9. Sudah Dimulai

148 118 137
                                    

Djati dan Labeb berjalan sambil menenteng kardus berisi buku buku yang akan dikembalikan ke perpustakaan. Tadi kelas mereka belajar me- resensi buku.

Fyi, Resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, termasuk kelemahan dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada pembaca.

Karena sudah jam istirahat, setelah mengembalikan buku mereka berdua pergi ke Musholla sekolah untuk Sholat Dhuha. Musholla sekolah terletak di dekat taman sekolah disana terdapat gazebo gazebo yang biasa digunakan siswa untuk duduk sambil makan, belajar bahkan pacaran.

"Kemarin gimana?" Tanya Labeeb membuka percakapan

"Entah"

Labeeb berdecak "Serius"

"Lo emang berharap gue jawab apa?" Djati balik bertanya

"Jawab Anjing" ujar Labeeb ketus lalu berjalan cepat meninggalkan sang teman sendirian.

Djati hanya tertawa melihatnya, saat akan mengejar Labeeb ia melihat Hafshah berjalan snediri berlawanan arah dengan dirinya. Djati berhenti lalu bersandar di tiang gazebo yang kebetulan ada tepat disampingnya, dilihatnya Hafshah dan Labeeb saling menyapa.

Djati terus mengamati Hafshah. Saat jarak mereka menipis Djati menegakan badannya.

"Fity" panggil Djati saat Hafshah berada tepat disampingnya

Karena tak merasa dipanggil Hafshah berlalu mengabaikan Djati.

"Fity!"

"Woi Fity!" Teriak Djati

Sebenarnya Hafshah ingin menoleh, penasaran siapa yang dipanggil Djati. Setaunya tidak ada yang bernama Fity di sekolah ini. Tapi ditahannya ia tetap berjalan menuju kelas.

"Hafshah, dipanggil Djati" ujar salah seorang teman sekelasnya yang sedang duduk di gazebo.

"Gue?"

"Iya, liat aja sendiri dari tadi Djati teriak Fity, Fity sambil ngeliat lo"

Hafshah mengerenyit heran tapi karena sudah terlalu penasaran berbalik lah ia dan ternyata benar Djati sedang melihat ke arahnya.

"Fity! Ayo" ujar Djati tangannya bergerak menyuruh mendekat.

"Gue?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendirinya

Djati mengangguk "Cepat sini"

Hafshah berjalan mendekat kearah Djati, jatungnya berdebar ada keperluan apa Djati memanggil dirinya. Teman Nash ini kadang kelakuannya diluar nalar.

"Lo bener manggil gue?"

"Ayo Fity" ajak Djati mengabaikan pertanyaan Hafshah

"Fity tu siapa? "

"Buruan ikut, udah gak tahan gue" lanjut Djati lagi

"Lo sehatkan Dja?"

"Alhamdulillah luar biasa, Allahu Akbar"

"Bener gak waras lo" Hafshah pergi meninggalkan Djati.

Djati yang melihat itu cepat cepat mengejar lalu menghalangi langkah Hafshah.

"Ayo Fity ikut gue"

Hafshah benar benar kesal melihat tingkah laku teman Nash ini, sepertinya ia lebih senang jika Djati melihat sinis dan mengabaikan dirinya.

"Lo kenapa sih Dja? Fity tu siapa?"

"Fity adalah Hafsha" jawab Djati

"Gue?" Tanya Hafsha memastikan

"Iya"

" Tapi nama gue bukan Fity bahkan nama panjang gue gak ada unsur Fity" ujar Hafsha suaranya menekan saat menyebut kata Fity.

"Nama panjag lo juga bukan Hafsha dan gak ada unsur Hafsha"

"Nama gue Ashfahani, kalo dibalik jadi Hafshah"

"Gak, Ashfahani kalo dibalik jadi inahafsha" ujar Djati lalu menatap remeh ke arah Hafshah

"Ada, Ina Hafsha. Itu ada Hafsha nya" Hafsha tak mau kalah.

