Sesuai dengan janji Pak Suwandi Jum'at lalu. Hari ini kelas X IPA 3 melaksanakan Penilaian Harian pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Karena itu siswa kelas X IPA 3 sibuk dengan buku masing-masing termasuk Djati.
"Djati..."
"Djati kok ganteng banget sih, wajahnya halus, mulus, kinclong, putih, bersih tanpa noda."
"Djati pake Skincare apa? Spill dong, Aku pengen beli juga siapa tau muka aku jadi ganteng juga"
Djati menarik nafas, memejamkan mata sebentar. Cowok yang duduk sebangku dengannya sedari tadi tidak berhenti mengoceh mungkin bermaksud menganggu konsentrasi belajarnya.
"Fokus Djati, fokus," gumamnya lalu Ia kembali fokus dengan buku yang ia baca.
Tak menyerah walaupun diabaikan. Teman sebangku Djati mencondongkan wajahnya lebih dekat ke arah Djati, melancarkan aksinya lagi.
"Djati kok gitu sih. Diem aja ditanyain, jawab dong."
"Jangan pelit-pelit, kalo pelit gak dapet yang sempit" ujarnya lagi sambil cekikikan.
"Djati..."
Djati yang semula fokus menatap buku pun menatap tajam orang di sampingnya. Djati benar-benar kesal dan terganggu, rasanya ingin sekali menjahit mulut teman sebangkunya ini.
"Nash anjing, diem gak lo," desisnya pelan
Sedangkan orang yang dipanggil Nash tadi hanya tertawa tanpa suara, tidak peduli dengan rasa kesal temannya.
"Astaghfirullah, omongan nya kasar banget."
" Lo juga berisik! ganggu orang belajar."
"Santai dulu gak sih, lagian serius amat padahal cuma PH pelajaran PAI pula, kek gue dong gak belajar-"
"Lo Kristen, buat apa belajar PAI" sahut Djati cepat.
"Mending lo keluar!" lanjutnya lagi
"Hah?Aku? Keluar?" Nash mengerejap tak percaya lalu sedetik kemudian tersenyum.
"Oke," lanjutnya lagi lalu beranjak dari tempat duduknya
Djati yang melihat itu panik sendiri, di raihnya tangan Nash "Nash gue-"
"Gue cuma bercanda njir, lo gak usah keluar beneran."
Nash mengerenyit heran, lalu melirik ke arah luar kelas sambil tersenyum tipis "Apasih, gue keluar bukan karena lo tapi karena, ng."
Djati yang penasaran, diikuti nya arah pandangan Nash. Raut wajahnya berubah saat tau kenapa temannya itu tak melanjutkan kalimatnya.
"Ya gitulah. Semangat Djati ganteng, gue duluan ke kantin bye bye." ujar Nash lalu beranjak menuju meja guru untuk izin keluar.
"Lo cemburu Dja." ucap Sana tiba tiba, Sana memperhatikan Nash yang keluar kelas lalu menghampiri siswi yang ia tau dari kelas X IPS 1.
Ucapan Sana memecah atensi Djati "Lo pikir gue suka sama Hafsha?"
"Bukan sama Hafsha, tapi sama Nash."
"Lo suka Nash kan?"
Belum sempat Djati menjawab pertanyaan gila Sana suara pak Suwandi lebih dulu menginterupsi.
"Waktu belajar sudah habis, silahkan simpan buku dan kumpulkan tas ke depan. Jangan ada barang diatas meja selain kertas jawaban dan pulpen."
"Siap pak."
☀️🌙☀️🌙☀️🌙☀️
Djati memandang malas kerumunan kendaraan, saling berebut untuk segara keluar dari gerbang sekolah belum lagi bunyi klakson yang tak berhenti bersahutan.
"Gue jalan kaki aja Lik," ujar Djati
"Loh kenapa?" Tanya orang yang dipanggil Lik tadi.
"Males, lama, berisik."
"Gue duluan," lanjutnya lagi lalu turun dari motor, berjalan dengan mudahnya melewati kendaraan siswa lainnya.
Selain karena malas berada di kerumunan dan mendengarkan klakson motor, Djati juga malas melihat Nash yang berboncengan dengan gadis yang mengajak Nash keluar kelas.
Ditambah ada Sana dengan sepeda motor beatnya yang berada tepat di depan motor Labeeb. Ia masih kesal dengan pertanyaan lebih tepatnya tuduhan yang diberikan Sana tadi.
"Nah itu si Ijul." Ibu Djati menunjuk ke arah Djati yang berjalan menuju ke rumahnya- ke arah mereka.
Hari ini emang hari memancing emosi Djati, tadi saat pulang sekolah Djati lebih memilih jalan kaki karena malas melihat Nash dan Hafsah. Tapi sekarang Nash dan Hafsah malah ada di rumahnya. Nasib nasib
"Assalamualaikum," ucap Djati lalu mencium tangan sang Amma
"Waalaikumussalam" bukan hanya Amma tapi Nash dan Hafshah pun ikut menjawab salam Djati.
"Karena yang bersangkutan udah ada, Amma masuk dulu ya."
Setelah memastikan sang Amma sudah masuk ke dalam rumah, Djati memandang malas ke arah dua anak manusia beda jenis kelamin dan beda agama itu.
"Lo berdua kenapa kesini, pulang sana." Usir Djati
"Tapi pinjem buku catatan biologi dulu," ujar Nash memaksa
"Buat apa? lo kan punya" tanya Djati bingung
Yang ditanya cengengesan " Bukan buat gue sebenernya. Tapi buat Hasfha, lo tau sendiri tulisan gue gimana. Gue aja kadang gak bisa bacanya apalagi orang lain"
Tatapan Djati beralih ke Hafshah yang sedari tadi diam.
"Gak, gue gak mau minjemin apalagi buat dia. Mending lo berdua pulang," ujarnya lalu masuk kedalam rumah ia tau itu tak sopan, tapi mau bagaimana lagi.
☀️🌏🌙
Ënnerscheed itu artinya Perbedaan dalam bahasa Luksemburg.Perbedaan (Ketika Cinta Punya Batas)
Jadi ada yang bisa nebak ide pokok cerita ini?🌙🌏☀️
KAMU SEDANG MEMBACA
Ënnerscheed (Ketika Cinta Punya Batas)
RomansaSebuah kisah tentang persahabatan, cinta dan seorang Hamba yang ingin kembali meraih cinta Sang Pencipta. ---------- Djati tidak suka melihat Nash dekat dengan Hafsha karena mereka berdua berbeda, ada batas yang sampai kapanpun tidak akan bisa ditem...