6. Amma

161 130 182
                                    

Djati berjalan duluan menuju dapur menemui Sang ibu diikuti kedua temannya. Mereka sudah mandi dan wangi, ketiganya berniat meminta maaf kepada ibu Djati yang mereka biasa panggil Amma. Mereka fikir Amma akan ngomel ngomel tapi diluar dugaan Amma malah menangis histeris saat melihat kondisi mereka bertiga.

Amma kaget melihat ketiga putranya pulang pulang dengan kondisi yang buruk. Baju kotor, pipi Djati lebam, dahi Nash benjol dan kaki Labeeb pincang sebelah. Belum lagi malamnya badan mereka bertiga panas dan nyeri.

Sudah dua hari mereka bertiga tinggal dirumah Djati, selama itu pula Amma mendiamkan mereka. Djati, Nash dan Labeeb dirawat dalam diam.

"Amma" panggil Djati

"Ma"

"Gak usah ganggu. Gak liat Amma lagi sibuk!" Tanya Amma sambil mencuci ayam yang sudah dipotong-potong.

Djati, Nash dan Labeeb hanya cengengesan "Ma, minta maaf. Kita bertiga gak berantem-"

"Gak berantem tapi berkelahi"

Djati menggeleng kuat " Gak ma, Demi Allah."

Amma melotot mendengar ucapan Djati yang membawa bawa nama Allah SWT. Lantas berlalu melewati ketiga pemuda itu.

"Ipul, bantu Amma Nak!" Teriak Amma memanggil putri satu satunya sambil mengaduk bumbu untuk ayam yang sudah dicuci tadi.

Tak lama orang yang dipanggil menampakkan batang hidungnya. Gadis kelas dua SMP itu datang dengan wajah cemberut.

"Apa Mah? Disuruh apalagi? Nyapu udah, cuci piring udah, nganterin sarapan buat tiga pangeran juga udah" ujarnya lalu memeluk sang Amma dari belakang.

"Salahin aja tiga kakakmu" Amma menyindir tiga pemuda ya berdiri berdempetan di pinggir pintu dapur. Yang disindir hanya menunduk.

"Iyaa, masih kecil sok sok an berantem, nyusahin."

"Aku tu capek disuruh suruh, gak bisa tidur semalaman karena bantuin Amma ngompres badan, gak bisa nikmatin hari libur, gak dikasih duit, gak di beliin skincare, gak dibeliin kuota internet."

"Nanti abang Nash beliin kuota internet"

"Nanti Aa Lik juga beliin skincare, Emina kan?"

Ipul melirik kearah Djati dibalas pelototan oleh sang kakak.

"Amma, liat Mas Ijul pelototin Ipul"

Sebelum Amma menanggapi aduan Ipul, Djati segera mengeluarkan suara.

"E-enggak! Sabtu depan Mas bakal ajarin Ipul bawa motor, janji!"

Ipul menatap saudaranya lama "Bohong, Mas Ijul tu pembohong"

"Gak Pul, beneran"

"Janji ya!"

"Iya"

"Janji" Tanya Ipul sekali lagi sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

"Udah udah, nanti kalo mereka gak menuhin janjinya Amma yang bakal ngingetin" ujar Amma menengahi.

"Ipul mending panggil Ipuw di rumah Bunda Lik suruh beresin tempat tidurnya. Tiga orang ini mau Amma hukum dulu"

"Siap" Ipul berjalan melewati tiga orang itu sambil berdadah manja.

"kalian bertiga berdiri hadap dinding, jangan berbalik sembelum Amma suruh."

Ipul yang belum jauh dari dapur sontak tertawa mendengar hukuman ketiga kakaknya

"Kek anak kecil" teriak Ipul dari luar dapur

"Maa!" Djati protes tak terima

"Gak usah protes, mau Amma tambah lagi?"

Labeeb menarik tangan Djati.
"Udah sih. Daripada Amma marah lagi"

Dengan berat hati Djati mengikuti dua temannya yang sudah terlebih dahulu menghadap tembok tanpa protes.

Mereka bertiga bertahan menjalani hukuman sampai Amma selesai memasak kurang lebih satu setengah jam.

☀️🌏🌙

Setelah menjalani hukuman yang melelahkan sekaligus memalukan mereka sekarang dipersilahkan untuk makan.