"Tapi ada Ina"

"Dan ada unsur Hafsha"

"Lo menang, kalo gitu ikut gue" ingin rasanya Djati menggandeng tangan Hafshah tapi tak bisa bukan muhrim.

"Ikut kemana?"

"Ke Mushola"

"Ngapain? Hafsha melupakan soal
Fity

"Lah si tolol, ke Mushola emang ngapain?"

"Sholat" jawab Hafsha

"Nah itu tau"

"Tapi belum waktu Dzuhur"

"Bukan sholat Dzuhur tapi Dhuha"

Hafshah mengangguk faham ia ingat bahwa ada sholat sunnah yang bisa dilakukan dipagi hari, diantara Sholat Shubuh dan Dzuhur.

"Duluan. gue gak, cuma sunnahkan?"

"Astaghfirullah" Djati menutup mulutnya shock lalu ia duduk di gazebo terdekat.

"Dulu saat zaman Rasulullah. Orang orang melakukan ibadah Sunnah karena itu sunnah sedangkan zaman sekarang malas melakukan ibadah Sunnah karena cuma Sunnah"

"Sini duduk, dengerin gue"

Tak seperti tadi sekarang Hafsha menuruti perintah Djati tanpa banyak bertanya.

"Sholat Dhuha walaupun cuma Sunnah pahalanya gak main main, manfaat nya pun banyak"

"Yang pertama, diampuni dosa dosanya. Kedua sholat Dhuha dapat menyehatkan tubuh karena dilakukan di jam yang bagus buat olahraga, gerakan holat juga terbukti menyehatkan badan kan?"

Hafsha mengangguk

"Ketiga dapat melancarkan rezeki terus sholat dhuha kan bisa dilakukan 2 raka'at, 4 rakaat, 6 raka'at, 8 raka'at dan maksimal 12 raka'at. Nah kalo sholat Dhuha sebanyak 12 rakaat kita dibuatin Istana Syurga, terus-"

"Woi Ijol cepetan, bentar lagi masuk"

Labeeb berteriak dari arah Masjid membuat Djati menunda penjelasan tentang sholat Dhuha.

"Dibanding dengerin gue ngomong tentang sholat dhuha lebih baik lo ikut gue sholat Dhuha"

"Tapi gue gak bawa mukenah" ujar Hafsha

"Di musholla sudah tersedia mukenah gratis"

"Tapi-"

"Gak usah tapi tapian Fity. Ayo ikut gue"

"Kok lo maksa sih Dja? Sholat kan gak boleh dipaksa harus dari hati sendiri"

Djati tersenyum mendengar ucapan Hafsha. Ia berdiri tepat didepan Hafsha.

"Hati lo belum terbuka ya? Kalo sholat nunggu kemauan dari diri sendiri orang kek lo susah buat sholat"

"Jadi harus dipaksa biar terbiasa dan hati lo selalu tergerak mau sholat, entah itu sholat wajib atau sunnah"

"Sholat itu penting. Dalam keadaan apapun sholat itu harus. Gue kasih contoh orang kadang pas waktunya sholat masih main hp terus karena keasyikan main hp jadi males"

"Nah disini paksaan itu berperan penting, kalo gak di paksain sholat ya niat Sholat nya kalah sama rasa malas sama kek lo sekarang"

"Jadi ayo ikut gue sholat"

Dengan terpaksa Djati memegang ujung seragam Hafsha untuk menarik Hafsha agar mengikutinya. Hafshah yang diperlakukan seperti itu hanya pasrah berjalan mengikuti Djati.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatap gerak gerik mereka sedari awal dengan tatapan senduh.



                                 ☀️🌏🌙



Ayo sholat Dhuha

Mohon koreksi jika informasi diatas terdapat kesalahan.

Terimakasih

Ënnerscheed (Ketika Cinta Punya Batas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang