Bab 22 "A Message From The Queen"

7 3 0
                                    

Sang perempuan menyerahkan sebuah gulungan yang terbuat dari daun dengan lilitan tali kepada Kepala Desa. Kakek Avram membuka ikatan, kemudian menatap ke sehelai daun dengan mata yang membelalak.

"Mereka mengancam kita untuk menyerahkan buruan mereka."

Kakek Avram mengangguk pada sang pengantar surat. Perempuan Oread itu membungkuk, kemudian keluar dari gua perlahan.

Tuan Milo melirik ke arahku. Ia menggelengkan kepala. Pasti dengan gerakannya itu dia tidak setuju dengan pernyataan Kakek Avram. Buruan? Pasti maksudnya aku.

Nyonya Creta yang duduk di hadapan Tuan Milo memijat pelipisnya yang sudah mulai berkeriput. Tetua itu berkata, "Ini semakin pelik saja."

"Buruan? Siapa mereka, Tuan?" Di sampingku, Agathias yang mengenakan baju besi perak berkilau bertanya dengan suara pelan.

"Kau dan Dryas, Nak," jawab Kakek Avram dengan suara yang serak. Entah apa yang terjadi kepada suaranya.

Apa? Thias juga?

"Seperti yang Tuan Milo katakan, mereka akan sadar siapa kau sebenarnya." Wanita Oread berambut terurai sebahu yang duduk di depan Iona berkata. "Mereka tidak bodoh."

Kakek Avram membaca gulungan daun yang diberikan oleh wanita pembawa pesan. Ia membuka lebar daun berwarna coklat seperti daun kering itu. Kepala Desa Pegunungan Oread mengatakan huruf yang tertulis di surat dengan lantang. "Jika kalian tidak menyerahkan dua manusia yang kalian lindungi, maka kami tidak akan ragu untuk menyerang Pegunungan Oread dengan kekuatan penuh."

"Kita benar-benar terjepit oleh dua kekuatan besar." Tetua yang mengenakan kain chiton hijau, menutupi dari bahu hingga kaki tapi kedua lengannya terbuka, orang yang duduk di depanku berkata. "Para manusia bangga akan senjatanya yang mereka yakini dapat menembus Hutan Dryad dengan mudah. Sedangkan para Dryad, mereka mengepung wilayah kita dengan hutan mereka."

"Nyonya Helena benar." Tuan Milo berkata. "Kita tidak bisa kabur karena wilayah kita berada di tengah Hutan Dryad."

"Kupikir solusi yang tepat dari permasalahan kita adalah dengan menyerahkan mereka." Nyonya Creta berpendapat. Ia menatapku, kemudian beralih ke orang di sampingku. "Melawan dua kekuatan besar, kita tidak bisa menang."

"Itu akan membawa bencana besar, Nyonya Creta." Iona yang sedari tadi diam berkata. "Para manusia datang ke Pegunungan Oread bukan untuk menyerang, tetapi menjemput pangeran mereka."

"Nona Iona benar, Nyonya Creta." Tuan Milo membenarkan ucapan keponakan dari Kepala Desa itu. "Para manusia akan marah dan benar-benar ingin menghancurkan kita setelah kita menyerahkan Thias kepada pihak Dryad."

"Saya setuju dengan perkataan Tuan Milo." Tetua Oread berambut coklat panjang dan dikepang tergerai di depan bahu sebelah kanan berkata. Seorang tetua yang duduk di depan Iona. "Batu yang kuletakkan di perbatasan manusia mendeteksi getaran dan panas yang sangat kuat."

Tetua Oread yang kelihatan masih muda yang duduk di samping tetua rambut kepang di bahu membuka sebuah buku. Buku yang terbuat dari kulit hewan yang bersih dan tidak berdebu. "Kita tidak bisa bertahan jika manusia membakar kebun tanaman obat dan makanan kita. Jumlah ramuan kesehatan dan obat-obatan lainnya yang ada saat ini tidak akan mencukupi dampak perang dengan manusia."

"Lalu, apakah kalian ingin bertempur dengan saudara kita semua?" Tatapan Nyonya Creta menajam. Pandangannya tak lepas dari Tuan Milo yang duduk di hadapannya. "Dengan menyerahkan pangeran manusia kepada Dryad, kita juga akan mendapat perlindungan Dryad."

"Perlu diingat, Nyonya Creta." Tuan Milo berkata dengan nada dingin. "Mereka punya senjata rahasia yang bisa melumat Hutan Dryad tanpa waktu yang lama."

Dryas The Half DryadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang