Prolog

250 30 0
                                    

2010

Sore ini, suasana pinggiran sungai Indragiri sangatlah ramai, orang-orang berlalu-lalang menikmati waktu senja dengan corak berwarna jingga di atas langit nan luas.

"Nak, kamu tahu tidak? Kenapa Ibu memberi nama Senja Kusuma padamu?" tanya Hannah pada anak laki-lakinya yang sudah berusia tujuh belas tahun.

"Tidak tahu, Bu. Memangnya kenapa, Bu?" Anak laki-laki yang bernama Senja Kusuma itu menggelengkan kepalanya.

Hannah tersenyum simpul menatap anaknya penuh ketulusan. "Senja itu sangat indah dan menawan, sama seperti kamu." Hannah mencolek pipi Senja dengan gemasnya. Dia tidak peduli jika Senja sudah remaja. Di mata Hannah, Senja masih terlihat seperti anak-anak yang menggemaskan.

"Itu tidak terdengar seperti jawabannya, Ibu." Senja merasa tidak puas dengan jawaban ibunya.

Hannah terkekeh pelan mendengar kritikan dari Senja. "Selain indah dan menawan. Ibu punya banyak kenangan bersama seseorang di masa lalu, dan senja di tepian sungai inilah yang selalu menjadi saksi kisah kami," jawab Hannah.

Senja mengangguk paham. Intinya, nama Senja Kusuma adalah nama yang sangat berarti bagi ibunya. Di dalam pikiran Senja, pasti seseorang yang dimaksud ibu adalah bapaknya. Mungkin saja ibunya sedikit malu untuk mengakuinya.

Senja Di Tepian Indragiri (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang