagaimana aku bisa tahu, sedangkan aku belum sama sekali bertemu dengan sosok yang telah melahirkanku itu?

Mengetahui bahwa ibuku bisa hidup hingga ratusan tahun membuatku lega. Aku masih punya banyak waktu untuk mencari keberadaannya. Dalam seratus tahun kedepan, mungkin lebih, aku masih bisa mencarinya sebelum diriku meninggal.

"Hanya saja, Dryad punya kelemahan yang sangat fatal." Kakek Kepala Desa kembali bicara. "Jika pohon tempat mereka lahir telah mati, maka mereka juga akan  mati meskipun dalam usia muda."

Dryas The Half DryadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang