Sana keluar dari kelas ia ingin membuang sampah bekas makannya, dilihatnya ada Djati duduk di koridor kelas, dibelakang tiang. Tumben pikirnya biasanya saat jam istirahat Djati bakal Sholat Dhuha di Mushola baru setelah itu jajan di kantin dan kembali ke kelas saat bel berbunyi.
"Ijul, lo kenapa?"
Djati berdecak, selain Nash dan Hafsah ia juga tidak suka bersinggungan dengan Sana dalam waktu dekat.
Melihat respon Djati, Sana tersenyum senang ia baru ingat kalo ada Hafshah di dalam kelasnya bahkan duduk di bangku Djati.
"Nanti kasih ke Djati ya bukunya, bilang makasih juga"
"Siap!!"
Sana dan Djati kompak menoleh ke sumber suara sesaat kemudian Djati memalingkan wajah, malas melihat dua orang yang sedang bicara itu, Sana pun begitu ikut memalingkan wajah tapi bukan karena malas tapi ia hanya ingin melihat respon Djati.
Selain Nash dan Labeeb, Sana juga termasuk orang yang suka mengganggu Djati. Jadi melihat Djati marah sudah seperti hiburan baginya.
"Yaudah kalo gitu gue balik ke kelas" ucap Hafshah dibalas anggukan Nash
Saat Hafshah sudah menjauh, Sana tidak bisa menahan tawanya. Nash yang mendengar tawa Sana langsung menghampiri.
"Gila lo?" Tanyanya
Sana menggeleng sambil tertawa
"Gue gak gila tapi dia yang gila" ujarnya lalu melirik ke arah Djati begitupun dengan Nash.
Djati yang merasa diperhatikan pun mendongak balas menatap Nash dan Sana
"Apa!"
Nash menggeleng lalu ikut duduk di sebelah Djati.
"Gak usah deket deket"
Belum sempat Nash membalas ucapan Djati bel berbunyi pertanda waktu istirahat berakhir.
Djati pergi lebih dulu ke kelas diikuti Nash dan Sana dibelakangnya"Mampus lo Djati marah" ujar Sana pelan takut didengar Djati
"Apasih, btw dia marah juga sama lo?"
"Iya" Tanya Sana
Sana berhenti tepat di depan pintu, menghadang Nash masuk. "Dia ngambek gara gara gue bilang dia suka sama lo."
Nash yang mendengar ucapan Sana tertawa kencang membuat orang dikelas melihat ke arahnya termasuk Djati.
"Gila lo, kalo suka Djati bilang"
Nash menggeser tubuh Sana lalu berlari ke arah tempat duduk Djati dan memeluk teman sebangkunya itu.
Posisi Djati yang duduk sedangkan Nash berdiri membuat kepala Djati berada di dada Nash
"Anjing, lepas bego" Djati berontak di pelukan Nash.
Bukannya dilepaskan, pelukan Nash malah semakin mengeratkan pelukannya "Maafin gue dulu"
"Tergantung" jawab Djati
"Ya udah kita pelukan terus"
"Najis, gila lo"
"Lepas! Malu tolol"
"Gak!"
Semakin Djati berontak semakin mengerat pelukan Nash. Orang orang disekitar mengabaikan tingkah mereka berdua, sudah biasa malah aneh jika mereka diam seperti kemarin dan tadi pagi.
"Oke" akhirnya Djati menyerah juga
"Pinter" ujar Nash sambil mengusap kepala Djati yang langsung ditepis sang empuh.
"Gilo babi" Djati menatap tajam Nash yang cengengesan
"Lo mau babi?" Tanya Nash
"Babi sedap dimakan nyam nyam" lanjutnya lagi
"Haram" jawab Djati
"Haram bagi lo, kalo gue enggak"
"Iya" jawab Djati lagi
Hening tidak ada obrolan antar dua sahabat itu, mereka berdua sibuk dengan pikiran masing masing.
"Ijul" Nash membuka percakapan
"Apa?"
"Djati"
"Apa?"
"Nama lo Djati atau Ijul?"
"Dua duanya"
"Lo suka dipanggil Ijul atau Djati"
"Terserah"
"Kek cewek jawabnya terserah" Nash mencibir
"Terserah" jawab Djati
"Berarti lo cewek"
"Terserah"
"Hafsha jadi cewek gue"
"Terse-" Djati menatap tajam kearah Nash, tidak suka dengan pernyataan yang terakhir tadi
Nash yang melihat respon Djati tersenyum sinis lalu menghela nafas panjang.
"Gue serius, nanti pas Ishoma kita perlu bicara"
"Gak bisa, gue mau sholat Dzuhur terus makan" Djati keberatan
"Jadi kapan?" Tanya Nash pelan
"Terserah"
"Gue pukul lo Jul" Nash mengalihkan pandangannya, lama lama ia emosi mengahadapi Djati.
"Iya"
"Anjing lo!" Umpat Nash
"Ya, Ya" ujar Djati lalu tersenyum sinis melirik kearah Nash.
"Jam Eskul, di belakang perpus" lanjutnya lagi lalu beranjak meninggalkan Nash sendiri.
☀️🌏🌙Seperti biasanya, saat jam Eskul Labeeb akan kekantin terlebih dahulu. Hari ini ia sedikit terlambat karena tidur sebelum jam Eskul saat jam pelajaran Seni Budaya, Sang guru tak masuk karena melatih siswa yang ikut lomba menyanyi.
"Labeeb pinter ya! bukannya masuk ke kelas malah di kantin" ujar bu Yani selaku guru piket hari Senin.
"Eskul apa kamu?"
Yang ditanya hanya cengengesan " Eskul Fisika bu"
"Bu Tun udah dateng, pergi sana"
Labeeb menggangguk, cepat cepat ia pergi menuju lab Fisika tapi ia merasa ada yang kurang. Ternyata dua teman nya tak ada, Biasanya mereka akan pergi bersama.
Labeeb tak ambil pusing, pasti mereka berdua sudah duluan, hal lumrah kalau bersahabat bertiga pasti ada satu orang yang terlupakan begitu pikirnya.
"Labeeb"
Labeeb menoleh merasa terpanggil, ternyata ketua Eskul Fisika, Acquila yang menyebut namanya.
"Kenapa Qil?" Tanya Djati
"Bu Tun udah dateng, Djati sama Nash mana? tinggal kalian bertiga yang belum Absen" ujar Acquila cepat, to the point.
Labeeb mencoba memahami situasi " lo buruan balik biar gue yang cari"
"Iya, makasih Labeeb" ujar Acquila sopan, lalu meninggalkan Labeeb.
Sepeninggal Acquila, Labeeb bergegas mencari Nash dan Djati. Dicarinya di musholla sekolah mungkin Djati tidur di sana walaupun tidak mungkin.
Setelah dari Musholla Labeeb mencari ke arah perpustakaan, siapa tau Djati melanjutkan hukumannya tadi pagi dan Nash ikut membantu.
Tapi bukannya mereka lagi musuhan? Labeeb menggeleng ditepis pemikirannya itu lagian di perpustakaan ada anggota KIR jadi tidak mungkin mereka berdua ada disana. Lalu ia berbalik tidak jadi mencari ke arah perpustakaan.
Baru beberapa langkah Labeeb meninggalkan area perpustakaan anggota Eskul KIR berhammburan berlari ke arah belakang perpustakaan. teriakan dari satu anggota KIR membuat ia berlari berbalik ke arah perpustakaan
"Djati sama Nash berantem!"
☀️🌏🌙
Berantem😱
KAMU SEDANG MEMBACA
Ënnerscheed (Ketika Cinta Punya Batas)
Storie d'amoreSebuah kisah tentang persahabatan, cinta dan seorang Hamba yang ingin kembali meraih cinta Sang Pencipta. ---------- Djati tidak suka melihat Nash dekat dengan Hafsha karena mereka berdua berbeda, ada batas yang sampai kapanpun tidak akan bisa ditem...