Bab 40 ~ Akulah Pemenangnya

44 2 0
                                    

Hari demi hari, bahkan bulan telah berganti tahun. Pernikahan Hannah dan Danar sudah berlangsung selama satu tahun lamanya. Mereka tidak menyangka jika hubungan mereka yang dilandasi oleh perjodohan akan berakhir dengan indah. Ya, walaupun terkadang Danar kerap melihat Hannah berdiam diri di pinggir danau Raja dan sungai Indragiri. Namun, Danar tidak mempermasalakan itu semua. Satu hal yang Danar sadari, sosok Lian akan selamanya abadi di dalam benak dan hati Hannah.

Seperti sore ini, Danar secara diam-diam mengikuti dan memperhatikan Hannah dari kejauhan. Tatapan wanita itu terlihat kosong mengarah ke hamparan air yang mengalir deras di hadapannya. Ya, Hannah kini sedang berada di pinggir sungai Indragiri seraya termenung mengingat momen indah bersama cinta pertamanya.

"Aku di sini sudah bahagia bersama Danar, Lian. Ya, walaupun sangat sulit bagiku untuk melupakanmu. Satu hal yang aku harapkan, semoga di sana kau mendapatkan pasangan yang bisa membuatmu bahagia, bahkan melebihi saat kau bersamaku," gumam Hannah dengan tatapan yang ia alihkan menatap langit sore yang berwarna jingga yang indah dan menawan.

Dari jauh Danar tidak dapat mendengar apa yang dikatakan oleh Hannah. Ia hanya bisa menebak jika Hannah sedang mengatakan sesuatu, bisa dilihat dari mulut wanita itu yang bergerak pelan.

"Terima kasih, Lian. Saat saya mendapatkan surat pemberianmu waktu itu, saya akan berjanji untuk menyayangi dan menjaga gadis manis yang dulunya milikmu yang sekarang sudah sah menjadi milikku."  Setelah mengatakan kalimat tersebut dengan lirih, Danar memutuskan untuk mendekati istrinya.

Hannah merasa kaget saat tiba-tiba ada orang yang duduk di sebelah. Rasanya nyaris saja jantung Hannah copot karena berdegup sangat kencang. "Ya, ampun, Mas. Aku kaget, loh! Aku pikir tadi siapa yang tiba-tiba muncul," seru Hannah memegang dada sebelah kiri yang belum berhenti berdegup.

"Kamu merindukannya, hmm?" Danar mengelus pundak Hannah mencoba menebak isi hati sang istri.

Hannah bingung harum menjawab pertanyaan Danar. Di sini lain ia memang sedang merindukan sosok cinta pertamanya. Namun, di sini lain juga tidak mungkin Hannah akan berkata jujur pada sang suami, ia harus bisa menjadi perasaan Danar. Ia tersenyum tipis kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Danar ingin bermanja-manja.

"Mas tidak akan pernah marah jika masih ada Lian di hatimu. Mas buka tipikal laki-laki yang sepertinya itu, Dek."

Selama berumah tangga bersama Danar, Hannah kerap mendapatkan kalimat tersebut keluar dari mulut Danar. Terkadang Hannah merasa heran, hati Danar sebenarnya terbuat dari apa? Sungguh, sejak pertama kali bertemu dengan Danar, Hannah merasa kagum dengan sifat dewasa yang dimiliki oleh Danar.

"Mas tahu jika melupakan cinta pertama itu memang sangat sulit," lanjut Danar ketika mengingat kata-kata yang familier di telinganya. Kata orang, cinta pertama akan sangat sulit dilupakan karena memiliki rasa serta momen yang berbeda dari cinta yang lainnya.

Hannah mengangkat kepalanya dan menatap Danar. "Jadi, berati Mas juga tidak bisa melupakan cinta pertama Mas juga, dong?" tanya Hannah dengan wajah cemberut masam.

"Iya," kata Danar cepat membuat Hannah semakin cemberut dan kesal.

"Oh! Gitu." Hannah memalingkan wajahnya tidak ingin menatap Danar.

"Kamu mau tahu siapa cinta yang Mas maksud?" Danar kembali menggoda Hannah agar perempuan itu semakin kesal dengan wajah yang merah padam seperti menahan kecemburuan.

"Tidak! Aku tidak peduli dan sama sekali tidak ingin tahu," kata Hannah ketus dengan tatapan sengit.

Tawa Danar seketika pecah nyaris saja terjungkal ke belakang, ditambah lagi melihat wajah istrinya yang tertekuk kesal. Di dalam hati Danar, ia sangat bersyukur karena dengan melihat Hannah yang seperti itu menandakan jika sang istri sudah benar-benar menerima posisinya sebagai seorang suami. Danar memeluk tubuh Hannah dari samping penuh kasih sayang, tidak lupa ia mengusap lembut salah satu pundak Hannah.