Ayam yang Amma cuci tadi terhidang di atas meja menjadi opor ditambah ada sayur kangkung dan tempe mendoan yang baru digoreng pas sekali untuk menu makan siang.

Mereka berlima, Amma, Djati, Nash, Labeeb dan juga Ipul sedang menunggu adik bungsu Djati, Ipuw. Ia baru mandi karena sempat merajuk ditipu Ipul, Ipul bilang bahwa sang Ayah sudah ada di rumah untuk membujuk Ipuw pulang padahal Ayah mereka pulang masih beberapa hari lagi.

"Aku mau makan di kamar, gak mau makan sama Mbak Ipul" teriak Ipul dari kamarnya yang tak jauh dari ruang makan.

"Yakin? Padahal Abang Nash mau ngasih kamu Diamond ML. Tapi gak jadi deh Ipuw nya ngambek" teriak Nash menimpali teriakan Ipuw.

Terdengar langkah kaki terburu buru tak lama Ipuw muncul lalu menghampiri tempat Nash duduk.

"Mau kasih berapa?" Tanya nya tanpa basa basi persis seperti Mas Djati nya.

"Gk usah dikasih bang, cowok ko cengeng" ujar Ipul

"Aku gak ngomong sama mbak Ipul"

"Siapa juga ngomong sama kamu" Ipul melirik kearah Ipuw.

"Mas Ijul, liat Mbak Ipuw"

"Ini udah liat" jawab Djati seenaknya

"AMMA LIAT MAS IJUL SAMA MBAK IPUW" teriak Ipuw tak terima, ia merasa dipermainkan dua saudaranya.

"Apasih dek, gak capek apa teriak teriak dari tadi" Ujar Amma sambil membawa piring dari dapur ke meja makan.

Mata bocah empat Sd itu berkaca kaca, memang hanya Ayahnya saja yang mengerti dirinya.

"Ipuw jangan nangis dong nanti Aa Lik aduin Zhaahira mau" Labeeb mencoba membujuk membawa bawa nama keponakannya

"Terserah" lalu berlari keluar dari ruang makan.

"Kalian makan dulu Ipul mau bujuk Ipuw dulu" Ipul beranjak dari tempat duduk

Sepeninggal Ipul, Amma memasang raut wajah serius "Gak ada yang mau diceritain?"

Paham apa yang dimaksud sang Amma, Djati menjelaskan Apa yang terjadi kemarin dimulai dari perdebatan antara ia dan Nash yang membuat baju mereka berdua kotor dan mendapatkan luka kecil dipipi dan dahi sampai tragedi kecelakaan kecil bersama Labeeb.

"Jadi gitu Ma, kita gak beneran berantem" ujar Djati disetujui Nash dan Labeeb.

Amma mengangguk "Siapa tadi nama crushnya Nash?" Tanya Amma

"Apasih Ma crush crush. mending makan, keburu tempenya dingin. Ipul sama Ipuw juga kemana udah lebih setengah jam gak dateng dateng" Djati menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi melihat Ammanya berusaha mengingat nama gadis yang ia ceritakan tadi.

"Abang Nash hp abang ada yang nelpon namanya Hafshah cintaku" teriak Ipul lalu berjalan cepat kearah Nash takut telponnya mati, diikuti Ipuw yang berjalan lesuh.

"Iya, Hafshah. Namanya Hafshah" seru Amma senang karena berhasil mengingat nama gadis yang diceritakan Djati tadi.

"Ajak dia kesini Mas" lanjutnya lagi

"Siapa?" Tanya Djati

"Itu si Hafshah"

"Ngapain?" Sahut Djati dan Nash serempak

"Gak usah banyak tanya, lakuin apa yang Amma suruh"

"Gimana coba cara Mas ngajakin, ngobrol aja gak pernah"

"Pikir sendiri, punya niat baik gak boleh setengah setengah"

"Tapi itu nanti sekarang kita makan, udah laperkan?"

Setelah itu hanya terdengar dentingan sendok dan piring beradu, mereka berenam makan dalam diam.

☀️🌏🌙

Sehat?
Udah taukan Ipul dan Amma itu siapa?

Ënnerscheed (Ketika Cinta Punya Batas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang