Bel pulang sudah berbunyi. Seperti biasa di pintu gerbang ramai kendaraan siswa yang antri keluar sekolah. Djati duduk di pos satpam yang tak jauh dari gerbang sekolah diedarkan pandangannya mencari keberadaan Hafshah.
Terlihat Hafshah sedang berjalan sendiri menuju gerbang. tak lama Hafshah berdiri tak jauh dari tempat ia duduk.
Beberapa saat kemudian Labeeb dan Nash lewat.
"Hafshah." panggil Nash berlari mendekat kearah cintanya.
"Itu A-pa. Hari ini gue gak bisa ngaterin soalnya motor gue mau dibawa kebengkel. Kemarin ada insiden kecelakaan kecil." Nash menjalankan tugasnya.
Mereka menyusun rencana sealami mungkin agar Hafshah tidak curiga kalau Nash menghindarinya dan Djati yang mencoba mendekatinya. Percakapan ini termasuk dalam skenario yang mereka buat
"Udah tau, kan lo udah bilang," Ujar Hafshah
"Eh iya. Kalo gitu gue duluan, mau ambil motor di rumah Djati tadi pas berangkat kami bertiga jalan kaki."
"Penting ngasih tau gituan?" Batin Labeeb
"Hati-hati," ujar Hafshah sambil tersenyum
"Dadah Hafshah." Kali ini Labeeb yang berbicara sambil dadah ke arah Hafshah dan dibalas dadah juga oleh sang empuh
Djati memandang malas drama yang diperankan oleh temannya. Satu satu siswi yang menunggu sudah dijemput hanya tinggal 2 siswa termasuk dirinya dan 4 siswi termasuk Hafshah
"Mana sih ibu." Hafshah ngomel sendiri sesekali matanya melihat ke arah jalan menuju kerumahnya.
Handphone Djati berbunyi ada pesan masuk dari Nash, ia mengabarkan bahwa Ibu Hafshah tidak bisa menjemput.
"Jadi?" Djati bingung kalau ibunya tidak bisa dijemput bagaimana cara Hafshah pulang. Dikirimkannya pesan ke Nash meminta bantuan tapi urung mendapatkan balasan.
Ia menyesal tidak mendengarkan ucapan Nash tadi pagi, sedia payung sebelum hujan. Ada saja kejadian tak terduga seperti sekarang.
Sekarang hanya ia dan Hafshah yang tersisa.
Djati yang sibuk dengan Handphone tidak memperhatikan Hafshah. Setelah sadar Hafshah sudah tidak ada di tempatnya tadi. Djati panik sendiri dicarinya Hafshah disekitaran gerbang sekolah.
"Waduh, kemana tu orang." Djati mengusap wajahnya kasar.
Djati terdiam terdengar suara lirih seperti menangis dari arah pos satpam. Perlahan Djati berjalan ke arah sumber suara, terlihat dari belakang bahu Hafshah bergetar seperti menangis.
"Hafshah?" Djati bertanya pelan.
Mendengar suara Hafshah cepat cepat menghapus air matanya, setelah memastikan tak ada air mata Hafshah berbalik.
"Djati?"
"Ya"
"Kok belum pulang, rumah lo kan deket." Terdengar jelas dari auara Hafsha bahwa ia habis menangis
Djati yang ditanya seperti itu mendadak kaku, bingung mau menjawab apa.
"Gue males dirumah," jawab Djati setelah mencoba menguasai diri
"Emang kenapa?"
"Banyak tanya," Ujar Djati dalam hati.
"Males aja dengerin Amma gue ngomel."
"Lo juga kenapa belum pulang?" Tanya Djati basa basi
"Belum dijemput," jawab Hafshah lirih
"Kenapa gak naik ojek online?" Tanya Djati lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Ënnerscheed (Ketika Cinta Punya Batas)
RomanceSebuah kisah tentang persahabatan, cinta dan seorang Hamba yang ingin kembali meraih cinta Sang Pencipta. ---------- Djati tidak suka melihat Nash dekat dengan Hafsha karena mereka berdua berbeda, ada batas yang sampai kapanpun tidak akan bisa ditem...