"Ayah!" Teriak Amma dari dalam rumah.
"Apa Ma?" Ayah yang duduk didepan Amma menjawab pelan.
"Loh ayah disini?" Amma kaget sendiri melihat sang suami sedang duduk sambil memainkan toples isi kue sus kering.
"Kebetulan ayah disini, bantuin Amma buat adonan ya?"
"Ayo, mana yang harus Ayah kerjain"
"Ayah!" Lagi lagi suara teriakan memanggil satu nama yang sama terdengar. Kali ini suara Ipuw, yang berlari dari kamarnya.
"Ayah pulang tadi malem ya? Janjinya Selasa eh kok jadi Sabtu" Ipuw bertanya dihadiahi kecupan dikeningnya.
"Banyak tanya kamu Puw" ujar Djati lalu mencubit pipi sang adik.
"Tangan mas Ijul dingin" Ipuw menyentuh pipinya yang dicubit Djati.
Djati memakai atasan kaus singlet putih dengan bawahan jeans hitam. Rambutnya masih basah karena baru selesai mandi, ditangan kanannya membawa kemeja hitam. Djati membuka kulkas lalu mengambil beberapa bolu yang sudah ada di dalam cup.
"Mau kemana kamu Mas hari libur gini?" Tanya Ayah
"Ini yah! Mau nganterin bolu pesenan Mama Nash"
"Mau dianterin sekarang?" Amma melihat ke arah jam di dinding. "Baru jam setengah 11 mas"
"Sekarang aja ma, sekalian main" ujar Djati
Amma mengangguk faham "Sini Amma yang nyusun, kamu pakek dulu kemejanya"
Diserahkannya beberapa cup bolu tersebut. Lalu ia segera memakai kemeja yang ia pegang tadi.
"Nih bawa sekalian" Djati mengerenyit bingung melihat sang Amma memberikan satu cup bolu kagi.
"Bonus buat mama Nash?"
"Bukan. Ini buat si Hafsha crushnya Nash, rumahnya deketan sama Nash kan?"
"Iya"
"Sejauh mana mas progesnya mas?"
"Apa ma?"
"Ituloh progres niat baik"
Djati paham apa yang dimaksud sang Amma" masih dasar, tapi udah ada perubahan"
Ayah dan Ipul hanya memperhatikan obrolan anak dan ibu itu, Mereka berdua tak paham apa yang dibahas.
"Mas pergi dulu Yah, Ma, Puw"
"Asalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Djati pergi menghantarkan pesanan menggunakan mobil sang Amma. Dari deoan rumah terlihat Labeeb sedang mencuci mobil milih Papanya.
"Lik! Ikut gue yok!" Teriak Djati dari deoan rumah nya
"Ijul gak usah ajak ajak Nash. Dia lagi dihukum karena gak makan bekalnya"
"Bun, aku gak makan bekal karena ditraktir sama pak Suwandi, tanya aja sama Ijul" Labeeb membela diri. Dari tadi malam ia sudah menjelaskan kepada sang Bunda tapi Bundanya tak mau mendengarkan karena sudah terbawa amarah melihat bekal Labeeb utuh.
"Iya bun" teriak Djati
"Alasan, kalo punya otak. Bekalnya kasih ke orang lain bukannya malah disimpen, basi mubazir jadinya"
Djati tertawa melihat Labeeb tak berdaya dimatahi sang bunda.
☀️🌏🌙
Sesuai janji kemarin Hafsha dan teman temannya akan mengerjakan tugas kelompok tapi ada sedikit perubahan. Kerja kelompok tidak jadi dilakukan di rumah Caya karena suatu hal yang tak dapat Caya beri tau. Akhirnya mereka mengerjakan tugas kelompok dirumah Hafsha sekalian menginap.
Hafsha melihat jam di handphone yang sudah menunjukkan pukul 10.50.
"Mereka kemana coba" Hafsha tak tenang, teman temannya tadi sudah bilang otw dari jam setengah 10 tapi sampai sekarang.
Hafsha coba mengirimkan pesan di grup chat, menanyakan keberadaan mereka. Tak mendapat balasan Hafsha coba menghubungi lewat telpon grup tapi belum sempat menekan tombol panggil teman temannya sudah sampai di depan rumah nya.
"Ashfah!" Caya berteriak
"Kok bisa barengan?" Tanya Hafsha saat melihat kedatangan teman temannya. Ayumi, Caya dan Aina datang menggunakan motor motor masing-masing.
"Iya, tadi janjian makan dulu" jawab Caya
Hafsha tersenyum canggung mendengar jawaban Caya, entah kenapa ia merasa tak nyaman ia merasa tak dianggap.
Tapi Hafsha mengesampingkan hal itu dipersilahkan masuk teman temannya.
"Ayo buruan masuk, gue belum pake sunscreen"
Tapi saat mereka memasuki rumah, Hafsha dikagetkan dengan suara yang membuatnya lagi lagi memejamkan matanya.
"FITYY!" teriak Djati dari rumah Nash yang bersebelahan dengan rumah Hafsha.
Djati setengah berlari kearah tempat Hafsha berdiri. "Fity, rumah Nash gak ada orang ya?"
"Gak tau Dja"
Djati mengangguk faham "Kalo gitu gue titip bolu pesanan mama Nash. Sekalian nih buat lo dari Amma gue" Djati menyerahkan kantong plastik yang ia bawa.
"Gue?"
"Iya, dari Amma gue. Dia buat resep baru" ujar Djati berbohong.
"Nih, terima" Djati masih menjulurkan tangannya
Hafsha menerima itu walaupun masih bingung kenapa Ibu nya Djati memberikan itu "Makasih ya"
"Kalo gitu gue pulang, Bye" Djati ber dadah ria ke arah Hafsha lalu berjalan ke arah mobipnya yang terparkir di depan rumah Nash
"Jangan lupa sholat ya, Fity!" Djati berbalik lali berteriak.
Hafsha menatap kantong plastik di tangannya. Ia heran dengan Djati sikapnya mudah sekali berubah. Hafsha masih ingat saat Djati mengantarkan ia pulang disitu Djati selalu berkata ketus dengan wajah cemberut tapi sekarang ia berkata manis dengan raut wajah sumringah.
Hafsha berbalik ia mendapati teman temannya sendang menatap serius ke arahnya kecuali Ayumi yang memberikan tatapan sendu.
"Sejak kapan nama lo berubah jadi Fity?" Tanya Aina.
☀️🌏🌙
Waduh😱
KAMU SEDANG MEMBACA
Ënnerscheed (Ketika Cinta Punya Batas)
RomanceSebuah kisah tentang persahabatan, cinta dan seorang Hamba yang ingin kembali meraih cinta Sang Pencipta. ---------- Djati tidak suka melihat Nash dekat dengan Hafsha karena mereka berdua berbeda, ada batas yang sampai kapanpun tidak akan bisa ditem...