"Kamu cinta pertama Mas, Dek. Makannya Mas merasa beruntung bisa memiliki kamu. Menurut Mas, kamu adalah perempuan yang nyaris sempurna di mata Mas," jelas Danar begitu tulus tidak ada dusta.

Hannah menolehkan kepalanya menatap mata sang suami mencari titik kebohongan atas ucapan yang baru saja keluar. Namun, Hannah hanya mendapatkan tatapan teduh penuh kehangatan tiada dusta. Seketika senyum Hannah mengembang sempurna, tentunya merasa senang.

"Mas tidak berbohong, kan?" tanya Hannah memastikan lagi.

Kedua sudut bibir Danar melengkung tipis menampilkan senyum manis. Ia mengelus lembut rambut sang istri, serta menatap dalam-dalam mata indah dan bulat Hannah. "Mas benar-benar menyayangi dan mencintaimu, Dek. Mas sangat beruntung dipertemukan denganmu, ayah, dan emak. Selama Mas tinggal di Rengat, Mas merasa punya keluarga kembali."

Danar sudah hidup sebatang kara sejak usia tiga belas tahun. Sang ibu meninggal ketika Danar masih berusia tiga tahun, sedangkan sang ayah meninggalannya ketika ia berusia tiga belas tahun. Maka dari itu, ia benar-benar sangat beruntung bertemu dengan keluarga Darmawan. Ia kembali merasakan kehangatan yang selama ini telah sirna.

Hannah membalas pelukan Danar, ia mengusap lembut punggung sang suami menyalurkan kehangatan dan kekuatan agar selalu tabah menjalankan kehidupan. "Sekarang Mas sudah tidak sendiri lagi, ada aku yang selalu siap siaga menjadi pendengar dan sandaran," papar Hannah tidak kalah tulus.

Hati Danar seketika menghangat. "Kamu juga, Dek. Sekarang kamu bisa bercerita apa saja sama Mas. Susah dan senang sama-sama kita jalani."

Langit sore begitu indah dengan corak berwarna jingga yang menyebar di sekitar matahari yang perlahan mulai tenggelam. Namun, Hannah dan Danar masih setia duduk dengan posisi Hannah menyandar pada pundak Danar. Mereka begitu menikmati pemandangan sore yang selalu saja membuat candu.

"Kalau anak kita sudah lahir, aku ingin memberi nama anak kita dengan nama Senja jika dia laki-laki. Namun, lihat dia perempuan akan aku beri nama rembulan. Bagaiman, Mas? Apakah Mas setuju?" tanya Hannah sembari mengelus perutnya yang sedikit buncit.

Ya, Hannah kini sedang mengandung anak pertamanya, usia kandungan Hannah baru beranjak tiga bulan. Maka dari itu, Danar kerap mengikuti ke mana pun Hannah pergi sebagai bentuk rasa sayangnya pada istri dan calon buah hatinya.

Danar ikut mengusap lembut perut Hannah. "Boleh, Mas menyetujuinya," sahut Danar memberi izin pada Hannah untuk memberi nama yang diinginkan oleh perempuan itu. Danar tahu jika nama tersebut memiliki arti  bagi sang istri. Hannah sangat menyukai senja, terutama senja di tepian Indragiri ketika bersama Lee Fen Lian, cinta pertama perempuan itu.

"Terima kasih, Mas."

Hannah merasa bersyukur karena Danar tidak pernah mempermasalahkan rasa cintanya pada Lian yang belum sepenuhnya pudar. Lelaki seperti Danar itu sangat langka karena jarang ada laki-laki yang bisa menerima perempuan yang masih terjebak pada masa lalunya.

"Iya, Dek."

Malam mulai berwarna kelabu, Hannah dan Danar memutuskan untuk segera pulang karena tidak baik berada di luar rumah ketika waktu magrib. Sepanjang perjalanan Hannah menggandeng tangan Danar, bahkan sesekali mereka bercanda ringan agar perjalanan mereka menuju rumah tidak terlalu senyap. Satu hal yang Danar sadari dengan perubahan Hannah, perempuan yang sudah sah menjadi istrinya  tepat satu tahun lebih itu kini terlihat lebih dewasa dan sudah bisa menerima kenyataan yang selama ini terjadi.

Ada banyak hal yang akan terjadi di dunia ini. Ada kegagalan dan ada juga keberhasilan yang mengiringi setiap langkah kaki manusia. Ada yang berakhir dengan kisah yang indah, serta ada juga yang harus bisa merelakan walaupun terkesan menyakitkan. Namun, satu hal yang harus kita tahu dan sadari, Tuhan itu tidak akan pernah memberi ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.

Kisah Hannah memang tidak berakhir indah bersama Lian. Namun, Hannah masih bisa merasakan akhir kisah yang indah bersama Danar. Selama menjadi istri Danar, Hannah kerap merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Danar laki-laki manis berhati baik dan penuh pengertian. Hal sekecil apa pun tentang Hannah semuanya diperhatikan oleh Danar.

Senja Di Tepian Indragiri [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang